Gunung Binaia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
PT64Theodorus (bicara | kontrib)
penjelasan tambahan, pendakian, dan biaya
Baris 1:
'''Gunung Binaia''' atau '''Binaiya''' atau '''Binaija''' adalah sebuah [[gunung]] yang terletak di [[Pulau Seram]], [[Maluku]] di negara [[Indonesia]]. Gunung Binaiya merupakan gunung  tertinggi di Provinsi Maluku dengan ketinggian 3.027 [[meter]] di atas permukaan laut ([[mdpl]]) masuk ke dalam wilayah Kabupaten [[Maluku Tengah]]. Provinsi Maluku. Gunung ini membentang di Pulau Seram dan masuk ke  dalam lingkup [[Taman Nasional Manusela]] yang mempunyai luas 189.000 [[hektar]], atau sekitar 20% wilayah Pulau Seram. Gunung Binaiya juga dikenal dengan nama 'Mutiara Nusa Ina'. Gunung Binaiya mempunyai [[Hutan Montane]] dan [[Hutan Ericaceous]].
'''Gunung Binaia''' adalah sebuah [[gunung]] yang terletak di [[Pulau Seram]], [[Maluku]] di negara [[Indonesia]].
 
'''Pendakian'''
Gunung Binaia mempunyai ketinggian setinggi 3.027 [[meter]] daripada aras laut dan mempunyai [[Hutan Montane]] dan [[Hutan Ericaceous]].
 
Untuk mengakses lokasi ini bisa dilakukan dari [[ibukota]] [[provinsi]] Maluku, [[Ambon]], menggunakan jasa angkutan [[bus]] menuju [[Pelabuhan]] [[Tulehu]]. Setiba di Tulehu, dilanjutkan menyeberang [[selat]] dengan menggunakan jasa ''speedboat'' menuju Pulau Seram, tepatnya di Pelabuhan [[Wahai]]. Dari Wahai perjalanan dilanjutkan menuju lokasi pendakian selama sekitar 6 [[jam]]. Pendakian Gunung Binaiya dapat dilakukan melalui dua jalur pendakian, yakni jalur [[utara]] dan jalur [[selatan]]. Kedua jalur ini bertemu di [[Desa]] [[Kanikeh]] yang merupakan desa terakhir sebelum menuju [[puncak]] Gunung Binaiya. Pendakian melalui jalur utara memakan waktu selama 2 hari perjalanan dengan melewati 2 desa yaitu Desa [[Huaulu]], dan Desa [[Roho]]. Jalur selatan juga melewati 2 desa yaitu Desa [[Moso]] dan Desa [[Manusela]]. Kedua jalur tersebut akan bertemu di Desa Kanikeh. Di sini pendaki wajib mengadakan upacara adat sebagai syarat untuk mendaki gunung Binaiya.
 
Dari Kanikeh, perjalanan dilanjutkan menuju [[Waiansela]]. Perjalanan menuju Waiansela kurang lebih memakan waktu 4-6 jam, melewati jalur yang berlumpur dan akan menemukan beberapa anak [[sungai]]. Dari Waiansela pendaki akan menuju [[Waihuhu]] yang memakan waktu 4-6 jam juga. Di jalur ini pendaki akan menemukan banyak bekas jebakan hewan dan pepohonan berukuran raksasa yang diselimuti lumut dan berbagai jenis [[anggrek]]. Dari Waihuhu, pendaki akan menuju pos terakhir sebelum mencapai Puncak Binaiya, yaitu [[Waipuku]]. Jalur menuju Waipuku sangat terjal dan dipenuhi bebatuan yang mudah [[longsor]]. Tumbuhan di sekitar Waipuku didominasi oleh tumbuhan kerdil. Pos terakhir ini berada pada daerah yang cukup terbuka sehingga angin bertiup cukup kencang. Perjalanan ke puncak dihiasi padang [[pakis]] Binaiya yang merupakan tumbuhan [[endemik]] Binaiya. Dari sini Puncak Binaiya sudah terlihat dan tidak terlalu jauh. Kurang lebih 1 jam perjalanan untuk mencapai puncak dengan medan yang sangat terjal. Dari puncak, pendaki dapat melihat keindahan Taman Nasional Manusela yang membentang luas di bawah.
 
[[Musim]] [[hujan]] di daerah ini biasanya terjadi sepanjang bulan [[November]]-[[April]], sehingga pendakian sebaiknya dilakukan pada bulan [[Mei]]-[[Oktober]] yang merupakan musim [[kemarau]]. Persiapan yang sangat matang juga wajib dilakukan karena jalur pendakian Gunung Binaiya terkenal dengan jalurnya yang terjal dan panjang. Total waktu tempuh yang dibutuhkan pendaki saat mendaki Gunung Binaiya sekitar 10-15 hari. Namun, justru itu yang menjadi daya tarik bagi para pendaki.
 
'''Peliputan Media dan Biaya yang Besar'''
 
Sejak Tahun 2010, pendakian Gunung Binaiya memakan biaya yang besar. Selain biaya [[transportasi]] dari [[Kota]] [[Ambon]] ke lokasi pendakian, pendaki juga akan mengeluarkan biaya yang besar dari desa terakhir sampai di puncak. Biaya-biaya itu antara lain adalah biaya adat, buku tamu, penginapan, pemandu, serta pengangkutan barang yang jika ditotal lebih dari satu juta rupiah. Peraturan ini mulai berlaku pada akhir tahun 2010, dan berlaku bagi siapa saja yang hendak melakukan kegiatan di lokasi tersebut. Menurut sumber dari organisasi-organisasi pecinta alam di Ambon, lahirnya peraturan tersebut dikarenakan kegiatan peliputan budaya yang dilakukan oleh sebuah [[Media massa|media]] di daerah tersebut. Untuk melancarkan kegiatannya maka media tersebut mengeluarkan banyak uang tanpa diminta untuk mendukung kegiatan mereka. Sebelum media masuk, para pendaki yang biasanya melakukan kegiatan di gunung ini tidak menegeluarkan biaya sedikit pun, cukup dengan barter barang, sudah bisa menggunakan jasa orang setempat untuk menemani naik ke puncak gunung.
 
{{Gunung di Indonesia}}