Datuk Kahfi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 6:
== Menemukan Jodohnya ==
Setelah
Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai empat orang anak, yakni ''Syekh Abdurakhman'' yang kelak di Cirebon bergelar [[Pangeran Panjunan]] (ayah [[Pangeran Tubagus Angke]], Pangeran Pemelekaran kakek [[Pangeran Santri]]), ''Syekh Abdurakhim'' (kelak bergelar Pangeran Kejaksan), ''Fatimah'' (yang bergelar Syarifah Bagdad menikah dengan [[Syarif Hidayatullah]] atau [[Sunan Gunung Djati]]), dan ''Syekh Datul Khafid'' (kadang-kadang disebut juga sebagai Syekh Datul Kahfi, sehingga membuat rancu dengan sosok ayahnya yaitu Syekh Datuk Kahfi, atau Syekh Nurjati di beberapa manuskrip yang lebih muda umurnya, contohnya Babad Cirebon Keraton Kasepuhan). Keempat anak tersebut dijamin nafkahnya oleh kakak Syarifah Halimah, Syarif Sulaiman yang menjadi raja di Bagdad. Syarif Sulaiman menjadi raja di Bagdad karena menikahi putri mahkota raja Bagdad.
Baris 25:
Mereka adalah cucu dari syahbandar pelabuhan Muara Jati dari jalur ibunya. Kedatangan mereka ke Gunung Jati di samping melaksanakan perintah ibundanya sebelum meninggal, juga bermaksud sungkem kepada eyangnya Ki Gedeng Tapa. Kepergian mereka ke Pangguron Gunung Jati tanpa seizin ayah mereka, [[Sri Baduga Maharaja|Prabu Siliwangi]]. Karena [[Sri Baduga Maharaja|Prabu Siliwangi]] kembali memeluk agama Budha setelah Nyi Subang Larang meninggal dunia. Tetapi kedua putra-putrinya itu sudah dididik dan diberi petunjuk oleh almarhum ibunya agar memperdalam agama Islam di Pangguron Gunung Jati. Akhirnya mereka pun menuntut ilmu dan memperdalam agama Islam, menjadi santri Syekh Nurjati di Pesambangan Jati. Pada saat mereka bertiga diterima menjadi santri baru, Syekh Nurjati berdoa, “ Wahai Tuhan kami, jadikanlah kami orang-orang yang menghidupkan agama Islam mulai hari ini hingga hari kemudian dengan selamat. Amin.”
== Silsilah ==
|