Cabai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25:
Tanaman cabai cocok ditanam pada [[tanah]] yang kaya humus, gembur dan sarang, serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5-6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret-April). Untuk memperoleh harga cabai yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit. Buah cabai yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya: Untuk areal satu [[hektar]] dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabai (300-500 gr biji).
 
== Permasalahan produksi ==
Permasalahan produksi
 
Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah adanya serangan [[lalat buah]] pada buah cabai. Hama ini sering menyebabkan gagal [[panen]]<ref name=" The Pest of Crops in Indonesia">Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.</ref>. Laporan Departemen Pertanian RI tahun 2006 menunjukkan bahwa kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia dapat mencapai 35%. Buah cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung [[larva]] lalat. Penyebabnya terutama adalah lalat buah ''[[Bactrocera carambolae]]''. Karena gejala awalnya yang tak tampak jelas, sementara [[hama]] ini sebarannya masih terbatas di Indonesia, lalat buah menjadi hama [[karantina]] yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-buahan maupun pada produksi cabai.