Multikulturalisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rotlink (bicara | kontrib)
k fixing dead links
Baris 13:
* Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar).<ref>Harahap, Ahmad Rivai, 2004. “Multikulturalisme dan Penerapannya dalam pemeliharaan kerukunan Umat Beragama”.</ref>
 
== ==
== Sejarah Multikulturalisme ==
 
Multikulturalisme bertentangan dengan '''monokulturalisme''' dan '''asimilasi''' yang telah menjadi [[norma sosial|norma]] dalam paradigma [[negara-bangsa]] (''nation-state'') sejak awal [[abad ke-19]]. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan budaya secara [[normatif]] (istilah 'monokultural' juga dapat digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (''pre-existingxisting homogeneity''). Sementara itu, [[asimilasi]] adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan baru.
 
Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara [[bahasa Inggris|berbahasa-Inggris]] (''English-speaking countries''), yang dimulai di [[Afrika]] pada tahun [[1999]].<ref>See Neil Bissoondath, ''Selling Illusions: The Myth of Multiculturalism''. Toronto: Penguin, 2002. ISBN 978-0-14-100676-5.</ref> Kebijakan ini kemudian diadopsi oleh sebagian besar anggota [[Uni Eropa]], sebagai kebijakan resmi, dan sebagai konsensus sosial di antara [[elit]].{{fact}} Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah negara Eropa, terutamaterSejarah Multikulturalisme

Multikulturalisme bertentangan dengan '''monokulturalisme''' dan '''asimilasi''' yang telah menjadi [[norma sosial|norma]] dalam paradigma [[negara-bangsa]] (''nation-state'') sejak awal [[abad ke-19]]. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan budaya secara [[normatif]] (istilah 'monokultural' juga dapat digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (''pre-e''utama [[Inggris]] dan [[Perancis]], mulai mengubah kebijakan mereka ke arah kebijakan multikulturalisme.<ref>Neil Bissoondath, ''Selling Illusions: The Myth of Multiculturalism''. Toronto: Penguin, 2002. ISBN 978-0-14-100676-5. ''Passim''.</ref> Pengubahan kebijakan tersebut juga mulai menjadi subyek debat di [[Britania Raya]] dam [[Jerman]], dan beberapa negara lainnya?
 
Jenis Multikulturalisme ==
Berbagai== macam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian Parekh):
# Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakatisolasioat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
# Multikulturalisme isolasionisotonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (''equality'') dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan nis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
# Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
# Multikulturalisme otonomisakomodatif, yaitu masyarakat pluralyang dimanamemiliki kelompok-kelompokkultur kuturaldominan utamayang berusahamembuat mewujudkanpenyesuaian kesetaraandan (''equality'')akomodasi-akomodasi dengantertentu budayabagi dominankebutuhan dankultur menginginkankaum kehidupanminoritas. otonomMasyarakotonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
# Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (''concern'') dengan kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
# Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing. <ref>[Mubarak, Zakki, dkk. Buku Ajar II, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian terintegrasi (MPKT) cet. Kedua. 2008: Manusia, Akhlak, Budi Pekerti dan Masyarakat, Depok: Penerbit FE UI]</ref>