Epigrafi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 19:
* A. B. [[Cohen Stuart]]: awalnya ia melakukan penelitian terhadap naskah-naskah susastra Kawi dan menuliskan hasil penelitiannya itu, kemudian barulah ia tertarik pada prasasti. Bersama J.J.van Limburg Brouwer ia mulai meneliti empat prasasti, yaitu prasasti Wukiran (Pereng), Kandangan, Wayuku (Dieng) dan Kinewu. Keempat prasasti ini diterbitkan hanya dalam bentuk pengantar tafsiran kata-kata tanpa terjemahan isi prasasti. Usaha yang dilakukannya yaitu perbaikan terhadap penerbitan prasasti yang telah ada, pendaftaran kembali prasasti yang pernah ditemukan berserta daftar acuan kertasnya, usul untuk menerbitkan prasasti-prasasti secara lengkap dan menyeluruh unttuk kepentingan yang lebih seksama. Akhirnya, ia menerbitkan buku yang berisi kumpulan prasasti-prasasti dalam bentuk facsimile dan transkripsi.
* [[Jan Laurens Andries Brandes]]: Hasil penelitian epigrafinya yang pertama adalah prasasti Kalasan dan prasasti Guntur. Dari kedua prasasti tersebut ia mengambil kesimpulan bahwa ketika orang-orang India tersebut datang ke Indonesia, mereka menemukan suatu masyarakat yang telah memiliki kebudayaan yang tinggi dan juga susunan pemerintahan yang berlandaskan hukum sudah mulai teratur di Indonesia, proses hukum dan pengambilan keputusan seperti itu tidak ada di India.
* [[N.J. Krom]]: usaha awal yang dilakukan Krom dalam bidang epigrafi adalah meneliti kembali penerbitan-penerbitan prasasti yang pernah ada, meneruskan atau mengolah kembali pekerjaan Brandes yang belum selesai dan membuat inventarisasi prasasti-prasasti yang berangka tahun yang pernah ditemukan.
* [[N.J. Krom]]
* F.D.K. [[Bosh]]: penelitiannya terhadap prasasti-prasasti yaitu Kelurak, Kalasan, dan Ratuboko ditujukan untuk mencari gambaran kebudayaan yang menjadi latar belakang segala aktivitas kesenian pada waktu tersebut khususnya gambaran kehidupan keagamaan.
* F.D.K. [[Bosh]]
* W.F. [[Stutterheim]]: konsep pemikiran yang dikeluarkannya ialah kebudayaan Indonesia kuno harus dianggap sebagai kebudayaan Indonesia, sedangkan pengaruh India yang betapa pun besarnya hanyalah merupakan tambahan saja.
* W.F. [[Stutterheim]]
* R.M.Ng. [[Poerbatjaraka]]: pengetahuan yang dimiliki Poerbatjaraka atas bahasa Kawi yang menuntunnya berkenalan dengan prasasti. Karya yang dihasilkan berupa transkripsi prasasti Kamban dan sebuah prasasti yang berasal dari desa Pengging, Boyolali, kupasan mengenai prasasti yang ditemukan di desa Batutulis dekat Bogor, pembahasan mengenai prasasti yang dipahatkan pada arca Aksobhya di Simpang dan transkripsi prasasti yang disimpan di Museum Solo. Dalam disertasinya juga berisi penelitian terhadap prasasti Canggal, Dinaya, Wukiran (Pereng), salah satu prasasti raja Mulawarman dari Kutai dan prasasti Pintang Mas.
* R.M.Ng. [[Poerbatjaraka]]
* P.V. [[van Stein Callenfels]]: ia berjasa dalam membuka jalan pengetahuan mengenai prasasti-prasasti Bali, yang sebelumnya juga pernah dibicarakan oleh van der Tuuk dan Brandes.
* P.V. [[van Stein Callenfels]]
* [[Rudolf Goris]]: penelitiannya khusus pada epigrafi Bali dan mencurahkan perhatian pada prasasti yang berbahasa Bali kuno.
* [[Rudolf Goris]]
* Johannes Gijsbertus (Hans) [[de Casparis]]: Ia menekankan pentingnya meneliti bagian-bagian dalam prasasti yang dapat memberikan gambaran kehidupan masyarakat Indonesia kuno. Hasil penelitian pertama adalah prasasti yang berasal dari zaman Majapahit, mengenai desa-desa Himad dan Walandit. Hasil penelitian yang patut dibanggakan adalah seri penerbitan Prasasti Indonesia yang terdiri atas dua jilid. Jilid pertama mengenai persoalan rajakula Sailendra, sedangkan jiid kedua merupakan kumpulan prasasti-prasasti yang berasal dari abad VII sampai abad IX M. Jilid pertama, ia mengupas secara mendalam prasasti Hampran (Plumpungan), prasasti Ratabaka, prasasti Kayumwungan (Karangtengah), prasasti Gondosuli II dan dua buah prasasti Tri Tepusan yang menyebutkan nama Sri Kahulunan. Kesemuanya itu digunakannya untuk menyusun kembali tiga hal: sejarah rajakula Sailendra secara menyeluruh, pertumbuhan agama Budha pada zaman pemerintahan rajakula Sailendra dan melokalisasikan bangunan-bangunan suci yang disebutkan dalam prasasti-prasasti itu. Hasil lain yang membanggakan adalah penelitian yang khusus mengenai masyarakat Indonesia kuno dan tentang masa pemerintahan raja Airlangga.
* Johannes Gijsbertus (Hans) [[de Casparis]]
* [[Louis Charles Damais]]: Sumbangan Damais yang terpenting bagi epigrafi Indonesia adalah metodenya untuk menentukan perhitungan yang tepat mengenai unsur-unsur hari, tanggal, bulan dan tahun dalam tarikh Indonesia kuno yang biasa ditemukan dalam prasasti-prasasti ataupun naskah-naskah lainnya.
* [[Louis Charles Damais]]
* [[Boechari]]: Ia adalah murid R.M. Ng. Poerbatjaraka. Sumbangan yang terutama tertuang dalam hasil studi epigrafinya berupa kumpulan transliterasi prasasti-prasasti dan tulisan-tulisan yang membahas
* [[Boechari]]
mengenai berbagai aspek arkeologi dan kesejarahan, khususnya mengenai sistem administrasi dan birokrasi kerajaan, sistem hukum, dan sistem perpajakan pada masa Jawa Kuno.
 
==Lihat pula==