Soerjopranoto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
+image
k clean up, replaced: beliau → ia (39), Beliau → Ia (2) using AWB
Baris 9:
}}
 
'''Raden Mas Soerjopranoto''' ([[Ejaan Soewandi]]: Suryopranoto) ({{lahirmati|[[Kota Yogyakarta|Jogjakarta]]|11|1|1871|[[Kota Cimahi|Tjimahi]]|15|10|1959}}) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-3 oleh Presiden RI, [[Soekarno]], pada [[30 November]] [[1959]] (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 310 Tahun 1959, tanggal 30 November 1959).<ref>[http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1 "DAFTAR NAMA PAHLAWAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA"]</ref>
 
Ia dimakamkan di [[Kotagede, Yogyakarta]].
Baris 19:
Iskandar, sebagai anak bangsawan, termasuk golongan pribumi yang kedudukannya "disamakan" dengan kalangan bangsa Eropa. Dengan statusnya itulah ia bisa masuk Sekolah Rendah Eropa atau ''Europeesche Lagere School'' ([[ELS]]). Setamat dari ELS, Suryopranoto mengambil ''Klein Ambtenaren Cursus'' atau Kursus Pegawai Rendah, yang kurang lebih setingkat dengan ''Meer Uitgebreid Lager Onderwijs'' ([[MULO]]) yang sekarang setara dengan [[SMP]].
 
Lulus dari kursus tersebut, Suryopranoto diterima menjadi pegawai kantor pemerintahan kolonial di [[Kabupaten Tuban|Toeban]]. Ia akhirnya dipecat dari pekerjaan tersebut karena menempeleng seorang pejabat kolonial berkulit putih.
 
Sekembalinya dari Toeban, Suryopranoto langsung diangkat sebagai ''wedono sentono'' di Praja Pakualaman dengan pangkat ''panji''. Jabatan itu kurang lebih sama dengan kepala bagian administrasi istana.
 
Pada tahun [[1900]], Suryopranoto mendirikan sebuah organisasi bernama ''Mardi Kaskaya''. Sebagian besar pengurus organisasi ini adalah kerabat Pakualaman. ''Mardi Kaskaya'' kurang lebih mirip sebuah koperasi simpan-pinjam. Pada akhir tahun [[1901]], Suryopranoto mendirikan sebuah klub pertemuan dengan nama ''Societeit Sutrohardjo''. Klub ini kurang lebih merupakan sebuah [[perpustakaan]] yang sangat sederhana. Dalam klub ini, orang bisa membaca berbagai bacaan, seperti surat kabar dan majalah.
 
Sehubungan dengan keberadaan ''Mardi Kaskaya'', ruang gerak rentenir semakin berkurang. Mereka sering menemui umpatan dan cacian ketika keluar masuk kampung-kampung. Akibatnya, konflik terbuka sering terjadi. Insiden-insiden tersebut dianggap oleh pejabat kolonial sebagai gangguan ketentraman umum karena keberadaan ''Mardi Kaskaya'' dengan Suryopranoto sebagai pendirinya. Oleh karena itulah pejabat kolonial "menyekolahkan" Suryopranoto ke MLS (''Middelbare Landbouw School'' = Sekolah Menengah Pertanian) di [[Bogor]].
Baris 44:
Soerjopranoto dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 11 Januari tahun 1871 sebagai putera tertua dari Kanjeng Pangeran Haryo Soerjaningrat putra sulung Sri Paku Alam III ( yang tidak dapat menjadi Paku Alam IV karena buta ). Pakualaman adalah daerah Kulonprogo.
 
Istri beliauIstrinya bernama Djauharin Insjiah putri almarhum Kyai haji Abdussakur, Penghulu (Landraad) Agama Islam, dari Karanganyar Banyumas, telah wafat terlebih dahulu dalam tahun 1951 pada usia 67 tahun.
 
Selain disekolahkan Soerjopranoto mendapat didikan di rumah tentang budipekerti. Dan sesuai dengan adat pusaka kebangsawanan beliauia diwajibkan mengerti dan memahami senitari, kerawitan (gamelan), seni sastra (membuat sajak, syair, nyanyian jawa). Menjelang dewasa mulailah Soerjopranoto mempelajari soal ketatanegaraan, perekonomian, kemasyarakatan, sejarah, keTuhanan dan lain sebagainya. Perpustakaan beliauPerpustakaannya meliputi kurang lebih 3500 buku tentang berbagai ilmu pengetahuan. Dia kemudian berhasil mendapat ijasah Klein Ambtenaar.
 
Karena dipandang terlalu "lastig" (membuat onar) di dalam masyarakat Yogyakarta atas usaha Assistent Resident beliauia "dibuang" ke Tuban )Gresik) sebagai pegawai di Controleurs-Kantoor. Di sini beliauia membela teman pegawainya hingga menempeleng atasannya (seorang Belanda). Ia minta berhenti dan segera pulang kembali ke Yogyakarta. Untuk menghindari tindakan hukum pemerintah Hindia Belanda atas dirinya, pamannya Pangeran Sasraningrat yang berpangkat Gusti Wakil mengangkatnya menjadi Wedana Sentana, dengan titel "Panji" di Praja Paku Alaman.
 
Karena masih dianggap sebagai "Pengganggu", Assistent Resident "membuang" beliauia ke Bogor dengan alasan disekolahkan pada Sekolah Pertanian (Eropeesch Afdeling) dengan surat tugas langsung ditanda tangani Gubernur Jenderal sebagai "izin istimewa".Disini ia tinggal dirumah orang Belanda bernama Van Hinllopen Laberton yang menganut ajaran teosofi yang membenci penjajahan dan perbedaan hak bangsa-bangsa. Soerjopranoto merasa manamukan sahabat, guru kawan dan orangtua sekaligus.
Pada tahun 1907 ia berhasil mendapat ijasah ''Landbouwkundige'' dan ''Landbouw-leraar''.
 
Disamping itu beliauia memahirkan diri dalam bela diri : yaitu Kuntau dan Toya dari seorang Tionghoa dari Kanton.
 
Pada masa ini ketika ayahnya menugaskan dia mengurus adiknya Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) masuk Sekolah Dokter Stovia di Jakarta ia menitipkan surat pada adiknya dengan ajakan atas nama pemuda masyarakat + pelajar-pelajar Bogor kepada student Stovia untuk mendirikan perkumpulan "Pirukunan Jawi" yang boleh dianggap sebagai voorloper (pendahulu) dari ide mendirikan "Boedi Oetomo". Tapi ajakannya itu gagal, karena tidak mendapat tanggapan.
Baris 59:
Pada tahun 1908 sampai dengan 1914 ia dipekerjakan sebagai pegawai pemerintah Hindia Belanda dan menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian (Landbouw Consulent) untuk daerah Wonosobo, Dieng, Batus dengan tugas mengawasi perkebunan tembakau berkedudukan di Kejajar Garung kemudian dipindahkan ke Wonosobo karena harus merangkap juga pekerjaan memimpin sekolah pertanian.
 
Berhubung ada kejadian di Parakan (Temanggung) pada tahun 1914, dimana seorang Asisten Wedana, yang anggota Sarekat Islam, dipecat dari pekerjaannya karena keanggotaannya itu, maka beliauia sebagai pembela keadilan dengan protes keras menyobek-nyobek ijazah-ijazahnya sendiri dan melemparkannya bersama bundelan kunci dihadapan Residen Belanda atasannya sambil kontan minta berhenti.
 
Selanjutnya beliauia bersumpah tidak akan lagi bekerja pada pemerintah penjajah Belanda untuk selama-lamanya, dan memberikan seluruh tenaga dan fikirannya pada perjuangan pergerakan politik menentang penjajahan.
 
== Aktivitas dalam Pergerakan ==
Baris 69:
=== Boedi Oetomo ===
 
Sepulang beliauSepulangnya ke Yogyakarta pada tahun 1908 beliauia menggabungkan diri pada perkumpulan "Boedi Oetomo". Segera bbeliauia diangkat menjadi Sekretasis Pengurus Besar [[Boedi Oetomo]] berkedudukan di Yogyakarta (periode setelah Dwidjosewojo).
 
=== Perasuransian Jiwa O.L.Mij Boemi Poetera (awalnya Onderlonge Levensverzekering Maatschappij PGHB) ===
Baris 79:
=== Barisan Kerja (=Arbeids leger) Adhi Dharma ===
 
Tidak puas bergerak dalam Boedi Oetomo karena tidak bersifat kerakyatan dan tidak revolusioner, beliauia minta diri keluar setelah usul beliauusulnya untuk mendinamisir menjadi pergerakan rakyat ditolak.
 
Soerjopranoto tidak tinggal diam, beliauia memperluas aktivitasnya sendiri langsung dikalangan rakyat jelata dengan mendirikan Arbeidsleger Adhi Dharma (Barisan Kerja A.D) Pada tahun 1915 di Yogyakarta yang organisasinya disusun seperti di dalam ketentaraan ("eenstrijdend leger") sampai kepelosok-pelosok dusun, di lereng-lereng dan di puncak-puncak gunung ada wakil-wakilnya.
 
Anggotanya diberi pangkat seperti dalam kemiliteran. Adhi Dharma (=kebaktian yang luhur) bergerak di ekonomi. Usaha-usahanya a.l : meliput tabungan, koperasi pertukangan, pendidikan, kesehatan perbantuan nasihat hukum dan kesemua usahanya didasarkan atas gotong royong.
Baris 91:
Beberapa usahanya yang lain antara lain mengadakan kursus-kursus pemberantasan [[buta huruf]] dan kerajinan tangan bagi kaum wanita yang diadakan pada tiap sore hari Jumat khusus untuk menampung wanita-wanita desa (luar kota) yang pulang dari berdagang di pasar.
 
Dia juga membuka biro-biro penasihat hukum, khusus diperuntukkan bagi orang-orang desa, yang ketika itu kurang terpelajar, sehingga mudah ditipu dan diperlakukan sewenang-wenang oleh para pegawai Pangreh-praja. Pada masa ini beliauia menerbitkan buku "Pemimpin Landraad Civiel" yang berisi Hukum Acara Perdata dan Pidana dengan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
 
Untuk membantu rakyat umum mendirikan koperasi gotong-royong dengan nama "Mardi Kaskoyo" yang terbuka bagi para keluarga kaum pergerakan dan rakyat umum.
Baris 107:
=== Partai Sarikat Islam ===
 
BeliauIa masuk Partai [[Sarekat Islam]] pada tahun [[1911]] dan karena keaktifannya segera menjadi anggota Pucuk Pimpinan. Begitu aktif, tangkas dan beraninya, sehingga beliauia menduduki tempat sebagai pembantu [[Tjokroaminoto]] yang utama. Soerjopranoto menjadi orang kedua di dalam partai. Dalam kursus-kursus partai yang secara periodik diselenggarakan di jalan Kepatihan Paku Alaman Yogyakarta, beliauia adalah seorang gurunya. Menurut [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah|Hamka]], yang memberikan pelajaran ialah [[H. Fachruddin]], Soerjopranoto (dalam ilmu Sosiologi) dan Tjokroaminoto (Sosialisme dan Islam).
 
Daam Kongres SI di Surabaya tahun 1919 Soerjopranoto mengemukakan, bahwa kemenangan klas dan menjadikan alat-alat produksi menjadi milik umum, tidak harus dicapai dengan aksi bersenjata tapi bisa secara moral, protes-protes, dan jika perlu dengan "pemogokan", kesemua itu harus dilakukan secara serentak. Soerjopranoto dikemudian hari memimpin suatu pemogokan umum dikalangan kaum pekerja pabrik-pabrik gula yang bergabung dalam Sarekat buruh pertama yang didirikan di Indonesia pada tahun 1917 P.F.B. ( Personeel Fabrieks Bond) di jawa Tengah dan Jawa Timur. Pemogokan ini yang pertama kali pada tanggal 20 Agustus 1920 di pabrik gula madu Kismo. Dengan perbuatan ini Soerjopranoto melaksanakan teori pada prakteknya. Pemogokan ini begitu luas dan hebat sehingga oleh " De Express" beliauia disebut "De stakings Koning" (=Raja Pemogokan). Yang dihadapi sebagai lawan pada waktu itu adalah P.E.B. (Politiek Economische Bond) dibawah pimpinan Engelenberg dan Brugers (kumpulannya Tuan-Tuan Pabrik).
 
Sebagai ide tentang bentuk ketatanegaraan telah dikemukakan pula dalam kongres tersebut. Suatu sentral Serikat Sekerja yang terdiri dari buruh dan buruh tani akan menjadi "Eerste Kamer" dari perwakilan rakyat,sedang "Tweede Kamer"nya merupakan perwakilan partai-partai politik. Kedua Kamer ini yang akan merupakan "Dewan Rakyat" yang sesungguhnya, yang akan dapat mempersatukan tenaga untuk beraksi menentang modal dari penjajah asing.
Baris 125:
# Redaksi "Fajar" kemudian "Mustika" (sesudah H. Agus Salim) kemudian juga Redaksi "Pahlawan", (Kaderblad dari Opium-regie Bond) dan "Suara Berkelahi" (Kaderblad dari P.P.K.B).
 
Selama menjadi orang partai Sarekat Islam beliauia pernah masuk penjara sampai tiga kali karena spreek-delict dan tak terhitung lagi pembredelan dan pembeslahan atas hasil tulisan-tulisannya. Sekali ia dipenjarakan di Malang (1923-3 bulan), kedua di Semarang (1926-6 bulan) dan ketiga kalinya di Bandung(Sukamiskin) selama 16 bulan (1933), dengan peringatan untuk keempat kalinya akan diganjar 4 x 16 bulan.
 
Pada era 1932 sampai dengan 1936, ironis sekali bahwa Soerjopranoto yang ikut membesarkan SI melalui berbagai krisis pada tahun 1933 malah diskors bersama dr. Soekiman Wirjosandjojo oleh Tjokroaminoto dan Salim karena membongkar korupsi. Dikemudian hari skorsing dicabut dan mereka berdua kemudian mendirikan Partai Islam Indonesia (PII). Tetapi dalam partai ini beliauia tidak pernah aktif karena agaknya merasa kecelok (salah kira) sebab azas dan programnya ternyata sangat jauh dari apa yang diangan-angankan sebelumnya.
Tenaga dan pikirannya terutama dicurahkan untuk kemajuan P.P.P.B, Opium Regir Bond, dan sekolah Adhi Dharma Institut (didirikan tahun 1917 di Yogyakarta, dulu cabangnya di Malang, Surabaya, dan Magelang serta Kotaraja). Antara tahun 1933 dan 1935 masuk dipenjara Sukamiskin karena pers delict berhubung dengan tulisan-tulisannya dalam buku ensiklopedia yang ditulis secara jelas sederhana untuk rakyat jelata tetapi sifat isinya mencela pedas dan menggugat kejahatan Kapitalisme dan Kolonialisme dengan maksud supaya cepat meluas menggugah hati rakyat memberikan diri dalam menuntut akan hak-haknya.
 
Karena kesehatannya banyak sekali terganggu, sepulangdari Sukamiskin dan kekuatannya sudah mengurang kerena tambah tua, maka beliauia terpaksa membatasi diri dalam lapangan partai Islam Indonesia untuk lebih mencurahkan tenaga-pikirannya duna kemajuan sekolah Adhi Dharma. Institut juga memberi kursus-kursus sore dan malam tentang ilmu pengetahuan umum (ketata-negaraan,sejarah,ekonomi,etnologi,geografi) pada orang-orang tua dan pemuda-pemuda yang kurang mampu membiayai pelajarannya tapi mempunyai kecerdasan untuk hasrat yang lebih maju. Maksud beliauMaksudnya ialah untuk mendapatkan pengalaman guna mendirikan Universitas bagi rakyat lapisan bawah.
Akan tetapi kena rintangan onderwijsverbod (yang dicabut kembali dengan perantara tuan Gobius advisuer van Inlandse zaken).
 
Pada era 1942 sampai dengan 1945, karena sekolah Adhi Dharma pada zaman Jepang dibubarkan dan partai-partai dilarang maka beliauia kemudian menjadi guru (sampai 1947) ditaman tani "Taman Siswa" yang didirikan adiknya Ki Hajar Dewantara, juga untuk menhindari tugas-tugas dari pemerintah pendudukan Jepang. Dalam masa ini beliauia juga menjadi anggota Cuo Sangi In (semacam D.P.A).
 
== Era setelah Kemerdekaan ==
 
Di zaman R.I.-Yogyakarta disamping menjadi guru Taman Siswa, beliauia tidak sedikit memberi kursus-kursus kepada para pemuda, selaku seorang yang partai-loos. Pada waktu itu beliauia menerbitkan dua buku : satu tentang pelajaran Sosialisme dan dua tentang ilmu Tata-negara, guna secara sederhana lekas menambah pengetahuan dan pengertian dasar pada golongan pemuda-pemuda dan rakyat lapisan bawah yang sedang berjuang melaksanakan perang kemerdekaan.
 
Pada era 1949 sampai dengan 1958 beliauia sudah berhenti sama sekali dari aktivitas dan kesibukan bekerja dan hanya menjadi :
# Simpatisan P.S.I.I dan simpatisan aliran politik yang progresif dan cinta tanah air.
# Anggota kehormatan Kongres Rakyat
 
Pada tanggal [[15 Oktober]] [[1959]] jam 24.00 beliauia meninggal dunia disebabkan usianya yang sudah 88 tahun di Cimahi, Jawa Barat. Pada tanggal 17 Oktober 1959, jenazah dikebumikan dimakam keluarga "Rachmat Jati" di Kota Gede Yogyakarta dengan upacara pamakaman sebagai Perwira Tinggi.
 
Dengan keputusan Presiden beliauia diangkat sebagai :
* Pahlawan Kemerdekaan Nasional RI (Kep. Presiden RI No. 310)
* Mahaputra, tingkat II Republik Indonesia (17 Agustus 1960, dianugerahi secara anumerta).
 
Pada semasa hidupnya beliauia beristrikan seorang puteri bernama R.A. Djauharin Insijah, puteri seorang Penghulu Agama Islam dari Karanganyar-Banyumas H. Abdussakur yang pada waktu itu menjabat ketua Dewan Agama daerah Banyumas. Ibu Soerjopranoto ini adalah puteri yang sangat saleh dan tebal imannya serta kuat rasa keagamaannya. Dalam hidupnya sebagai Ibu yang banyak anaknya beliauia tetap setoa dalam kegembiraannya dengan apa adanya. Dalam masa remajanya dilahirkan dalam keluarga yang sangat berada, kini beliauia harus menjalani kehidupan sebagai istri dari seorang pejuang yang keras, yang tak kenal kompromi itu. Meskipun begitu beliauia dapat menyesuaikan diri bahkan mendampinginya sedapat-dapatnya dengan "jiwanya" yang penuh iman itu.
 
Hidup dalam keadaan yang amat sederhana, serta kekurangan boleh dikatakan terpencil (banyak orang yang takut bergaul) karena mudah dituiduh sebagai golongan pemberontak anti Belanda atau komunis karena sangat radikal, suaminya keluar masuk penjara, karena kerap tersangkut perkara-perkara politik (seluruhnya 6 kali - 3 kali dalam perkara-perkara besar) suatu kehidupan yang berketentuan dengan harus memelihara banyak anak, para pemmbaca dapat membayangkan betapa sulitnya bagi beliaubaginya ini. Ia dapat mengalami perjalanan sejarah bangsa hingga tahun 1951. Jadi setelah pengunduran tentara Belanda dari Yogyakarta dan keamanan agak pulih kembali, dalam keadaan tentram, setelah lama menderita penyakit jantung dan darah rendah.
 
Dalam hidupnya beliauia besar jasanya untuk kepentingan rakyat sekitar kampung tempat tinggalnya. Banyaklah amal yang ditinggalkan sebagai seorang Muslimat yang saleh sebagai manusia biasa, kasih sayang pada sesama. Banyaklah yang mengantar jenazahnya sampai ke Pemakaman Keluarga (Rachmat-Jati" di Gambiran (Kota Gede) Yogyakarta. Banyak yang ditinggalkannya, mengenangkan kesuciannya, kesetiaannya serta keteguhannya, dan sahabat-sahabatnya yang meneteskan air mata karena rasa haru. Semoga Tuhan Yang Maha Tahu memberi kelapangan pada beliau di alam kubur. Ia meninggal dalam usia 67 tahun pada tahun 1951.
 
[['''Beberapa ucapan dari kawan-kawan seperjuangannya :''']]
Bapak ALIMIN : (Dalam bukunya " Riwayat Hidupku"). Soerjapranoto meskipun beliauia tidak ada hubungan politik yang bersangkutan dengan PKI, saya tetap menghargai jasa-jasa beliaujasanya dihari-hari yang lampau.
Soerjopranoto adalah satu-satunya orang dari kalangan Kaum Ningrat yang pertama-tama berjuang di tengah-tengah massa. Kira-kira dalam tahun 1914/1916 ia mengorganisir gerakan-gerakan umum (yang pertama kalinya di Indonesia) pun diseluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga ia mendapat julukan "Raja Pemogokan (De Staking Koning).
Soerjopranoto sangat digemari oleh para warga Sarekat Islam. Soerjopranoto adalah orang yang kedua dalam kalangan SI sesudah H.O.S. Cokroaminoto.
Baris 176:
"Waarde Heer Resink"
 
De strijd gat mij eerst om de harde klappen. Politieke tegenstellingen worden voorlopig nog op straat uitgevochten (BeliauIa menolak duduk sebagai anggota).
Artinya : Tuan Resink Yth, Perjuangan kudasarkan terlebih dahulu untuk perkelahian. Politik yang masih simpang siur, sementara diselesaikan dengan perkelahian dijalan-jalan. (terjemahan penyusun).