Khouw Kim An: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tomhoetabarat (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''Khouw Kim An, Majoor der Chinezen''' (1875 – 1945) adalah seorang baba bangsawan, tokoh masyarakat dan Majoor der Chinezen yang terakhir di Bat...'
Tag: tanpa kategori [ * ]
 
Tomhoetabarat (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Khouw Kim An, Majoor der Chinezen''' (1875 – 1945) adalah seorang baba bangsawan, tokoh masyarakat dan [[Kapitan Cina|Majoor der Chinezen]] yang terakhir di [[Batavia]].<ref>Setyautama, Drs. Sam, Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia, 2008</ref> Ia dikenang sebagai pemilik terakhir [[Candra Naya]], yang disebut juga "Rumah Majoor", satu-satunya dari tiga rumah keluarga Khouw di Molenvliet (sekarang Jalan Gajah Mada) yang masih tersisa.<ref name=":0">http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2964/Candranaya-Gedung</ref>
 
==Latar Belakang==
 
Sang Majoor adalah anggota keluarga Khouw van Tamboen - salah satu wangsa baba bangsawan paling terkemuka di [[Hindia Belanda]]. Trah mereka berasal-usul dari hartawan Khouw Tjoen, seorang pedagang dari [[Fujian|propinsi Hokkien di Tiongkok]] yang berimigrasi ke [[Tegal]], dan pada akhirnya menetap di Batavia di abad ke-18.<ref name=":1">Erkelens, Monique, The decline of the Chinese Council of Batavia: the loss of prestige and authority of the traditional elite amongst the Chinese community from the end of the nineteenth century until 1942, 2013.</ref> Anaknya, Khouw Tian Sek, dapat dibilang adalah pendiri kejayaan keluarga.<ref name=":2">Wright, Arnold., Twentieth century impressions of Netherlands India., 1909.</ref> Ia adalah raja penggadaian di Batavia yang membeli banyak tanah di [[Kota Tua Jakarta|Kota Tua]] dan tanah-tanah partikelir diseputar Batavia. Tanah partikelir utamanya adalah Tamboen, yang sekarang menjadi [[Tambun Utara, Bekasi|Tambun Utara]] dan [[Tambun Selatan, Bekasi|Tambun Selatan]] di [[Bekasi]]. Ia jugalah yang membangun [[Candra Naya]] sebagai kediaman utama keluarga besarnya.<ref name=":0" />
 
Khouw Tian Sek mempunyai tiga orang putra, Khouw Tjeng Tjoan, Khouw Tjeng Kie dan Khouw Tjeng Po, yang semuanya diangkat menjadi [[Kapitan Cina|Luitenants-titulair der Chinezen]].<ref name=":1" /><ref>Chen, Menghong., De Chinese gemeenschap van Batavia,

1843-1865., 2009
</ref> Kepemimpinan keluarga bergilir dari anak ke anak, dan kemudian dari si bungsu Khouw Tjeng Po, Luitenant der Chinezen ke putra tertuanya, yaitu [[Khouw Yauw Kie, Kapitein der Chinezen]], dan ke adiknya, Khouw Yauw Hoen Sia, dan pada akhirnya ke sepupu mereka, Khouw Kim An, Majoor der Chinezen.<ref name=":2" />
 
==Riwayat==
 
Khouw Kim An Sia lahir di Batavia pada tanggal 5 Juni 1875, anak Khouw Tjeng Tjoan, Luitenant der Chinezen dari gundiknya yang ke-9.<ref name=":1" /> Ia mengayom pendidikan tradisionil [[Hokkien]], sehingga fasih berbahasa Hokkien dan [[Mandarin]]. Tetapi ia juga mempunyai guru-guru pribadi yang memperkenalkannya kepada bahasa-bahasa Eropa, termasuk [[bahasa Belanda]]. Karena later belakang ini, sang Majoor sikapnya lain dari banyak para baba bangsawan berpendidikan Barat, dan ia sangat menjunjung tinggi adat-istiadat Tionghoa.<ref name=":1" />
 
Khouw menikah pada usia 18 tahun dengan Phoa Tji Nio, putri satu-satunya dari toko masyarakat dan baba bangsawan [[Phoa Keng Hek]], pendiri dan [[presiden]] perdana [[Tiong Hoa Hwee Koan]]. Khouw ditunjuk menjadi [[Kapitan Cina|Luitenant der Chinezen]] pada tahun 1905, kemudian [[Kapitan Cina|Kapitein]] pada tahun 1908, dan akhirnya [[Kapitan Cina|Majoor]] pada tahun 1910. Jenjang kariernya sangat pesat karena later belakang keluarganya dan keluarga istrinya.<ref name=":1" />
 
Pada tahun 1920, ia diangkat dengan Dekret Kerajaan menjadi ‘Officier der Orde van Oranje Nassau’. Ketika perkunjung ke Negeri Belanda pada tahun 1927, ia diterima secara resmi oleh Ratu Wilhelmina. Saat dirgahayu ke-25 sebagai opsir Tionghoa pada tanggal 10 Februari 1930, Sri Ratu menganugrahkan 'Groote Gouden Ster voor Trouw en Verdienste' kepada sang Majoor.<ref name=":1" />
 
==Penjajahan Jepang==
 
Sebelum tentara Jepang menaklukkan Hindia Belanda, Majoor Khouw Kim An bersama dengan aparat tinggi pemerintahan Belanda menolak penawaran sekutu untuk melarikan diri ke [[Australia]]. Penolokan ini dikarenakan niat sang Majoor untuk tetap memimpin dan menderita bersama bangsanya saat [[Perang Dunia Dua]]. Pada tahun 1942, sebagai kepala bangsa Tionghoa di Batavia, Majoor Khouw Kim An ditangkan dan diinternir oleh tentara Jepang. Dia wafat di penjara [[Tjimahi]] pada tanggal 13 Februari 1945, dan dikebumikan di [[Petamburan]] di dekat makan sepupunya yang tersohor, O. G. Khouw.<ref name=":1" />
 
==Referensi==