Kabupaten Buton Tengah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{refimprove}} {{Dati2 | nama=Kabupaten Buton Tengah | propinsi=Sulawesi Tenggara | luas= | penduduk= | kepadatan= | kecamatan= 7 | kelurahan= | kodearea= | motto=...'
 
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 24:
 
'''Kabupaten Buton Tengah''' atau disingkat '''Buteng''' merupakan salah satu kabupaten di [[Provinsi Sulawesi Tenggara]]. Buton Tengah merupakan hasil pemerkaran dari [[Kabupaten Buton]] yang disahkan pada pertengahan tahun 2014 bersama [[Kabupaten Buton Selatan]] dan Muna Barat. Ketiga daerah otonomi baru tersebut disahkan menjelang akhir kepengurusan DPR RI periode 2009-2014. Salah satu alasan pemekaran wilayah ini adalah karena permasalahan akses. Seluruh wilayah Buton Tengah tidak berada di [[Pulau Buton]], sedangkan ibukota Kabupaten Buton berada di Pasar Wajo. Pelayanan dan kontrol membutuhkan biaya dan waktu yang panjang karena harus melewati laut menuju [[Kota Baubau]], lalu dilanjutkan perjalanan darat menuju Pasar Wajo di ujung timur Pulau Buton.
 
 
== Sejarah Singkat ==
Daerah Buton Tengah merupakan bekas wilayah Kerajaan dan [[Kesultanan Buton]] yang telah eksis sejak zaman dulu. Pada masa pemerintahan Raja Buton ke-6 dan juga Sultan Buton ke-1 bernama Murhum, rakyat Gu dan Mawasangka diriwayatkan patuh dan setia kepadanya. Ikatan emosional Gu dan Mawasangaka terhadap Buton semakin kuat setelah Murhum berhasil membela negeri mereka. Ketika kembali ke Buton, Murhum turut membawa “syara-pancana” dan kemudian Gu dan Mawasangka diberinya nama “Paincana” selaku tanda kemenangan murhum. Nama ini kemudian lekat untuk menggambarkan kedua etnis di Buton Tengah tersebut dengan sebutan pancana atau pancano <ref>Zahari AM. 1977. Sejarah dan Adat Fiy Darul Butuni (Buton) I. Jakarta (ID): Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref>.<br /><br />
 
Keberadaan Buton Tengah juga tertuang pada Undang-Undang Murtabat Tujuh (sekitar tahun 1610), yakni undang-undang Kesultanan Buton pada masa Sultan Buton ke-4 La Elangi (Sultan Dayanu Ikhsanuddin). Disebutkan bahwa Kesultanan Buton terdiri atas 72 kadie yang diduduki oleh 30 menteri dan 40 bobato. Sedangkan sisanya mendadakan kaum yang memegang pemerintahan di pusat. Dari 70 bagian tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian besar yakni Pale Matanayo dan Pale Sukanayo. Lakina Lakudo, mengepalai wilayah Kadolo, Lawa, Tangana-lipu, Tongkuno, Gu, Wongko Lakudo, dan Wanepa-nepa (Distrik Gu). Lakina Bombonawulu menduduki wilayah Bombonawulu-kota, Rahia, Wakea-kea, Uncume, Wongko-bombonawulu (Distrik Gu). Kedua lakina tersebut merupakan kadie di wilayah Pale Matanayo <ref>Zahari AM. 1977. Sejarah dan Adat Fiy Darul Butuni (Buton) I. Jakarta (ID): Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref>.<br /><br />
 
Di wilayah Pale Sukanayo, Menteri Peropa mengepalai beberapa wilayah salah satunya Ballo di Distrik Kabaena (termasuk wilayah Talaga saat ini), Menteri Gundu-Gundu mengepalai Kooe dan Kantolobea (Distrik Mawasangka), Menteri Melai mengepalai Boneoge (Distrik Gu), Menteri Lanto di Lalibo (Distrik Mawasangka), Menteri Wajo di Wajo (Distrik Gu), Menteri Tanailandu di Wasindoii (Distrik Mawasangka). Selanjutnya Lakina Boneoge di Boneoge, Madongka, Tanga, dan Matanayo (Distrik Gu), Lakina Baruta di Baruta (Distrik Gu), Lakina Mone di Lambale dan Wakuru (Distrik Gu), Lakina Lolibu di Lipumalangan II dan Tongkuno (Distrik Gu), dan Lakina Inulu di Lamena, Lagili, dan Wakengku (Distrik Mawasangka) <ref>Zahari AM. 1977. Sejarah dan Adat Fiy Darul Butuni (Buton) I. Jakarta (ID): Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref>.<br /><br />
 
Dalam undang-undang kesultanan juga disebutkan Tamburu Limaanguana. Tamburu Limaanguana yaitu pasukan kehormatan sultan yang terdiri atas lima kelompok yang masing-masing kelompok memiliki nama sendiri-sendiri, salah satunya Mawasangka <ref>Zahari AM. 1977. Sejarah dan Adat Fiy Darul Butuni (Buton) I. Jakarta (ID): Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref>.<br /><br />
 
 
== Keadaan Wilayah ==
 
Wilayah Kabupaten Buton Tengah berbatasan dengan:
 
Baris 48 ⟶ 43:
 
== Pemerintahan ==
 
=== Pemerintahan Daerah ===
Wilayah Kota Bau-Bau terdiri dari 8 kecamatan, yaitu:
 
* [[Kecamatan Lakudo]]
* [[Kecamatan Gu]]
* [[Kecamatan Sangiawambulu]]
* [[Kecamatan Mawasangka]]
* [[Kecamatan Mawasangka Tengah]]
* [[Kecamatan Mawasangka Timur]]
* [[Kecamatan Talaga Raya]]
 
== Kependudukan ==
 
== Sosial dan Kependudukan ==
=== AgamaPenduduk ===
Sebagaimana halnya wilayah-wilayah lain bekas Kerajaan dan Kesultanan Buton, etnis di Buton Tengah juga beragam. Sampai saat ini para ahli belum mendapatkan kesepakatan berapa banyak sesungguhnya etnis yang ada di Buton. Namun jika melihat kelompok besarnya, di Buton Tengah didiami oleh penduduk dari etnis Buton-Gulamasta (Pancana), Moronene-Kabaena, Bajo, Muna, dan Wolio.
 
=== SosialAgama ===
 
=== Agama ==
Umumnya masyarakat Buton Tengah memeluk agama Islam.
 
Baris 73 ⟶ 65:
 
== Ekonomi ==
 
=== Pertanian dan Perkebunan ===
Wilayah Kabupaten Buton Tengah sangat berpotensi untuk dikembangkan padi ladang, jagung, singkong, ubi jalar, dan kacang hijau. Padi ladang merupakan komoditas yang dapat diandalkan seperti di Kecamatan Mawasangak dengan area panen 10 Ha dengan total produksi ± 9 ton padi ladang. Kemudian di Kecamatan Gu 2.679 Ha dengan total produksi ± 537 ton jagung. Di Kecamatan Gu juga memiliki luas area pertanian singkong dengan luas area 2.679 Ha dengan total produksi ± 11.258 ton, perkebunan kapuk 56,35 Ha dengan total produksi mencapai ± 480 ton, dan perkebunan kakao seluas 32 Ha dengan total produksi mencapai ± 390 ton.
Baris 86 ⟶ 77:
=== Perdagangan ===
Secara kualitatif komoditi-komoditi potensial diperdagangkan antar pulau melalui tiga pelabuhan laut utama di Buton Tengah.
 
=== Pariwisata ===
Dari sektor pariwisata, beberapa objek wisata baik wisata alam, sejarah maupun budaya menjadi daya tarik tersendiri. Seperti beberapa benteng bekas peninggalan Kesultanan Buton, adat dan tradisi masyarakat Gulamasta, Mesjid Mawasangka sebagai mesjid terbesar di daerah Buton Raya, beberapa pantai pasir putih, dan juga lanskapnya yang khas.
 
== Transportasi ==