Asal-mula bahasa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ] |
Membalikkan revisi 8227290 oleh 182.12.68.233 (bicara) |
||
Baris 1:
# {{about|asal mula bahasa alamiah|asal mula bahasa pemrograman|Sejarah bahasa pemrograman}}
'''Asal mula bahasa''' pada spesies [[manusia]] telah menjadi topik perdebatan para ahli selama beberapa abad. Walaupun begitu, tidak ada kesepakatan umum mengenai kapan dan umur [[bahasa]] manusia secara pasti. Salah satu permasalahan yang membuat topik ini sangat sulit dikaji adalah kurangnya bukti langsung. Akibatnya, para ahli yang ingin meneliti asal mula bahasa harus menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti lain seperti [[Evolusi manusia|catatan-catatan fosil]] atau bukti-bukti arkeologis, keberagamanan bahasa kontemporer, kajian [[akuisisi bahasa]], dan perbandingan antara bahasa manusia dengan sistem [[komunikasi hewan]], terutama [[Bahasa kera besar|sistem komunikasi primata]] lain. Secara umum ada kesepakatan bahwa asal mula bahasa manusia berkaitan erat dengan asal usul [[perilaku modernitas|perilaku manusia modern]], namun terdapat perbedaan pendapat mengenai implikasi-implikasi dan keterarahan hubungan keduanya.
Baris 301 ⟶ 303:
== Hipotesis asal mula bahasa ==
=== Spekulasi awal ===
{{quotation
|Saya tidak dapat meragukan bahwa bahasa berasal dari imitasi dan modifikasi, dibantu oleh isyarat dan gerakan, terhadap berbagai suara alam, suara binatang lainnya, dan teriakan naluriah manusia sendiri.
|{{Citation
|title=Charles Darwin, 1871. ''The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex.''
<ref>
Darwin, C. (1871).
"The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex", 2 vols.
London: Murray, p. 56.
</ref>
}}
}}
Pada tahun 1861, ahli sejarah bahasa Max Müller menerbitkan daftar teori asal mula bahasa yang spekulatif:
<ref>
Baris 331 ⟶ 347:
New York: Harper and Row, p. 243-44.
</ref>
Masalah dalam teori-teori tersebut adalah sifatnya yang sangat mekanistik. Teori-teori tersebut mengasumsikan bahwa sekali leluhur kita menyadari kejeniusan ''mekanisme'' untuk menghubungkan suara dengan makna, bahasa secara otomatis berkembang dan
=== Permasalahan reliabilitas dan kecurangan ===
Dari perspektif ilmu modern Darwin, rintangan utama dari evolusi komunikasi mirip-bahasa di alam bukanlah mekanisme. Melainkan, fakta bahwa simbol-simbol—asosiasi acak antara suara, atau suatu bentuk yang tampak, dengan maknanya—adalah tidak dapat diandalkan dan bisa saja salah.
<ref name="Zahavi, A 1993">
{{cite journal
| last1 = Zahavi
| first1 = A.
| year = 1993
| title = The fallacy of conventional signalling
| url =
| journal = Philosophical Transactions of the Royal Society of London
| volume = 340
| issue =
| pages = 227–230
}}</ref>
Seperti peribahasa, 'Berbicara itu gampang'.
<ref>
{{cite journal
| last1 = Maynard Smith
| first1 = J.
| year = 1994
| title = Must reliable signals always be costly?
| url =
| journal = Animal Behaviour
| volume = 47
| issue =
| pages = 1115–1120
}}</ref>
Permasalahan reliabilitas tidak dikenali oleh Darwin, Müller atau oleh ahli teori evolusi awal.
Sinyal vokal hewan pada umumnya secara intrinsik dapat diandalkan. Pada saat seekor kucing mendengkur, sinyal tersebut menandakan bukti langsung bahwa hewan berada pada keadaan senang. Kita dapat 'percaya' kepada sinyal tersebut bukan karena kucing itu jujur, tetapi karena suara itu tidak dapat dipalsukan. Seruan vokal primata bisa saja lebih dapat dimanipulasi, tetapi mereka tetap dapat diandalkan untuk beberapa alasan—karena mereka susah untuk dipalsukan.
<ref>
Goodall, J. 1986.
''The Chimpanzees of Gombe. Patterns of behavior.''
Cambridge, MA and London: Belknap Press of Harvard University Press.
</ref>
Intelijensi sosial primata disebut ''Machiavellian''—melayani diri sendiri dan tidak dibatasi oleh moral. Monyet dan kera terkadang mencoba menipu satu sama lain, sementara pada saat bersamaan tetap berjaga-jaga agar tidak menjadi korban dari penipuan itu sendiri.
<ref>
Byrne, R. and A. Whiten (eds) 1988.
''Machiavellian Intelligence. Social expertise and the evolution of intellect in monkeys, apes, and humans.''
Oxford: Clarendon Press.
</ref>
Paradoksnya, justru resistensi dari primata terhadap penipuan menghambat evolusi sistem sinyal mereka bersama dengan komunikasi yang mirip-bahasa. Bahasa ditolak karena cara terbaik untuk mencegah dari tertipu adalah dengan mengabaikan semua sinyal kecuali yang reliabilitasnya dapat diperiksa langsung. Berbicara secara otomatis gagal dalam tes ini.
<ref>
Knight, C. 1998b.
Ritual/speech coevolution: a solution to the problem of deception.
In J. R. Hurford, M. Studdert-Kennedy and C. Knight (eds),
''Approaches to the Evolution of Language: Social and cognitive bases.''
Cambridge: Cambridge University Press, pp. 68-91.
</ref>
Kata-kata sangat mudah dipalsukan.
Jika kata-kata berbentuk kebohongan, pendengar akan beradaptasi dengan mengabaikan mereka sehingga menguntungkan isyarat atau petunjuk yang lebih sulit di palsukan.
Supaya bahasa dapat bekerja, pendengar haruslah yakin bahwa pembicara yang mereka ajak berbicara secara umum cenderung berkata jujur.
<ref>
Power, C. 1998.
Old wives’ tales: the gossip hypothesis and the reliability of cheap signals.
In J. R. Hurford, M. Studdert Kennedy and C. Knight (eds),
''Approaches to the Evolution of Language: Social and Cognitive Bases.''
Cambridge: Cambridge University Press, pp. 111 29.
</ref>
Fitur tidak biasa pada bahasa adalah [[pergeseran (linguistik)|'referensi terlantar']], yang berarti referensi terhadap topik di luar situasi yang sekarang dialami.
Properti ini mencegah ucapan-ucapan menjadi suatu kebenaran 'di sini' dan 'sekarang' secara langsung.
Karena alasan tersebut, bahasa mengasumsikan tingkat saling percaya yang tinggi supaya menjadi terbentuk sepanjang waktu sebagai suatu [[strategi stabil evolusioner]].
Stabilitas ini lahir dari saling percaya dalam waktu lama dan yang menunjang penguasaan bahasa.
Teori dari asal mula bahasa harus menjelaskan kenapa manusia dapat mulai mempercayai isyarat-isyarat lemah dengan suatu cara sementara binatang lain tidak bisa (lihat [[teori pensinyalan]]).
==== Hipotesis 'bahasa ibu' ====
Hipotesis 'bahasa ibu' diajukan pada tahun 2004 sebagai solusi yang mungkin dari masalah ini.
<ref>
Fitch, W. T. 2004.
Kin Selection and ``Mother Tongues'': A Neglected Component in Language Evolution.
In D. Kimbrough Oller and Ulrike Griebel (eds),
''Evolution of Communication Systems: A Comparative Approach'', pp. 275-296.
Cambridge, MA: MIT Press.
</ref>
[[W. Tecumseh Fitch]] menyatakan bahwa prinsip 'seleksi saudara'
<ref>
{{cite journal
| last1 = Hamilton
| first1 = W. D.
| year = 1964
| title = The genetical evolution of social behaviour. I, II
| url =
| journal = Journal of Theoretical Biology
| volume = 7
| issue =
| pages = 1–52
}}</ref>—ketertarikan konvergensi genetis antar kerabat—bisa jadi merupakan bagian dari jawaban. Fitch menyarankan bahwa bahasa bermula dari 'bahasa ibu'. Jika bahasa berevolusi pada awalnya untuk komunikasi antara ibu dan keturunan biologisnya sendiri, yang berkembang lebih lanjut dan mengikutkan kerabat dewasa juga, ketertarikan antara pembicara dan pendengar pastinya merupakan suatu kebetulan. Fitch beralasan bahwa ketertarikan genetis yang sama menyebabkan kepercayaan dan kerjasama yang cukup untuk sinyal yang secara intrinsik tidak dapat dipercaya—perkataan—supaya dapat diterima sebagai sesuatu yang terpercaya dan mulai berkembang untuk pertama kalinya.
Kritik terhadap teori ini menunjuk pada seleksi kerabat tidak hanya unik pada manusia. Ibu kera juga berbagi gen dengan turunannya, sebagaimana binatang lainnya, lalu kenapa hanya manusia yang berbicara? Lebih lanjut, sangat sulit untuk dipercaya bahwa manusia awal membatasi komunikasi linguistik hanya pada saudara genetis: tabu mengenai [[incest]] pasti memaksa laki dan wanita berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang bukan saudara.
" Spesies terkadang bergantung pada bentuk komunikasi verbal dan non-verbal, seperti teriakan; suara luapan emosi non-vokal, seperti kipasan ekor lumba-lumba pada air; ''bioluminescence''; penandaan bau; petunjuk kimia atau taktil; sinyal visual dan gestur tubuh" (Toothman).
Jadi, walaupun kita menerima premis pertama Fitch, penyebab dari hubungan 'bahasa ibu' dari kerabat kepada non-kerabat tetap tidak dapat dijelaskan.
<ref>
Tallerman, M.
In press.
Kin selection, pedagogy and linguistic complexity: whence protolanguage.
In R. Botha and M. Everaert (eds), ''The Evolutionary Emergence of Human Language.''
Oxford: Oxford University Press.
</ref>
Fitch beralasan, bagaimanapun juga, periode panjang dari kematangan fisik pada anak manusia, dan perkembangan ''extrauterine'' pada ''[[ensefalisasi]]'' manusia memberikan hubungan manusia-anak sebuah periode kebergantungan inter-generasi yang berbeda dan lebih lama dari pada yang ditemukan pada spesies lain.
==== Hipotesis 'altruisme timbal balik wajib' ====
Ib Ulbæk
<ref>
Ulbæk, I. 1998.
The origin of language and cognition.
In J. R. Hurford, M. Studdert-Kennedy and C. D. Knight (eds),
''Approaches to the evolution of language: social and cognitive bases.''
Cambridge: Cambridge University Press, pp. 30-43.
</ref>
menyebutkan prinsip Darwinian lain -- 'altruisme timbal-balik'
<ref>
{{cite journal
| last1 = Trivers
| first1 = R. L.
| year = 1971
| title = The evolution of reciprocal altruism
| url =
| journal = Quarterly Review of Biology
| volume = 46
| issue =
| pages = 35–57
}}</ref>—untuk menjelaskan tingkat kejujuran tinggi yang diperlukan oleh bahasa untuk berkembang. 'Altruisme timbal-balik' dapat diekspresikan sebagai prinsip yang ''jika kamu menggaruk punggung saya, saya akan menggaruk punggungmu juga''. Dalam istilah linguistik, ia dapat berarti ''jika kamu berkata jujur pada saya, saya akan jujur juga padamu.'' Ulbæk menunjukkan bahwa altruisme timbal-balik Darwin umumnya adalah sebuah hubungan yang terjalin antara interaksi individu-individu yang sering terjadi. Supaya bahasa menguasai seluruh komunitas, bagaimanapun juga, suatu pertukaran diperlukan secara paksa secara universal tidak hanya dibiarkan sebagai pilihan individu. Ulbæk menyimpulkan bahwa supaya bahasa dapat berkembang, masyarakat awal secara keseluruhan pastinya merupakan subjek dari regulasi moral.
Evolusi dari altruisme timbal-balik, dan permasalahan [[dilema tahanan]] dikaitkan dengan [[permasalahan penumpang gratis]] dan penipuan, telah digunakan untuk menjelaskan cepatnya peningkatan ''[[ensefalisasi]]'' dihubungkan dengan transisi dari Australopithecus sampai Homo sapien purba.
Kritik menunjukkan bahwa teori ini gagal menjelaskan kapan, bagaimana, kenapa atau oleh siapa 'altruisme timbal balik wajib' dapat mungkin ditegakkan. Berbagai proposal telah diajukan untuk memperbaiki kekurangan ini.
<ref>
Knight, C. 2006.
Language co-evolved with the rule of law. In A. Cangelosi, A. D. M. Smith and K. Smith (eds),
''The evolution of language. Proceedings of the Sixth International Conference (EVOLANG6).''
New Jersey & London: World Scientific Publishing, pp. 168-75.
</ref>
Kritikan lebih lanjut adalah bahwa bahasa tidak bekerja berdasarkan altruisme timbal-balik. Manusia dalam percakapan grup tidak menyimpan semua informasi kecuali pendengar mau memberikan informasi berharga sebagai balasan. Secara berlawanan, mereka tampak ingin menampilkan kepada dunia akses mereka terhadap informasi yang berhubungan secara sosial, menyebarkannya kepada siapa saja yang mau mendengarkan tanpa menginginkan kembalian.
<ref>
Dessalles, J.-L. 1998.
Altruism, status and the origin of relevance.
In J. R. Hurford, M. Studdert-Kennedy and C. Knight (eds),
''Approaches to the Evolution of Language. Social and cognitive bases.'' Cambridge: Cambridge University Press, pp. 130-147.
</ref>
==== Hipotesis gosip dan perawatan ====
Gosip, menurut [[Robin Dunbar]], dilakukan kelompok manusia sedangkan merawat berlaku pada primata lainnya—ia membolehkan individu untuk melayani hubungan mereka dan menjaga persekutuan mereka dengan prinsip dasar, ''Jika kamu menggaruk punggung saya, saya akan menggaruk punggungmu juga.'' Saat manusia mulai hidup di grup sosial yang semakin besar, pekerjaan merawat semua teman dan kenalan menjadi memakan waktu dan tidak terjangkau. Merespon permasalahan ini, manusia menciptakan 'perawatan yang murah dan sangat efisien' -- ''perawatan vokal''. Untuk membuat teman bahagia, sekarang anda cukup 'merawat' mereka dengan suara vokal yang rendah, melayani sejumlah sekutu secara bersamaan sementara membuat kedua tangan bebas untuk pekerjaan lainnya. Perawatan vokal kemudian berkembang secara bertahap menjadi bahasa vokal—awalnya dalam bentuk 'gosip'.
<ref>
Dunbar, R. I. M. 1996.
''Grooming, Gossip and the Evolution of Language.''
London: Faber and Faber.
</ref>
Kritik terhadap teori ini menunjuk pada efisiensi dari 'perawatan vokal' -- fakta bahwa bicara itu gampang—akan merusak kapasitasnya untuk mensinyalkan sejenis komitmen yang disampaikan dengan perawatan manual yang berharga dan memakan waktu.
<ref>
Power, C. 1998.
Old wives’ tales: the gossip hypothesis and the reliability of cheap signals.
In J. R. Hurford, M. Studdert Kennedy and C. Knight (eds),
''Approaches to the Evolution of Language: Social and Cognitive Bases.''
Cambridge: Cambridge University Press, pp. 111-29.
</ref>
Kritikan lebih lanjut adalah bahwa teori ini tidak menjelaskan transisi krusial dari perawatan vokal—produksi suara yang menenangkan tapi tidak berarti—ke kompleksitas kognitif dari berbicara secara sintaks.
Kritik ini mengasumsikan bahwa dari perawatan vokal ke bahasa vokal terdapat beberapa langkah kompleks.
Kritik sebelumnya juga tampak mengasumsikan tidak begitu terlihatnya superiotas dari perawatan fisik terhadap perawatan vokal dengan kata lain ia memiliki kekurangan berupa kapasitas yang sama terhadap komitmen pensinyalan.
Sebagai contohnya, penelitian yang telah memperlihatkan kedekatan seorang anak terhadap suara ibunya bisa menyarankan bahwa perawatan manual tidak memiliki keuntungan hirarki tetap lebih dari perawatan vokal.
<ref>
M.H. Klaus and J.H. Kennel, Maternal Infant Bonding (Mosby, St Louis, 1976);
P. De Chateau, Birth Family J. 41, 10 (1977).
</ref>
==== Koevolusi ritual/bicara ====
Teori koevolusi ritual/bicara awalnya diajukan oleh antropolog sosial [[Roy Rappaport]]
<ref>
Rappaport, R. A. 1999.
''Ritual and Religion in the Making of Humanity.''
Cambridge: Cambridge University Press.
</ref>
sebelum diuraikan oleh antropolog seperti Chris Knight,
<ref>
Knight, C. 1998.
Ritual/speech coevolution: a solution to the problem of deception.
In J. R. Hurford, M. Studdert-Kennedy and C. Knight (eds),
Approaches to the Evolution of Language: Social and cognitive bases.
Cambridge: Cambridge University Press, pp. 68-91.
</ref>
Jerome Lewis,
<ref>
Lewis, J. 2009.
As well as words: Congo Pygmy hunting, mimicry, and play.
In R. Botha and C. Knight (eds),
The Cradle of Language. Oxford: Oxford University Press, pp. 236-256.
</ref>
Nick Enfield,
<ref>
{{cite journal
| last1 = Enfield
| first1 = N. J.
| year = 2010
| title = Without social context?
| url =
| journal = Science
| volume = 329
| issue =
| pages = 1600–1601
}}</ref>
Camilla Power
<ref>
Power, C. 1998.
Old wives’ tales: the gossip hypothesis and the reliability of cheap signals.
In J. R. Hurford, M. Studdert Kennedy and C. Knight (eds),
Approaches to the Evolution of Language: Social and Cognitive Bases.
Cambridge: Cambridge University Press, pp. 111 29.
</ref>
dan Ian Watts.
<ref>
Watts, I. 2009.
Red ochre, body painting, and language: interpreting the Blombos ochre.
In R. Botha and C. Knight (eds),
The Cradle of Language. Oxford: Oxford University Press, pp. 62-92.
</ref>
Ilmuwan kognitif dan insiyur robotik Luc Steels
<ref>
Steels, L. 2009.
Is sociality a crucial prerequisite for the emergence of language?
In R. Botha and C. Knight (eds),
The Prehistory of Language. Oxford: Oxford University Press.
</ref>
adalah pendukung penting dari pendekatan ini, seperti juga antropologis/neurosains biologis [[Terrence Deacon]].
<ref>
Deacon, T. 1997.
''The Symbolic Species: The co evolution of language and the human brain.''
London: Penguin.
</ref>
Ilmuwan tersebut beralasan bahwa tidak ada yang namanya 'teori asal mula bahasa'. Hal ini dikarenakan bahasa bukanlah sebuah adaptasi terpisah tapi sebuah aspek internal yang lebih luas—dinamakan, [[kultur simbolis]] manusia secara keseluruhan.
<ref>
Knight, C. 2010.
[http://www.chrisknight.co.uk/wp-content/uploads/2007/09/The-Origins-of-Symbolic-Culture.pdf The origins of symbolic culture.]
In Ulrich J. Frey, Charlotte Störmer and Kai P. Willfuhr (eds) 2010.
''Homo Novus – A Human Without Illusions.''
Berlin, Heidelberg: Springer-Verlag, pp. 193-211.
</ref>
Para ilmuwan tersebut mengatakan bahwa mencoba menjelaskan bahasa secara independen dalam konteks yang luas ini gagal karena mereka menangani masalah tanpa solusi. Bisakah kita membayangkan seorang ahli sejarah mencoba menjelaskan munculnya kartu kredit secara tersendiri dalam sistem yang luas sementara ia adalah sebuah bagian? Menggunakan kartu kredit masuk akal jika anda memiliki rekening bank yang secara institusional dikenal dalam suatu masyarakat kapitalis maju—suatu sistem dengan teknologi komunikasi elektronik, komputer digital, dan pencegahan penggelapan. Dalam hal yang sama, bahasa tidak akan bekerja di luar susunan institusi dan mekanisme sosial. Sebagai contohnya, ia tidak akan bekerja bagi seekor kera yang berkomunikasi dengan kera lain di dunia liar. Bahkan kera tercerdas pun tak dapat membuat bahasa bekerja dalam bawah kondisi tersebut.
{{quotation
|Kebohongan dan jenis-jenisnya, diturunkan dalam bahasa ... memberikan permasalahan terhadap masyarakat yang stukturnya dibangun oleh bahasa, yang dinamakan semua masyarakat manusia. Oleh karena itu saya beralasan bahwa jika semua kata itu ada maka diperlukan membentuk ''Firman'', dan bahwa Firman dibentuk oleh persamaan liturgi.
|{{Citation
|title=''Roy Rappaport, 1979.'' Ecology, Meaning and Religion, ''pp. 210-11.''
<ref>
Rappaport, R. A. 1979.
''Ecology, Meaning, and Religion.''
Berkeley, California: North Atlantic Books.
</ref>}}
}}
Pendukung pemikiran ini merujuk bahwa berbicara itu gampang.
Seperti halusinasi digital, mereka secara intrinsik tidak dapat diandalkan.
Jika kera sangat pandai, atau bahkan satu kelompok kera pandai, mencoba untuk menggunakan kata-kata di alam liar, mereka tidak akan membawa suatu keyakinan.
Vokalisasi primata yang ''memang'' membawa keyakinan—yaitu yang mereka benar-benar gunakan—tidak seperti perkataan, mereka diekspresikan secara emosional, bermakna secara intrinsik dan dapat dipercaya karena mereka relatif berharga dan sulit dipalsukan.
Bahasa terdiri dari kontras digital yang harganya secara esensial nol. Sebagai konvensi sosial murni, sinyal jenis ini tidak dapat berkembang dalam dunia sosial Darwinian—secara teori, ia adalah sebuah ketidakmungkinan.<ref name="Zahavi, A 1993"/>
Karena tidak dapat dipercaya secara intrinsik, bahasa bekerja hanya jika anda dapat membuat suatu reputasi untuk dapat dipercaya dalam suatu bentuk masyarakat—dinamakan juga, salah satu tempat fakta-fakta kultural simbolis (terkadang disebut dengan 'fakta institusional') dapat dibangun dan dijaga lewat dukungan kolektif sosial.
<ref>
Searle, J. R. 1996. The Construction of Social Reality. London: Penguin.
</ref>
Dalam masyarakat pemburu-pengumpul, mekanisme dasar untuk membangun kepercayaan dalam fakta kultural simbolis adalah ''ritual'' bersama.
<ref>
Durkheim, E.
1947 [1915].
Origins of these beliefs. Chapter VII.
In É. Durkheim, The Elementary Forms of the Religious Life.
A study in religious sociology.
Trans. J. W. Swain.
Glencoe, Illinois: The Free Press, pp. 205-39.
</ref>
Oleh karena itu, pekerjaan yang dihadapi para peneliti dalam asal mula bahasa adalah lebih ke multidisiplin daripada biasanya.
Ia berhubungan dengan melihat perkembangan timbulnya kultur simbolis manusia secara keseluruhan, dengan bahasa sebagai salah satu yang utama tapi komponen tambahan.
Kritik mengenai teori ini dari Noam Chomsky, yang menamainya dengan hipotesis 'ketak-adaan' -- sebuah penolakan dari keberadaan bahasa sebagi suatu objek kajian bagi ilmu alam.
<ref>
Noam Chomsky (2011): [http://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/15475441.2011.584041 Language and Other Cognitive Systems. What Is Special About Language?]
, Language Learning and Development
, 7:4
, 263-278
</ref>
Teori Chomsky sendiri adalah bahwa bahasa muncul secara instan dan dalam bentuk sempurna,
<ref name="Three factors in language design" />
mendorong kritiknya sebagai jawaban bahwa hanya sesuatu yang tidak ada—sebuah konstruksi teoritis atau fiksi sosial yang mudah—yang dapat muncul secara ajaib.
<ref>
Knight, C.
2008.
‘Honest fakes’ and language origins.
''Journal of Consciousness Studies'', 15, No. 10–11, 2008, pp. 236–48.
</ref>
Kontroversi masih tetap belum terselesaikan.
==== Hipotesis Menara Babel ====
Telah disarankan bahwa bahasa mungkin saja berkembang sebagian untuk menutup komunikasi, untuk mengatur supaya suku sendiri terpisah dari terkontaminasi yang lain.
<ref>
[[Mark Pagel]]
, ''War of Words''
, [[New Scientist]]
, number 2894
, page 38
, 08-Dec-2012.
</ref>
Hal ini berkaitan dengan [[paradoks pembicara-kode]], kisah [[Menara Babel]], dan tidak bertentangan dengan bahasa-ibu, perawatan dalam suku, dan hipotesis pencegahan inses yang dijelaskan di atas.
=== Teori Jestural ===
Teori jestural menyatakan bahwa bahasa manusia berkembang dari [[jestur]] yang digunakan sebagai komunikasi sederhana.
Baris 346 ⟶ 668:
''The Mind of an Ape'', ISBN 0-393-01581-5.
</ref>
Penelitian telah menemukan bukti kuat untuk ide bahwa [[komunikasi oral|bahasa lisan]] dan bahasa isyarat bergantung pada struktur saraf yang sama.
Pasien yang menggunakan bahasa isyarat, dan yang menderita ''left-[[cerebral hemisphere|hemisphere]] [[lesion]]'', memperlihatkan gangguan yang sama dengan bahasa isyarat sebagaimana pasien vokal dengan bahasa oralnya.
<ref>{{Cite book
|title=Neuromotor Mechanisms in Human Communication
|author=Kimura, Doreen
|year=1993
|publisher=Oxford University Press
|location=Oxford
|isbn=978-0-19-505492-7
}}
</ref>
Peneliti lain menemukan bagian ''left-hemisphere'' otak yang aktif saat melakukan bahasa isyarat sama dengan saat menggunakan bahasa vokal atau tulisan.
<ref>
{{
Cite journal
|title=A Critical Period for Right Hemisphere Recruitment in American Sign Language Processing
|author=Newman, A. J., et al.
|year=2002
|journal=Nature Neuroscience
|volume=5
|pages=76–80
|doi=10.1038/nn775
|pmid=11753419
|issue=1
}}
</ref>
Pertanyaan penting untuk teori jestural yaitu kenapa terjadi peralihan ke penggunaan vokalisasi. Terdapat tiga penjelasan yang memungkinkan:
# Nenek moyang kita mulai menggunakan alat yang lebih banyak, artinya kedua tangan mereka sedang digunakan dan tidak dapat digunakan untuk melakukan jestur.<ref>
Corballis, M. C.
2002.
Did language evolve from manual gestures?
In A. Wray (ed.), ''The Transition to Language.''
Oxford: Oxford University Press, pp. 161-179.
</ref>
# Penggunaan jestur manual membutuhkan dua invidu yang berkomunikasi dapat melihat satu sama lain. Pada banyak situasi, mereka butuh berkomunikasi, bahkan tanpa kontak visual—misalnya saat malam hari atau saat dedaunan menghalangi pemandangan.
# Berdasarkan hipotesis gabungan, bahasa awal menggunakan bagian jestur dan bagian vokal [[mimemis]] (meniru 'lagu-dan-tarian'), menggabungkan modalitas-modalitas karena semua sinyal (seperti pada para kera dan monyet) masih diperlukan untuk berbiaya supaya secara intrinsik meyakinkan. Oleh sebab itu, setiap penampilan multi-media diperlukan tidak hanya untuk menghilangkan ambigu dari arti sebenarnya tapi juga untuk menginspirasi kepercayaan dalam realibilitas sinyal. Hal ini menunjukkan bahwa hanya saat pemahaman komunitas muncul<!--
--><ref>
Knight, C. 2008.
[http://www.chrisknight.co.uk/wp-content/uploads/2008/01/knight-springer-online-fulltext.pdf Language co-evolved with the rule of law.]
"Mind and Society" 7(1) 109-128.
</ref> maka secara otomatis diasumsikan kepercayaan dalam upaya komunikatif, paling tidak membolehkan ''Homo sapiens'' berpindah ke format standar yang lebih efisien. Karena fitur perbedaan vokal (kontras suara) cocok untuk tujuan ini, maka hanya pada titik tersebut—saat bahasa tubuh yang secara intrinsik persuasif tidak lagi dibutuhkan untuk menyampaikan setiap pesan—bahwa pemilihan perpindahan dari manual jestur ke bahasa ''ucapan'' terjadi.<!--
--><ref>
Knight, C. 1998.
[http://www.chrisknight.co.uk/wp-content/uploads/2007/09/knight_ritual_speech_coevolution.pdf Ritual/speech coevolution: a solution to the problem of deception.]
In J. R. Hurford, M. Studdert-Kennedy and C. Knight (eds), ''Approaches to the Evolution of Language: Social and cognitive bases.''
Cambridge: Cambridge University Press, pp. 68-91.
</ref><!--
--><ref>
Knight, C. 2000.
[http://www.chrisknight.co.uk/wp-content/uploads/2007/09/Play-as-precursor.pdf Play as precursor of phonology and syntax.]
In Knight, C., M. Studdert-Kennedy and J. R. Hurford (eds), 2000.
''The Evolutionary Emergence of Language. Social function and the origins of linguistic form.''
Cambridge: Cambridge University Press, pp. 99-119.
</ref><!--
--><ref>
{{cite journal
| last1 = Knight
| first1 = C.
| year = 2008
| title = 'Honest fakes' and language origins
| url = http://www.chrisknight.co.uk/wp-content/uploads/2007/09/Honest-fakes-and-language-origins.pdf
| format = PDF
| journal = Journal of Consciousness Studies
| volume = 15
| issue = 10-11
| pages = 236–48
}}</ref>
Manusia masih menggunakan tangan dan jestur wajah saat berbicara, terutama saat seseorang bertemu dengan orang lain yang berbeda bahasa.
<ref>
{{
Cite book
|title=Fundamentals of Human Neuropsychology
|author=Kolb, Bryan, and Ian Q. Whishaw
|year=2003
|edition=5th
|publisher=Worth Publishers
|isbn=978-0-7167-5300-1
}}
</ref>
Dan ada juga, sudah pasti, sejumlah [[bahasa isyarat]] yang masih ada, biasanya berkaitan dengan komunitas [[tuli]]; penting juga diketahui bahwa bahasa isyarat memiliki kompleksitas, kecanggihan, dan kekuatan ekspresif yang sama dengan bahasa lisan yang ada—fungsi kognitifnya sama dan bagian otak yang digunakan juga sama—perbedaannya adalah "fonem" diproduksi oleh tubuh bagian luar, diartikulasikan dengan tangan, badan, dan ekspresi muka, bukan dengan bagian dalam tubuh yang diartikulasikan dengan lidah, gigi, bibir, dan pernapasan.
Kritik terhadap teori jestural menyatakan bahwa sangat sulit untuk menyebutkan alasan serius mengapa komunikasi [[vokal]] berbasis-nada (yang digunakan pada primata) ditinggalkan demi komunikasi yang kurang efektif selain suara, komunikasi jestural.
Namun, Michael Corballis telah menunjukan bahwa komunikasi vokal primata (seperti teriakan peringatan) tidak bisa dikontrol secara sadar, tidak seperti gerakan tangan, dan maka ia tidak kredibel sebagai prekursor bagi bahasa manusia; vokalisasi primata agak homolog dengan dan terus menerus dalam refleks yang disengaja (terhubung dengan dasar emosi manusia) seperti teriakan atau tawa (fakta bahwa hal tersebut dapat dipalsukan tidak membantah fakta bahwa respons asli tak-sengaja saat takut atau terkejut tetap ada).
Juga, jestur bukannya secara umum kurang efektif, dan bergantung pada situasi bisa jadi menguntungkan, sebagai contohnya dalam suatu lingkungan yang bising atau saat perlu untuk diam, seperti saat berburu.
Tantangan lain untuk teori "jestur-lebih-dahulu" telah dikemukakan oleh peneliti dalam [[psikolinguistik]], termasuk [[David McNeill]].
=== Saraf cermin dan asal mula bahasa ===
Pada manusia, penelitian fungsi MRI telah melaporkan menemukan wilayah yang sama dengan sistem saraf cermin pada monyet di korteks bagian depan bawah, dekat dengan wilayah Borca, salah satu yang dihipotesiskan sebagai wilayah bahasa pada otak.
Hal ini memberikan petunjuk bahwa bahasa manusia berkembang dari sebuah sistem pemahaman isyarat yang tertanam di saraf cermin.
Saraf-saraf cermin dikatakan memiliki potensi untuk menyediakan suatu mekanisme untuk memahami tindakan, belajar meniru, dan menyimulasikan perilaku orang lain.
<ref>
[[John Skoyles (scientist)|Skoyles, John R.]],
''Gesture, Language Origins, and Right Handedness'',
Psycholoqy: 11,#24, 2000
</ref>
Hipotesis ini didukung oleh beberapa homologi ''[[sitoarkitektonik]]'' antara wilayah premotor monyet F5 dan wilayah Broca pada manusia.
<ref>
Petrides, Michael, Cadoret, Genevieve, Mackey, Scott (2005).
Orofacial somatomotor responses in the macaque monkey homologue of Broca's area,
Nature: 435,#1235
</ref>
Laju ekspansi [[kosa kata]] terkait dengan kemampuan [[anak]] untuk meniru suara bukan-kata dan juga dalam mempelajari pengucapan kata baru.
Hal seperti [[pengulangan bicara]] terjadi secara otomatis, cepat
<ref name="Porter">{{Cite PMID|7421161}}</ref>
dan secara terpisah pada otak untuk [[persepsi bicara]].
<ref name="McCarthy">{{Cite PMID|6722512}}</ref>
<ref name="McCarthy2">{{Cite PMID|11239078}}</ref>
Lebih lanjut imitasi suara tersebut dapat terjadi tanpa pemahaman seperti dalam [[pembayangan bicara]]
<ref>{{Cite PMID|4621131}}</ref>
dan [[echolalia]].
<ref>{{Cite PMID|907878}}</ref>
Bukti lebih lanjut dari keterkaitan ini datang dari penelitian terbaru, dengan mengukur aktivitas otak dari dua peserta menggunakan fMRI saat mereka melakukan isyarat kata-kata antara satu sama lain menggunakan isyarat tangan melalui suatu permainan [[tebak kata]]—sebuah modalitas yang beberapa ahli menyarankan mungkin merepresentasikan prekursor secara evolusi dari bahasa manusia.
Analisis data menggunakan [[Kausalitas Granger]] memperlihatkan bahwa sistem saraf cermin dari pengamat memang merefleksikan pola dari aktivitas dari aktivitas di dalam sistem motor si pengirim, mendukung ide bahwa konsep motor berhubungan dengan kata-kata memang ditransmisikan dari satu otak ke otak lain menggunakan sistem cermin.
<ref name=Schippers>
{{cite journal
|doi=10.1073/pnas.1001791107
|last=Schippers
|first=MB
|last2=Roebroeck
|first2=A
|last3=Renken
|first3=R
|last4=Nanetti
|first4=L
|last5=Keysers
|first5=C
|title=Mapping the Information flow from one brain to another during gestural communication
|journal=Proc Natl Acad Sci U S A.
|year=2010
|volume=107
|issue=20
|pages=9388–93
|url=http://www.bcn-nic.nl/txt/people/publications/2010_SchippersKeysers_PNAS.pdf
|pmid= 20439736|pmc=2889063
}}</ref>
Perlu diketahui bahwa sistem saraf cermin tampak pada dasarnya tidak memadai untuk memainkan peran dalam [[sintaks]], selama properti penting bahasa manusia yang diterapkan dalam struktur rekursif hierarkis ini diratakan menjadi urutan linier fonem-fonem yang membuat struktur rekursif tidak dapat diakses oleh deteksi sensoris.
<ref>
{{cite book
| url=http://mitpress.mit.edu/catalog/item/default.asp?ttype=2&tid=11488
| title=The Boundaries of Babel. The Brain and the Enigma of Impossible Languages
| last=Moro
| first= Andrea
| publisher=[[MIT Press]]
| year=2008
| isbn= 978-0-262-13498-9.
| pages=257
}}</ref>
=== Teori menaruh anak di bawah ===
Menurut teori 'menaruh anak di bawah'-nya [[Dean Falk]], interaksi vokal antara ibu hominin awal dengan anaknya memunculkan perkataan awal leluhur kita.
<ref>
{{cite journal
| last1 = Falk
| first1 = D.
| year = 2004
| title = Prelinguistic evolution in early Hominins: Whence motherese?
| url =
| journal = Behavioral and Brain Sciences
| volume = 27
| issue =
| pages = 491–503
}}</ref>
Ide dasarnya adalah ibu manusia yang berevolusi, tidak seperti monyet dan kera, tidak dapat berpindah tempat dan mencari makanan saat anaknya menggantung di belakang mereka.
Hilangnya bulu pada kasus manusia menyebabkan anak bukan berarti tidak mau menggantung.
Seringkali, karenanya, si ibu harus menaruh bayi mereka di bawah. Hasilnya, bayi-bayi tersebut harus diyakinkan bahwa mereka tidak diacuhkan.
Si ibu merespon dengan mengembangkan 'motherese' -- sistem komunikasi langsung kepada bayi yang menekankan ekspresi wajah, bahasa tubuh, menyentuh, menepuk, membelai, tertawa, menggelitik dan teriakan-teriakan panggilan ekspresif secara emosional.
Argumennya adalah bahwa bahasa bisa saja berkembang karena hal-hal tersebut.
Kritik menyatakan bahwa bila teori ini mungkin menjelaskan sejumlah jenis 'protobahasa' terhadap-bayi - dikenal sekarang sebagai 'motherese' - ia hanya memberikan sedikit untuk menjawab permasalahan yang lebih rumit, yaitu munculnya di antara orang dewasa perkataan dengan sintaks.
Namun, dalam ''[[The Mental and Social Life of Babies]]'', psikolog [[Kenneth Kaye]] menulis bahwa tidak ada bahasa yang digunakan sekarang dapat berkembang tanpa komunikasi interaktif antara anak-anak muda dengan orang dewasa.
"Tidak ada sistem simbolik yang dapat bertahan dari satu generasi ke generasi selanjutnya jika ia tidak dapat secara mudah ditangkap oleh anak-anak dalam kondisi normal mereka pada kehidupan sosial."<ref>
{{cite book
|last=Kaye
|first=K.
|title=The Mental and Social Life of Babies
|year=1982
|publisher=Univ. Chicago Press
|isbn=0226428486
|pages=186
}}</ref>
=== Teori Gramatisasi ===
Baris 458 ⟶ 968:
</ref>
Di luar manusia modern, keadaan tersebut tidak berlaku.
=== Teori Kera yang dijinakkan ===
Menurut penelitian yang menginvestigasi perbedaan suara antara [[white-rumped Munia]] dengan bandingannya yang dikandangkan ([[society finch|Bengalese finch]]), munia liar menggunakan urutan suara tinggi yang khas, sedangkan yang dipelihara mengeluarkan suara tinggi yang terpaksa. Pada finch liar, sintaks dari suara adalah supaya disukai oleh betina - seleksi seksual - dan secara relatif tidak berubah. Namun, pada Bengalese finch, seleksi alam digantikan oleh proses keturunan, dalam kasus ini untuk corak warna pada bulu, sehingga dipisahkan dari tekanan selektif, sintaks suara yang khas dibiarkan menghilang. Ia digantikan, selama 1000 generasi, oleh sebuah variabel and tahap-tahap pembelajaran. Finch liar, lebih lanjut, tidak mampu mempelajari urutan suara dari finch lainnya.
<ref>
{{
Cite journal
|author=Soma, M., Hiraiwa-Hasegawa, M., & Okanoya, K.
|year=2009
|title=Early ontogenetic effects on song quality in the [[Bengalese finch]] (''Lonchura striata var. domestica''): laying order, sibling competition and song sintax.
|journal=Behavioral Ecology and Sociobiology
|volume=63
|pages=363–370
|url=http://www.springerlink.com/content/n1085n85073j6174/fulltext.pdf|doi=10.1007/s00265-008-0670-9
|issue=3
}}
</ref>
Dalam bidang [[vokalisasi burung]], bagian otak yang menghasilkan hanya suara bawaan lahir memiliki jalur neural yang sederhana: pusat forebrain motor utama, dikenal dengan robust nucleus dari [[arcopallium]], terhubung ke bagian tengah penghasil vokal, yang memproyeksikan ke brainstem motor nuclei. Secara berlawanan, bagian otak yang mampu mempelajari suara, arcopallium menerima input dari sejumlah bagian otak-depan, termasuk dari bagian yang terlibat dalam belajar dan pengalaman sosial. Kontrol dalam menghasilkan suara menjadi kurang terbatas, lebih tersebar, dan lebih fleksibel.
Bila dibandingkan dengan primata lain, yang sistem komunikasinya terbatas pada stereotip suara teriak dan teriakan yang tinggi, manusia memiliki sangat sedikit vokalisasi bawaan lahir, sebagai contoh [[tertawa]] dan [[menangis]]. Lebih lanjut, vokalisasi bawaan lahir ini dihasilkan oleh jalur neuronal yang terbatas, dengan bahasa dihasilkan oleh sistem yang sangat tersebar mengikutkan sejumlah wilayah pada otak manusia.
Fitur bahasa yang menonjol adalah bila kemampuan berbahasa diturunkan, bahasa itu sendiri ditransmisi lewat kultur. Yang ditransmisi lewat kultur juga pemahaman, seperti teknologi dalam cara-cara melakukan sesuatu, yang dibungkus dalam penjelasan berbasis bahasa. Karenanya seseorang akan mendapatkan lintasan evolusi yang kuat antara kemampuan bahasa dan kultur: proto-manusia yang mampu menggunakan bahasa pertama, dan diasumsikan belum sempurna, akan memiliki akses pemahaman kultural yang lebih baik, dan pemahaman kultural, disampaikan dalam proto-bahasa yang dapat dipahami oleh otak anak-anak, akan lebih mudah ditrasmisikan, sehingga memberikan manfaat yang dapat diperoleh.
Karena itu proto-manusia masih melaksanakan, dan terus melaksanakan, apa yang disebut [[konstruksi niche]], membuat [[niche]] kultural yang menyediakan kunci pemahaman terhadap kelangsungan hidup, dan perubahan evolusionari berkelanjutan yang mengoptimasi kemampuannya untuk menghiasi niche tersebut. Tekanan seleksi yang beroperasi untuk menopang insting yang dibutuhkan untuk bertahan hidup pada niche sebelumnya akan diharapkan mengendur karena manusia menjadi bergantung kepada niche kultural yang dibuat sendiri, selama inovasi-inovasi yang memfasilitasi adaptasi kultural—dalam kasus ini, inovasi dalam kompetensi bahasa—akan lebih berkembang.
Salah satu cara untuk memikirkan tentang evolusi manusia adalah kita ini seperti kera yang dijinakkan. Seperti halnya penjinakkan mengendurkan seleksi untuk stereotip suara pada burung finch—pilihan pasangan digantikan dengan pilihan yang dibuat oleh kepekaan estetis dari peternak burung dan kustomernya—bisa saja domestikasi dari kultural kita telah mengendurkan seleksi dalam banyak hal dari sifat perilaku primata kita, menyebabkan jalur lama menjadi merosot dan terbentuk ulang. Mempertimbangkan bahwa otak mamalia berkembang secara tidak pasti—otak berkembang secara "bottom up", dengan satu kelompok interaksi neuronal mempersiapkan langkah untuk interaksi selanjutnya—jalur degradasi lebih condong untuk mencari dan menemukan kesempatan baru untuk terhubung sinaptis. Perbedaan turunan dari jalur otak seperti itu bisa saja berkontribusi pada kompleksitas fungsi yang mengkarakterisasikan bahasa manusia. Dan, seperti yang terjadi pada burung finch, de-diferensiasi tersebut dapat terjadi dalam waktu yang cepat.
<ref>
{{Cite journal
|author=Graham Ritchie and Simon Kirby
|year=2005
|title=Selection, domestication, and the emergence of learned communication systems
|journal=Second International Symposium on the Emergence and Evolution of Linguistic Communication
|volume=
|pages=
|url=http://homepages.inf.ed.ac.uk/s0237680/pubs/ritchie_05_selection.pdf
}}</ref><ref>
{{Cite news
|author= Ursula Goodenough
|title=Did We Start Out As Self-Domesticated Apes?
|newspaper= http://www.npr.org
|date= February 5, 2010
|url= http://www.npr.org/blogs/13.7/2010/02/did_we_start_out_as_selfdomest.html}}</ref>
== Bicara dan bahasa untuk komunikasi ==
Baris 505 ⟶ 1.057:
Fakta ini adalah bukti kuat keuniversalan [[intonasi tanya]].
== Perkembangan kognitif dan bahasa ==
Salah satu kemampuan yang menarik yang dimiliki oleh pengguna bahasa adalah referensi tingkat-tinggi, atau kemampuan untuk menunjuk ke benda atau keadaan sesuatu yang tidak terjadi secara langsung bagi pembicara. Kemampuan ini terkadang berhubungan kepada teori pikiran, atau sebuah kepedulian dari orang lain sebagai mahluk hidup seperti dirinya dengan hasrat dan perhatian sendiri. Menurut Chomsky, Hauser dan Fitch (2002), ada enam aspek dari sistem referensi tingkat-tinggi:
* [[Teori pikiran]]
* Kapasitas untuk mendapatkan representasi konseptual non-linguis, seperti perbedaan pada objek/sifat
* Mengenali sinyal vokal
* Imitasi sebagai sistem yang rasional, bertujuan, sengaja.
* Secara sukarela mengatur produksi sinyal sebagai bukti dari komunikasi yang sengaja
* [[Kognisi angka]]
=== Teori pikiran ===
{{main|Teori pikiran}}
[[Simon Baron-Cohen]] (1999) berargumen bahwa teori pikiran pasti mendahului penggunaan bahasa, berdasarkan bukti penggunaan dari karakteristik-karakteristik berikut sekitar 40.000 tahun yang lalu: komunikasi, perbaikan komunikasi yang gagal, mengajar, persuasi, penipuan yang disengaja, membuat tujuan dan rencana bersama-sama, membagi fokus atau topik secara sengaja, dan berpura-pura. Lebih lanjut, Baron-Cohen berargumen bahwa banyak primata memiliki kemampuan ini, tetapi tidak semuanya. Penelitian Call dan Tomasello terhadap simpanse mendukung argumen ini, dengan seekor simpanse tampak memahami bahwa simpanse lain memiliki kepedulian, pengetahuan, dan tujuan, tetapi tidak memahami penipuan. Banyak primata memperlihatkan kecendrungan ke arah teori pikiran, tetapi tidak sepenuhnya sama dengan yang dimiliki manusia. Secara keseluruhan, ada sejumlah konsensus bahwa teori pikiran diperlukan untuk menggunakan bahasa. Maka, perkembangan dari teori pikiran pada manusia diperlukan sebagai suatu prekursor penting untuk penggunaan bahasa secara penuh.
=== Pengenalan pada Angka ===
Dalam satu penelitian, tikus dan merpati dibutuhkan untuk menekan tombol beberapa kali untuk mendapatkan makanan: binatang memperlihatkan akurasi perbedaan untuk angka yang kecil dari empat, tapi setelah angka dinaikkan, tingkat error meningkat (Chomsky, Hauser & Fitch, 2002). Matsuzawa (1985) mencoba mengajari angka arab. Perbedaan antara primata dan manusia dalam hal ini sangatlah besar, saat simpanse membutuhkan ribuan percobaan untuk mempelajarai angka 1-9 dengan setiap angka membutuhkan waktu pelatihan yang hampir sama; dan, setelah mempelajari makna dari 1, 2 dan 3 (dan terkadang 4), anak-anak dengan mudah memahami nilai integer tertinggi dengan menggunakan fungsi turunan (misalnya, 2 lebih besar dari 1, 3 adalah 1 angkat lebih besar dari 2, 4 lebih besar 1 angka daripada 3; setelah mencapai angka 4 tampaknya hampir semua anak memiliki [[A-Ha! momen|"a-ha!" momen]] dan memahami nilai semua integer ''n'' adalah lebih besar 1 dari angka sebelumnya). Secara sederhana, primata lain belajar arti dari angka satu persatu dengan menggunakan pendekatan yang sama dengan mengacu pada simbol sementara anak-anak pertama cukup mempelajari daftar dari simbol (1,2,3,4...)
dan kemudian nantinya mereka akan mempelajari arti sebenarnya.
<ref>
S. Carey,
''Mind Lang.'' 16, 37 (2001)
</ref>
Hasil ini dapat dilihat sebagai bukti dari aplikasi dari "open-ended generative property" dari bahasa dalam pengenalan angka pada manusia.
<ref>
Hauser, Chomsky, Fitch, ''Science'', Vol. 298, No. 5598 (Nov. 22, 2002), p. 1577
</ref>
== Struktur Linguistik ==
=== Prinsip leksikal-fonologis ===
Hocket (1966) memberikan daftar rincian fitur yang penting untuk menjelaskan bahasa manusia. Dalam wilayah prinsip leksikal-fonologis, dua fitur dari daftar tersebut yang sangat utama:
* Produktifitas: pengguna dapat membuat dan memahami pesan yang sangat asing.
** Pesan baru secara bebas diciptakan oleh pencampuran, menganalisa dari, atau mengubah yang lama.
** Tidak ada elemen baru atau lama yang secara bebas menjadi semantik baru karena lingkungan dan konteks. Hal ini mengatakan bahwa di setiap bahasa, idiom baru secara konstan tercipta.
* Dualitas (dalam pola): sejumlah elemen yang memiliki arti adalah hasil ciptaan dari sejumlah kecil elemen yang kurang berarti secara tersendiri dan berbeda-arti.
Sistem suara dari bahasa terbentuk dari sejumlah item-item fonologi sederhana. Dengan aturan [[fonotaktik]] suatu bahasa, item-item tersebut dapat digabung ulang dan disatukan, melahirkan [[morfologi (linguistik)|morfologi]] dan kosa kata terbuka. Fitur kunci dari bahasa adalah sejumlah item-item fonologi yang terbatas dan sederhana melahirkan sistem kosa kata yang tidak terbatas dengan aturan-aturan yang menentukan bentuk dari setiap item, dan artinya terkait dengan bentuknya. Sintak fonologi adalah kombinasi sederhana dari unit fonologi yang sudah ada. Terkait dengan hal tersebut, fitur utama lain dari bahasa manusia adalah: sintaksis leksikal (kosa kata), dengan unit yang sudah ada digabungkan, menghasilkan item baru secara semantik (arti) atau berbeda secara kosa kata.
Beberapa elemen dari prinsip leksikal-fonologis diketahui ada di luar manusia. Bila semua (atau hampir kesemua) telah didokumentasikan dalam suatu bentuk dalam dunia alami, hanya sedikit yang ada dalam satu spesies yang sama. Nyanyian burung, kera, dan suara paus semuanya memperlihatkan sintak
fonologi, gabungan unit suara menjadi struktur besar tanpa meningkatkan atau memberi arti baru. Beberapa spesies primata memiliki sistem fonologi sederhana dengan unit-unit menunjuk pada beberapa entiti di dunia. Namun, perbedaannya dengan sistem manusia, unit-unit pada sistem primata tersebut
biasanya terjadi dalam isolasi. Ada sebuah bukti baru yang menyatakan bahwa monyet Campbell juga memperlihatkan sintak leksikal, menggabungkan dua teriakan (teriakan peringatan adanya predator dengan "boom", sebuah gabungan yang menyatakan berkurangnya bahaya), namun masih belum jelas apakah itu adalah leksikal atau fenomena morfologi.
=== Pijin dan kreol ===
{{Main|Bahasa kreol|Bahasa pijin}}
Pijin adalah bahasa yang secara signifikan disederhanakan dengan hanya tata-bahasa yang belum sempurna dan kosa kata yang terbatas. Pada masa awal perkembangannya pijin hanya terdiri dari kata benda, kata kerja, dan kata keterangan dengan sedikit atau tanpa pasal, kata depan, kata penghubung atau kata bantu kerja. Tata bahasanya tidak memiliki [[urutan kata]] dan kata-katanya tidak ada [[nada suara]].
<ref name="thirdchimpanzee"/>
Jika komunikasi terjadi antara kelompok yang menggunakan pijin untuk waktu yang lama, pijin akan menjadi komplek dalam beberapa generasi. Jika anak dalam satu generasi menggunakan pijin sebagai bahasa natif maka ia akan berkembang menjadi [[bahasa kreol]], yang makin teratur dan
menggunakan tata-bahasa yang lebih rumit, dengan fonologi yang teratur, sintak, morfologi, dan penggunaan sintaktis. Sintak dan morfologi dari bahasa itu bisa saja memiliki inovasi lokal sendiri yang tidak diturunkan dari bahasa orang tuanya.
Penelitian terhadap bahasa kreol diseluruh dunia telah menjelaskan bahwa mereka memiliki kesamaan yang luar biasa dalam tata-bahasa dan berkembang secara seragam dari pijin dalam satu generasi. Kesamaan ini jelas kelihatan walaupun kreol tidak memiliki sumber yang sama. Sebagai tambahan, kreol
memiliki kesamaan walaupun terbentuk dalam isolasi yang berbeda satu dengan yang lain. [[Teori bioprogram bahasa|Kesamaan sintak]] termasuk urutan kata dalam [[Subject Verb Object|Subjek-Kata Kerja-Objek]] (SKO). Bahkan bila kreol berasal dari bahasa dengan urutan kata yang berbeda mereka sering
berkembang menjadi urutan SKO. Kreol condong memiliki kesamaan pola penggunaan untuk klausa yang pasti dan tak pasti, dan memiliki aturan perubahan untuk struktur kalimat walaupun pada bahasa asalnya tidak ada.
<ref name="thirdchimpanzee"/>
== Rentang waktu evolusiner ==
=== Bahasa Primata ===
Bidang ahli primatologi dapat memberikan kita gambaran mengenai cara [[Kera Besar]] berkomunikasi di alam liar.
Baris 580 ⟶ 1.194:
| publisher = [[Ohio State University]]
}}</ref>
=== Awal-''Homo'' ===
Mengenai pengucapan, ada spekulasi yang patut dipertimbangkan mengenai kemampuan bahasa dari awal-''[[Homo (genus)|Homo]]'' (2,5 sampai 0,8 juta tahun yang lalu). Secara anatomi, beberapa ahli percaya kemampuan [[bipedalisme]], yang berkembang dalam [[australopithecine]] sekitar 3,5 juta tahun lalu, telah membawa perubahan pada tengkorak, membuat sistem vokal lebih banyak berbentuk L-nya. Bentuk dari trak dan laring yang terletak dekat di bawah leher merupakan prasyarat penting bagi kebanyakan suara yang dihasilkan manusia, terutama sekali pada huruf hidup.
Ilmuwan lain percaya bahwa, berdasarkan posisi laring, [[Neanderthal]] tidak memiliki anatomi yang dibutuhkan untuk menghasilkan suara secara penuh yang dibuat oleh manusia modern.
<ref name="linguisticshandbook">
{{Cite book
|year=2001
|title=The Handbook of Linguistics
|editor-first=Mark
|editor-last=Aronoff
|editor2-first=Janie
|editor2-last=Rees-Miller
|location=Oxford
|publisher=Blackwell Publishers
|pages=1–18
|isbn=1-4051-0252-7
}}
</ref>
<ref name="comparativereview">
{{Cite web
|url=http://www3.isrl.uiuc.edu/~junwang4/langev/localcopy/pdf/fitch00speech.pdf
|title=The Evolution of Speech: A Comparative Review
|author=Fitch, W. Tecumseh
|format=PDF
|accessdate=2007-09-09
}}</ref>
Sebelumnya diajukan bahwa perbedaan antara saluran vokal ''Homo sapiens'' dan Neanderthal dapat dilihat pada fosil, tapi penemuan [[tulang hyoid]] Neanderthal (lihat di bawah) identik dengan yang ditemukan pada ''Homo sapiens'', telah melemahkan teori tersebut.
Tetap saja ada yang berpendapat bahwa rendahnya laring tidak mempengaruhi perkembangan kemampuan berbicara.
<ref>
John Ohala, (2000).
The irrelevance of the lowered larynx in modern man for the development of speech].
In ''[http://www.infres.enst.fr/confs/evolang/ Evolution of Language - Paris conference]'' (pp. 171-172).
</ref>
Istilah ''bahasa-purba'', yang didefinisikan oleh linguis [[Derek Bickerton]], adalah bentuk primitif dari komunikasi yang memiliki kekurangan:
* [[sintaks]] yang lengkap
* kata penunjuk waktu, aspek, kata kerja bantu, dll.
* kosa kata kelas-tertutup (misalnya, non-leksikal)
Sebuah tingkat dalam evolusi bahasa berada di antara [[bahasa kera besar]] dan bahasa manusia modern yang telah lengkap. Bickerton (2009) menempatkan pertama munculnya bahasa-purba dengan munculnya ''Homo'' awal, dan menghubungkan kemunculannya dengan tekanan adaptasi perilaku terhadap [[konstruksi niche]] dari ''[[memulung]]'' yang dihadapi oleh ''Homo habilis''.
<ref>
Bickerton, ''Adam's Tongue'' (2009).
</ref>
Fitur anatomis seperti vokal huruf L berevolusi terus-menerus, tidak muncul tiba-tiba.
<ref>
{{Cite book
|title=Mapping Human History
|last=Olson
|first=Steve
|isbn=0-618-35210-4
|publisher=Houghton Mifflin Books
|year=2002
|quote=Any adaptations produced by evolution are useful only in the present, not in some vaguely defined future. So the vocal anatomy and neural circuits needed for language could not have arisen for
something that did not yet exist
}}
</ref>
Makanya lebih memungkinkan bila ''[[Homo habilis]]'' dan ''[[Homo erectus]]'' selama [[Lower Pleistocene]] memiliki semacam bentuk komunikasi sederhana antara manusia modern dan primata lainnya.
<ref name="ruhlen">
{{Cite book
|last=Ruhlen
|first=Merritt
|authorlink=Merritt Ruhlen
|title=Origin of Language
|isbn=0-471-58426-6
|publisher=Wiley
|location=New York, NY
|year=1994
|page=3
|quote=Earlier human ancestors, such as ''Homo habilis'' and ''Homo erectus'', would likely have possessed less developed forms of language, forms intermediate between the rudimentary communicative systems of, say, chimpanzees and modern human languages
}}
</ref>
=== ''Homo sapiens'' purba ===
{{See|Homo sapiens purba}}
[[Steven Mithen]] mengusulkan istilah ''Hmmmmm'' terhadap sistem komunikasi pra-linguistik yang digunakan oleh ''[[Homo (genus)|Homo]]'' purba, dimulai dari ''[[Homo ergaster]]'' dan mencapai tingkat tertinggi penggunaannya di masa [[Pleistosen Tengah]] pada ''[[Homo heidelbergensis]]'' dan ''[[Homo neanderthalensis]]''. ''Hmmmmm'' adalah akronim dari kata bahasa Inggris untuk ''h''olistic (bukan-gabungan), ''m''anipulatif (ucapan merupakan perintah atau sugesti, bukan penjelasan), ''m''ulti-''m''odal (akustik sebagaimana isyarat dan mimik), [[Asal mula musik|''m''usical]] (bersifat musik), dan ''m''imetic.<ref name="isbn0-674-02192-4">
{{Cite book
|author=Mithen, Steven J.
|authorlink=Steven Mithen
|title=The Singing Neanderthals: The Origins of Music, Language, Mind, and Body
|publisher=Harvard University Press
|location=Cambridge
|year=2006
|pages=
|isbn=0-674-02192-4
|oclc=
|doi=
|accessdate=
}}</ref>
==== ''Homo heidelbergensis'' ====
{{See also|Homo heidelbergensis#Bahasa|l1=Homo heidelbergensis: Bahasa}}
''H. heidelbergensis'' adalah kerabat dekat (kebanyakan mungkin karena turunan dari bermigrasi) dari ''Homo ergaster''. ''H. ergaster'' beberapa peneliti percaya bahwa spesies ini sebagai hominid pertama yang dapat membuat suara yang terkontrol, kemungkinan meniru vokalisasi hewan lain.
<ref>
Mithen, Steven (2006).
The Singing Neanderthals, ISBN 978-0-674-02559-8 {{Please check ISBN|reason=Check digit (8) does not correspond to calculated figure.}}
</ref>
dan ''H. heidelbergensis'' mengembangkan kultur yang lebih rumit sejak dari titik tersebut dan mungkin mengembangkan bentuk bahasa simbolik pertama.
==== ''Homo neanderthalensis'' ====
{{See also|Perilaku Neanderthal#Bahasa|l1=Perilaku Neanderthal: Bahasa}}
Penemuan [[tulang hyoid]] Neanderthal pada tahun 2007 menyatakan bahwa Neanderthal secara anatomis bisa saja menghasilkan suara seperti manusia modern. [[Saraf hypoglossal]], yang dikirim lewat kanal, mengontrol pergerakan lidah dan ukurannya dikatakan mempengaruhi kemampuan berbicara. Hominid yang hidup lebih dari 300,000 tahun lalu memiliki kanal hypoglossal lebih mirip dengan simpanse daripada manusia.
<ref>
{{Cite journal
|url=http://www.baa.duke.edu/kay/site/riogallegos/PDFs/j74.pdf
|title=Hypoglossal Canal Size in Living Hominoids and the Evolution of Human Speech
|format=PDF
|author=Jungers, William L. et al.
|year=2003
|month=August
|journal=Human Biology
|volume=75
|pages=473–484
|accessdate=2007-09-10
|doi=10.1353/hub.2003.0057
|issue=4
|archiveurl =
http://web.archive.org/web/20070612035730/http://www.baa.duke.edu/kay/site/riogallegos/PDFs/j74.pdf
<!-- Bot retrieved archive -->
|archivedate = 2007-06-12
|pmid=14655872
}}
</ref>
<ref>
{{Cite journal
|title=Hypoglossal Canal Size and Hominid Speech
|author=DeGusta, David et al.
|year=1999
|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America
|volume=96
|pages=1800–1804
|accessdate=2007-09-10
|quote=Hypoglossal canal size has previously been used to date the origin of human-like speech capabilities to at least 400,000 years ago and to assign modern human vocal abilities to Neandertals. These conclusions are based on the hypothesis that the size of the hypoglossal canal is indicative of speech capabilities.
|doi=10.1073/pnas.96.4.1800
|pmid=9990105
|issue=4
|pmc=15600
}}
</ref>
<ref name="constrainingtime">
{{Cite journal
|url=http://www.tech.plymouth.ac.uk/socce/evolang6/johansson_constraining.pdf
|format=PDF
|title=Constraining the Time When Language Evolved
|author=Johansson, Sverker
|journal=Evolution of Language: Sixth International Conference, Rome
|year=2006
|month=April
|accessdate=2007-09-10
|quote = Hyoid bones are very rare as fossils, as they are not attached to the rest of the skeleton, but one Neanderthal hyoid has been found (Arensburg et al., 1989), very similar to the hyoid of modern Homo sapiens, leading to the conclusion that Neanderthals had a vocal tract similar to ours (Houghton, 1993; Bo¨e, Maeda, & Heim, 1999).
|pages=152
|doi=10.1142/9789812774262_0020
}}
</ref>
Walaupun Neanderthal memiliki anatomi yang memungkinkan untuk berbicara, [[Richard G. Klein]] pada tahun 2004 meragukan bahwa mereka memiliki bahasa seperti bahasa modern. Keraguan dia berdasarkan catatan fosil dari manusia purba dan peralatan batunya. Sejak 2 juta tahun setelah munculnya ''Homo habilis'', teknologi batu dari hominid berubah sangat sedikit. Klein, yang telah bekerja lama dengan alat-alat batu, menjelaskan alat batu yang kasar pada manusia purba membuatnya tidak mungkin untuk dikelompokkan berdasarkan fungsinya, dan melaporkan bahwa Neanderthal tidak begitu peduli bagaimana bentuk akhir dari alat-alat mereka. Klein berargumen bahwa otak Neanderthal belum mencapai tingkat kompleksitas untuk berbicara secara modern, walaupun komponen fisik untuk menghasilkan suara telah berkembang.
<ref name="kleinbio">
{{Cite journal
|url=http://www.pnas.org/cgi/content/full/101/16/5705#SEC1
|title=Biography of Richard G. Klein
|author=Klarreich, Erica
|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America
|volume=101
|pages=5705–5707
|date=April 20, 2004
|accessdate=2007-09-10
|doi=10.1073/pnas.0402190101
|pmid=15079069
|issue=16
|pmc=395972
}}
</ref>
<ref name="klein">
{{Cite web
|url=http://www.accessexcellence.org/BF/bf02/klein/bf02e3.html
|title=Three Distinct Human Populations
|author=Klein, Richard G.
|work=Biological and Behavioral Origins of Modern Humans
|publisher=Access Excellence @ The National Health Museum
|accessdate=2007-09-10
}}
</ref>
Isu mengenai tingkat kultur dan teknologi dari Neanderthal masih menjadi salah satu kontroversi.
=== ''Homo sapiens'' ===
{{See also|Manusia modern anatomis|Perilaku modernitas}}
Anatomi manusia modern pertama [[Omo remains|muncul dalam catatan fosil]] 195.000 tahun yang lalu di Ethiopia. Tapi walau modern secara anatomis, bukti arkeologi yang ada meninggalkan hanya sedikit indikasi bahwa mereka berperilaku berbeda dengan ''[[Homo heidelbergensis]]''. Mereka memiliki alat batu [[Acheulean]] yang sama dan berburu sedikit efisien dari manusia modern [[Late Pleistocene]].
<ref name="uwnews.org">
Schwarz, J.
http://uwnews.org/article.asp?articleID=37362
</ref>
Transisi ke yang lebih canggih [[Mousterian]] terjadi sekitar 120,000 tahun lalu, dan ini terjadi pada masa ''H. sapiens'' dan ''H. neanderthalensis''.
Perkembangan [[Perilaku modernitas]] pada ''H. sapiens'', yang tidak terjadi pada ''H. neanderthalensis'' atau variasi ''Homo'' lainnya, berkisar antara 70.000 sampai 50.000 tahun yang lalu.
Perkembangan alat yang lebih canggih, pertama kalinya terbentuk lebih dari satu materi (contoh: tulang atau tanduk) dan dapat dikelompokan dalam beberapa kategori dan fungsi (seperti ujung proyektil, alat ukir, pisau, dan alat penggerekan dan tusuk) dianggap sebagai bukti munculnya dan
berkembangnya bahasa yang utuh, diasumsikan karena ia dibutuhkan untuk mengajarkan proses manufaktur kepada para turunannya.
<ref name="kleinbio" />
<ref name="wolpert2">
{{Cite book
|title=Six impossible things before breakfast, The evolutionary origins of belief
|authorlink=Lewis Wolpert
|last=Wolpert
|first=Lewis
|isbn=0-393-06449-2
|url=http://books.google.com/?id=HP35qPdfioAC&pg=PA81&dq=%22make+complex+tools+in+fact%22
|page=81
|year=2006
|publisher=Norton
|location=New York
}}
</ref>
Langkah terbesar {{Dubious|date=April 2010}} dalam evolusi bahasa adalah progres dari primitif, komunikasi seperti [[bahasa pijin]] ke komunikasi berbentuk [[Bahasa Kreol|kreol]] dengan tata-bahasa dan sintak seperti bahasa modern.
<ref name="thirdchimpanzee" />
Beberapa ahli percaya bahwa langkah ini hanya dapat terjadi karena perubahan biologis pada otak, seperti mutasi. Juga dikatakan bahwa gen seperti [[FOXP2]] mungkin telah bermutasi membuat manusa dapat berkomunikasi. {{Dubious|date=April 2010}} Namun, penelitian genetik terbaru memperlihatkan bahwa Neandertal berbagi FOXP2 dengan ''H. sapiens''.
<ref name="Krause et al. 2007">
{{cite journal
|last=Krause
|coauthors=et al.
|journal=Current Biology
|year=2007
|volume=17
|issue=21
|doi=10.1016/j.cub.2007.10.008
|url=http://www.cell.com/current-biology/abstract/S0960-9822%2807%2902065-9
|pmid=17949978
}}
</ref>
Oleh sebab itu ia tidak memiliki mutasi yang unik dengan ''H. sapiens''. Malahan, ia mengindikasikan bahwa perubahan genetik mendahului Neandertal -- ''H. sapiens'' terpisah.
Masih banyak debat tentang apakah bahasa berkembang secara bertahap selama ribuan tahun atau muncul secara langsung.
Area Broca dan Wernicke pada otak primata juga muncul di otak manusia, area pertama yang ikut serta dalam banyak pekerjaan kognitif dan persepsi, yang berakhir pada kemampuan berbahasa. Sirkuit yang sama pada otak primata, sistem stem dan limbic, mengatur suara non-verbal pada manusia (tertawa,
menangis, dll), yang menyatakan bahwa pusat bahasa manusia adalah modifikasi sirkuit neural yang umum pada semua primata. Modifikasi dan skil untuk komunikasi linguis ini tampak sangat unik pada manusia, yang menyiratkan bahwa organ bahasa yang diturunkan setelah garis keturunan manusia terpisah dari garis keturunan primata (simpanse dan bonobo). Secara jelas menyatakan, bahasa kata adalah modifikasi dari laring yang unik pada manusia.
<ref name=Freeman />
Menurut [[Asal-usul manusia modern dari Afrika|hipotesis Asal-usul dari Afrika]], sekitar 50.000 tahun lalu
<ref>
{{Cite web
|url=http://www.sciam.com/article.cfm?articleID=DA5114C2-E7F2-99DF-30BBDDD4415DED90
|title=Skulls Add to "Out of Africa" Theory of Human Origins: Pattern of skull variation bolsters the case that humans took over from earlier species
|author=Minkel, J. R.
|publisher=Scientific American.com
|date=2007-07-18
|accessdate=2007-09-09
}}
</ref>
sekelompok manusia meninggalkan Afrika dan berlanjut mendiami hampir sebagian dari bumi, termasuk Australia dan Amerika, yang mana belum pernah dihuni oleh hominid kuno. Beberapa ilmuwan
<ref name="three_populations">
{{Cite web
|url=http://www.accessexcellence.org/BF/bf02/klein/bf02e3.html
|author=Klein, Richard
|authorlink=Richard Klein (anthropologist)
|title=Three Distinct Populations
|accessdate=2007-11-10
|quote=You've had modern humans or people who look pretty modern in Africa by 100,000 to 130,000 years ago and that's the fossil evidence behind the recent "Out of Africa" hypothesis, but that they only spread from Africa about 50,000 years ago. What took so long? Why that long lag, 80,000 years?
}}
</ref>
percaya bahwa ''Homo sapiens'' tidak meninggalkan Afrika sebelum itu, karena mereka belum memiliki kesadaran dan bahasa modern, dan makanya tidak memiliki kemampuan atau jumlah yang dibutuhkan untuk migrasi. Walaupun demikian, adanya fakta bahwa ''[[Homo erectus]]'' berhasil meninggalkan benua lebih awal
(tanpa kemampuan yang luas dari bahasa, peralatan yang memadai, atau anatomi yang modern), alasan kenapa anatomi manusia modern masih berada di Afrika untuk waktu yang lama masih belum jelas.
== Skenario Biologis pada evolusi bahasa ==
{{Further|Evolusi linguistik}}
Semua manusia memiliki bahasa. Ini termasuk populasi, seperti [[Penduduk Asli Tasmania]] dan [[Orang Andaman|Andaman]], yang telah terisolasi selama 40.000 tahun lebih.
Linguistik [[monogenesis (linguistik)|monogenesis]] adalah hipotesis bahwa ada sebuah proto-bahasa, terkadang disebut [[bahasa proto-manusia|proto-manusia]], dan dari situ semua vokal pada bahasa diturunkan. (hal ini tidak berlaku pada [[bahasa isyarat]], yang diketahui muncul secara tersendiri bukan secara berkelanjutan.)
Jika asumsi tentang bahasa "proto-manusia" diterima, perkiraan waktunya mungkin sekitar 200.000 tahun lalu (zaman ''[[Homo sapiens]]'') dan 50.000 tahun lalu (zaman [[perilaku modernitas]]).
{{Citation needed
|reason=Saya tidak menyadari ada bukti yang secara luas diterima bahwa bahasa leluhur tidak bisa berasal dari manusia selain homo sapiens, yaitu sebelum 200.000 tahun lalu
|date=May 2010
}}
Usaha ilmiah serius yang pertama untuk mencoba menetapkan realitas dari monogenesis adalah dari [[Alfredo Trombetti]], dalam bukunya ''L'unità d'origine del linguaggio'', diterbitkan tahun 1905 (cf. Ruhlen 1994:263).
Trombetti memperkirakan bahwa leluhur bersama bahasa-bahasa yang ada sekarang telah dituturkan antara 100.000 dan 200.000 tahun lalu (1922:315).
Monogenesis ditolak oleh banyak ahli bahasa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, saat doktrin [[Poligenisme|poligenesis]] ras manusia [[poligenesis (lingustik)|dan bahasa mereka]] mendapatkan pengaruh (misalnya Saussure 1986/1916:190).
Pendukung terbaik dari monogenesis di Amerika pada pertengahan abad ke-20 adalah [[Morris Swadesh]] (cf. Ruhlen 1994:215).
Dia mempelopori dua metode penting untuk menginvestigasi hubungan mendalam antara bahasa-bahasa, [[leksikostatistik]] dan [[glotokronologi]].
[[Hipotesis multiregional]] mengharuskan bahwa bahasa modern berkembang secara tersendiri di semua benua, sebuah dalil yang dianggap masuk akal oleh pendukung monogenesis.
<ref name="wadenyt">
{{Cite news
|url=http://query.nytimes.com/gst/fullpage.html?res=9503E0DF173CF936A25754C0A9659C8B63&sec=health&spon=&pagewanted=1
|title=Early Voices: The Leap to Language
|author=Wade, Nicholas
|date=2003-07-15
|publisher=[[The New York Times]]
|accessdate=2007-09-10
|authorlink=Nicholas Wade
}}</ref>
<ref>
{{Cite web
|url=http://www.arthist.lu.se/kultsem/pro/SverkerJohansson-sem.pdf
|format=PDF
|title=Origins of Language — Constraints on Hypotheses
|author=Sverker, Johansson
|accessdate=2007-09-10
|archiveurl=http://web.archive.org/web/20070810005936/http://www.arthist.lu.se/kultsem/pro/SverkerJohansson-sem.pdf|archivedate=2007-08-10}}</ref>
Berdasarkan hipotesis tersebut, manusia pertama muncul pada awal [[Pleistosen]] dua juta tahun [[Sebelum Sekarang|lalu]] dan [[evolusi manusia]] berikutnya telah terjadi dalam [[manusia|spesies manusia]] tunggal dan berkelanjutan.
Spesies ini mengikutkan wujud-wujud [[manusia purba]] seperti ''[[Homo erectus]]'' dan [[Neanderthal]] dan juga wujud modernnya, dan berevolusi ke seluruh dunia sampai ke beragam populasi dari ''[[Homo sapiens sapiens]]'' modern.
Teori ini berpendapat bahwa manusia berevolusi lewat suatu kombinasi adaptasi dalam berbagai wilayah dunia dan aliran gen antara wilayah-wilayah tersebut.
Pendukung dari asal mula multiregional menunjuk pada [[Asal mula multiregional dari manusia modern#Bukti fosil|fosil]] dan data [[Asal mula multiregional dari manusia modern#Bukti genetis|genomik]] dan kontinuitas dari kultur-kultur arkeologis sebagai pendukung hipotesis mereka.
== Fondasi Biologis dari bahasa manusia ==
[[Larynx#Descended larynx|Descended laring]] dikenal sebagai struktur unik pada sistem vokal manusia dan penting sekali dalam perkembangan bicara dan bahasa. Namun, ia juga telah ditemukan di [[spesies]] lainnya, termasuk mamalia laut dan rusa besar (contohnya:[[Red Deer]]), dan laring diobservasi telah diwarisi selama vokalisasi pada [[anjing]], [[kambing]], dan [[buaya]]. Pada manusia, descended laring menyebabkan panjangnya sistem vokal dan mengembangkan jenis-jenis suara manusia yang dapat dikeluarkan. Beberapa ilmuwan mengklaim bahwa adanya komunikasi non-verbal pada manusia sebagai bukti dari descended laring bukan bagian esensial terhadap perkembangan bahasa.
Descended laring memiliki fungsi selain linguistik juga, mungkin terlalu membesar-besarkan ukuran yang terlihat pada binatang (lewat vokalisasi yang rendah dari nada yang diharapkan). Karenanya, walaupun memainkan peranan penting dalam menghasilkan suara, memperluas keberagaman suara yang dapat dihasilkan manusia, ia mungkin tidak berkembang secara khusus untuk tujuan tersebut, seperti yang disarankan oleh [[Jeffrey Laitman]], dan oleh Hauser, Chomsky, dan Fitch (2002), bisa saja merupakan contoh dari [[praadaptasi]].
Kemampuan mengkontrol lidah manusia juga harus diperhitungkan. Sebagai akibat dari meningkatnya intelegensi, otak manusia dapat mengkontrol organ dan sekelilingnya secara lebih tepat. Oleh karena itu, lidah lebih kreatif dalam meliukkan, menggabungkan, menghentikan dan mengeluarkan getar suara yang dihasilkan oleh laring.
== Sejarah ==
Baris 602 ⟶ 1.536:
Dalam sejarah, bahasa dianggap sebagai sesuatu yang diwariskan secara ilahi sama seperti tanaman (misalnya, padi) yang dianugrahkan oleh dewa kebajikan dan alam.
Saat misteri tentang bagaimana tanaman tumbuh hilang seiring dengan berkembangnya teknologi, begitu juga dengan pemikiran tentang bahasa yang diturukan secara ilahi juga akan lambat laun menghilang.
=== Percobaan Historis ===
{{main|Percobaan menghilangkan bahasa}}
Sejarah memiliki sejumlah [[anekdot]] tentang orang yang mencoba menemukan asal mula bahasa dengan bereksperimen.
Kisah pertama diceritakan oleh [[Herodotus]] (''[[Sejarah (Herodotus)|Sejarah]]'' 2.2).
Ia mengatakan bahwa Firaun Psammetichus (mungkin [[Psammetichus I]], dari abad ke 7) memiliki dua anak yang dibesarkan oleh seorang penggembala, dengan instruksi bahwa tidak ada yang boleh berbicara dengan mereka, tapi si penggembala harus memberi makan dan menjaga mereka sementara mendengarkan kata pertama mereka.
Saat salah satu anak menangiskan kata "bekos" dengan tangan yang terulur. Si penggembala mengasumsikan bahwa kata tersebut adalah bahasa Frigia karena seperti itulah [[bahasa Frigia]] untuk kata ''roti''.
Dari hal tersebut Psammetichus menyimpulkan bahwa bahasa pertama adalah Frigia.
Raja [[James V dari Skotlandia]] dikatakan melakukan percobaan yang sama: anaknya dikatakan berbicara [[bahasa Ibrani]].
<ref>
{{Cite book
| publisher = Baskett and company
| last = Lindsay
| first = Robert
| title = The history of Scotland: from 21 February 1436. to March, 1565. In which are contained accounts of many remarkable passages altogether differing from our other historians; and many facts are related, either concealed by some, or omitted by others
| year = 1728
| page = 104
| url = http://books.google.com/books?id=AKUvAAAAMAAJ
}}
</ref>
Dua raja pada abad pertengahan [[Frederick II, Kaisar Romawi Suci|Frederick II]] dan [[Akbar]] dikatakan melakukan percobaan yang sama; anak yang ikut dalam percobaan tersebut tidak berbicara.
<ref>
[http://pandora.cii.wwu.edu/vajda/ling201/test4materials/ChildLangAcquisition.htm Linguistics 201: First Language Acquisition<!-- Bot generated title -->]
</ref>
=== Sejarah penelitian ===
Baris 615 ⟶ 1.575:
Walaupun begitu, ketertarikan ilmuwan terhadap pertanyaan dari asal mula bahasa secara berangsur-angsur hidup kembali sejak tahun 1950-an (dan secara kontroversial) dengan ide-ide seperti [[tata bahasa universal]], [[Perbandingan massa]] dan [[glotokronologi]].
"Asal mula bahasa" sebagai subjek tersendiri muncul dari pembelajaran dalam [[neurolinguistik]], [[psikolinguistik]] dan [[evolusi manusia]]. ''[[Linguistic Bibliography]]'' memperkenalkan "''Origin of language''" (asal mula bahasa) sebagai topik terpisah pada tahun 1988, sebagai sub-topik dari psikolinguistik. Institut penelitian khusus terhadap [[evolusi linguistik]] adalah fenomena baru, muncul sejak tahun 1990-an.
<!-- Ditutup dahulu sampai tenggat waktu satu minggu, atau sinkronisasi selanjutnya. === Asal mula Bahasa Isyarat Nikaragua ===
Baris 643 ⟶ 1.605:
-->
==
* [[Tulisan mengenai Asal Mula Bahasa]]
* [[Psikologi evolusioner bahasa]]
* [[Akuisisi bahasa]]
* [[Asal mula bahasa secara neurobiologi]]
* [[Asal mula masyarakat]]
* [[Asal mula bicara]]
* [[Mitos asal mula bahasa]]
== Catatan ==
{{Reflist|colwidth=30em}}
== Referensi ==
{{Refbegin|colwidth=30em}}
* {{Cite book
|author=Allott, Robin
|title=The Motor Theory of Language Origin
|publisher=Book Guild
|location=Sussex, England
|year=1989
|pages=
|isbn=0-86332-359-6
|oclc=
|doi=}}
* Botha, R. and [[Chris Knight (anthropologist)|C. Knight]] (2009). ''The Prehistory of Language''. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-954587-2.
* Botha, R and [[Chris Knight (anthropologist)|C. Knight]] (2009). ''The Cradle of Language''. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-954585-8.
* Cangelosi, A., A. Greco, and [[Stevan Harnad|Harnad, S]]. (2002) [http://cogprints.org/2132/ "Symbol grounding and the symbolic theft hypothesis."] ''Simulating the Evolution of Language'', edited by A. Cangelosi and D. Parisi. London: Springer.
* {{Cite book
|author=Crystal, David
|title=The Cambridge Encyclopedia of Language
|publisher=Cambridge University Press
|location=Cambridge
|year=1997
|pages=
|isbn=0-521-55967-7
|oclc=
|doi=}}
* [[Richard Dawkins|Dawkins, Richard]]. 2004. ''The Ancestor's Tale: A Pilgrimage to the Dawn of Life.'' London: Weidenfeld and Nicolson.
* {{Cite book
|author=Deacon, Terrence William
|title=The Symbolic Species: The Co-evolution of Language and the Brain
|publisher=W.W. Norton
|location=New York
|year=1997
|pages=
|isbn=0-393-03838-6
|oclc=
|doi=}}
* {{Cite book
|author=Dunbar, R.I.M.
|title=Grooming, Gossip and the Evolution of Language
|publisher=Faber and Faber
|location=London
|year=1996
|pages=
|isbn=0-571-17396-9
|oclc=
|doi=
|authorlink = Robin Dunbar}}
* {{cite book
|last=Ginzburg
|first=Carlo
|authorlink=Carlo Ginzburg
|year=1984
|chapter=Morelli, Freud, and Sherlock Holmes: Clues and Scientific Method
|pages=81-118
|title=The Sign of Three: Dupin, Holmes, Peirce
|editor-first=Umberto
|editor-last=Eco
|editor-link=Umberto Eco
|editor2-first=Thomas
|editor2-last=Sebeok
|editor2-link=Thomas Sebeok
|location=Bloomington, IN
|publisher=History Workshop, Indiana University Press
|isbn=978-0-253-35235-4
|ref=harv
}} Ginzburg menyadari bahwa paradigma membaca kejadian di masa lalu lewat tanda-tandanya di masa sekarang bermula dari praktik primitif dari para [[pelacakan (berburu)|pelacak]].
* [[Talmy Givón|Givón, T.]] (2002). "The evolution of language out of pre-language." ''Typological studies in language'' 53. Amsterdam: John Benjamins. ISBN 1-58811-237-3.
* [[Stevan Harnad|Harnad, S.R.]], J. B. Lancaster, and H.D. Steklis (1976)(Eds). [http://eprints.ecs.soton.ac.uk/1890/ ''Origins and Evolution of Language and Speech.''] New York: New York Academy of Sciences. ISBN 0-89072-026-6.
* {{Cite journal
|last=Hauser
|first=Marc D.
|first2=Noam
|last2=Chomsky
|first3=W. Tecumseh
|last3=Fitch
|year=2002
|title=The faculty of language: What is it, who has it, and how did it evolve?
|journal=Science
|volume=298
|pages=1569–1579
|ref=CITEREFHauser2002
|issue=5598
|doi=10.1126/science.298.5598.1569
|pmid=12446899}}
* Hurford, James R. (1990). [http://www.ling.ed.ac.uk/~jim/rocapaper.pdf "Nativist and functional explanations in language acquisition."] ''Logical Issues in Language Acquisition'', edited by I.M. Roca, 85–136. Dordrecht: Foris. ISBN 90-6765-506-6.
* Kenneally, Christine (2007). ''The First Word: The Search for the Origins of Language.'' New York: Viking.
* [[Chris Knight (anthropologist)|Knight, C.]], M. Studdert-Kennedy and J. R. Hurford (eds), 2000. ''The Evolutionary Emergence of Language.'' Cambridge: Cambridge University Press.
* [[Chris Knight (anthropologist)|Knight, C.]], and C. Power (2011). [http://www.chrisknight.co.uk/wp-content/uploads/2007/09/Knight-Power-Social-Conditions1.pdf Social conditions for the evolutionary emergence of language.] In M. Tallerman and K. Gibson (eds), ''Handbook of Language Evolution.'' Oxford: Oxford University Press, pp. 346–49.
* Komarova, N.L. (2007). "Language and mathematics: An evolutionary model of grammatical communication." [http://urss.ru/cgi-bin/db.pl?cp=&page=Book&id=53184&lang=en&blang=en&list=1 ''History & Mathematics''], edited by [[Leonid Grinin]], Victor C. de Munck, and [[Andrey Korotayev]], 164–179. Moscow: KomKniga/URSS. ISBN 978-5-484-01001-1.
* [[Jeffrey Laitman|Laitman, J.T.]] and [[Joy Reidenberg|Reidenberg, J.S]]. (2009) The evolution of the human larynx: Nature’s great experiment. In: Fried M.P., Ferlito, A. eds. The Larynx, 3rd ed., Plural, San Diego, 19-38.
* {{Cite book
|last=Pinker
|first=Steven
|title=The Language Instinct: How the Mind Creates Language
|location=New York
|publisher=Harper Perennial Modern Classics
|year=2000
|isbn=0-06-095833-2 }}
* Perreault, C. and S. Mathew, 2012. [http://www.plosone.org/article/info%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pone.0035289 Dating the origin of language using phonemic diversity.] "PLoS ONE" 7(4) e35289. {{doi|10.1371/journal.pone.0035289}}.
* Pollick, Amy. S and Frans B.M. de Waal (2007). [http://www.pnas.org/content/104/19/8184.full "Ape gestures and language evolution."] [http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17470779] ''Proceedings of the National Academy of Sciences'' 104.19, 8184–8189. (Also: Popular summary by Liz Williams, [http://www.cosmosmagazine.com/node/1270 "Human language born from ape gestures"], [[Majalah Cosmos|Cosmos]], May 1, 2007.)
* Saussure, Ferdinand de (1986). ''Course in General Linguistics'', translated by Roy Harris. Chicago: Open Court. (English translation of 1972 edition of ''Cours de linguistique générale'', originally published in 1916.)
* Vajda, Edward. [http://pandora.cii.wwu.edu/vajda/ling201/test1materials/origin_of_language.htm "The origin of language."]
{{Refend}}
* [[Bernard G. Weiss|Weiss, B.]] (1974) "Medieval Muslim discussions of the origin of language", Zeitschrift der Deutschen Morgenlandischen Gesellschaft, 124.1: 33-41.
* [[Bernard G. Weiss|Weiss, B.]] (1987) "‘Ilm al-wad‘: an introductory account of a later Muslim philological science", Arabica, 34.1: 339-356.
==
* Botha, R. and C. Knight (eds) 2009. ''The Prehistory of Language.'' Oxford: Oxford University Press.
* Botha, R. and C. Knight (eds) 2009. ''The Cradle of Language.'' Oxford: Oxford University Press.
* Burling, R. 2005. ''The Talking Ape. How language evolved.'' Oxford: Oxford University Press.
Baris 1.073 ⟶ 1.754:
* Zahavi, A. and A. Zahavi 1997. ''The Handicap Principle. A missing piece in Darwin's puzzle.'' New York and Oxford: Oxford University Press.
== Pranala Luar ==
{{Wiktionary|glottogony}}
* {{en}} {{Cite journal
| last1 = Lieberman | first1 = Philip
| last2 = McCarthy | first2 = Robert C.
| last3 = Strait | first3 = David
| title = The recent origin of human speech
| journal = J. Acoust. Soc. Am. | volume = 119 | issue = 5 | pages = 3441–3441
| date = May 2006| accessdate = June 2010
| url = http://scitation.aip.org/getabs/servlet/GetabsServlet?prog=normal&id=JASMAN000119000005003441000004&idtype=cvips&gifs=yes
}}
* {{en}} {{Cite journal
| doi = 10.1086/509092
| last1 = Lieberman
| first1 = P.
| year = 2007
| title = The evolution of human speech: Its anatomical and neural bases
| url = http://www.cog.brown.edu/people/lieberman/pdfFiles/Lieberman%20P.%202007.%20The%20evolution%20of%20human%20speech,%20Its%20anatom.pdf
| journal = Current Anthropology | volume = 48 | issue = 1| pages = 39–66 }}
{{Bahasa Hewan}}
{{DEFAULTSORT:Asal mula bahasa}}
[[Kategori:Evolusi bahasa]]
|