Samadhi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP53Reza (bicara | kontrib)
BP53Reza (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 1:
'''Samadhi''' (bahasa Sansekerta : समाधि) adalah sebuah ritual konsentrasi tingkat tinggi, melampaui kesadaran alam jasmani yang terdapat dalam agama Hindu , Budha , Jainisme , Sikhisme, dan aliran yoga. Samadhi juga merupakan fase tertinggi dalam delapan fase penguasaan Yoga. Ketika memasuki fase samadhi, kemampuan analitis dan logika menjadi tak berfungsi atau diam. Menurut Kamus Bhargava, Samadhi adalah fase terkuat dari yoga di mana seseorang memperoleh kekuatan untuk menangguhkan hubungan antara tubuh dan jiwa selama yang Ia suka.<ref>{{cite book|last1=Pathak|first1=R. C.|title=Bhargava's Concise Hindi-English Dictionary|date=June 1981|publisher=French & European Pubns|isbn=978-0828817448|edition=6th|url=http://www.amazon.com/Bhargavas-Concise-Hindi-English-Dictionary-Pathak/dp/0828817448}}</ref> Samadhi juga dipahami sebagai sebuah bagian dari ritual keagamaan, berbeda dengan semedi atau pun meditasi, yang mana keduanya merupakan praktek latihan konsentrasi yang digunakan di luar ritual keagamaan.
 
Dalam hal Kesadarankesadaran, digambarkan bahwa samadhi menekankan non-dualistik, di mana kesadaran subjek menjadi satu dengan obyek yang dialami atau yang ada diluarnya, dan di saat ini juga pikiran menjadi diam, terfokus pada satu hal atau terkonsentrasi sementara orang tetap sadar.<ref>Diener Michael S. ,Erhard Franz-Karl and Fischer-Schreiber Ingrid, ''The Shambhala Dictionary of Buddhism and Zen'', ISBN 0-87773-520-4</ref> Sedangkan dalam ajaran Buddha ,hal ini dapat juga merujuk keadaan patuh di mana pikiran menjadi sangat tenang dan sama sekali tidak menyatu dengan obyek perhatian, dengan demikian dapat diperoleh wawasan dan aliran perubahan mengenai pengalaman.<ref>Richard Shankman, ''The Experience of Samadhi - an in depth Exploration of Buddhist Meditation'', Shambala publications 2008</ref>
 
==Etimologi==
Kata samadhi pertama kali digunakan dalam literatur bahasa Sansekerta dalam kitab Maitri Upanishad.<ref>T. W. Rhys Davis (n.d.). 'Introduction to the Subha Sutta'. Source: [http://www.metta.lk/tipitaka/2Sutta-Pitaka/1Digha-Nikaya/Digha1/10-subha-e.html Metta.lk] (accessed: Thursday December 24, 2009)</ref>
 
Kata samadhi sendiri secara umum berarti “konsentrasi” atau “tak terganggu”, sedangkan secara istilah pembangkitan kesadaran dengan cara melakukan meditasi. Lalu, ditelusuri etimologi kata tersebut berasal dari bahasa Pali yang merupakan gabungan dari awalan sam (berarti “kesatuan” atau “integrasi”), a (“menuju”), dan terakhir dha (“pencapaian tujuan atau intelektual”). Pendapat lainnya mengatakan samadhi merupakan kata kerja dari samadahati yang berarti “meletakkan segalanya, berkonsentrasi, menggabungkan” segala hal yang ada di dalam benak atau pikiran. Pendapat lainnya mengatakan bahwa makna kata samadhi adalah keadaan setimbang (sama) dari pelepasan intelektual manusia (dhi). Selain itu istilah ini bisa juga diartikan sebagai keseragaman (sam) dan penetapan (dhi) yang berarti menetapkan diri untuk sepenuhnya seragam dalam kesadaran diri yang hakiki. Jadi dari etimologi tersebut ditarik kesimpulan bahwa samadhi adalah usaha untuk memeperoleh keseluruhan, tujuan, atau kebenaran (samapatti).<ref name=new>http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Samadhi </ref>
 
http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Samadhi
 
==Samadhi dalam ajaran Hindu==
Baris 16 ⟶ 14:
 
===Tingkatan Samadhi dalam ajaran hindu===
Dalam ajaran Hindu, samadhi dibagi menjadi lima tingkatan: laya samadhi, savikalpa samadhi, nirvikalpa samadhi, sahaja samadhi, dan mahasamadhi. Pada tingkat laya samadhi seseorang mengenal untuk pertama kalinya bentuk dari kedamaian dan kebagiaan melalui nyanyian, tarian, atau aktifitas harian lainnya. Pada fase ini seseorang mulai menumbuhkan dan mengenal bakat potensial dalam dirinya untuk melanjutkan samadhi ke tingkat berikutnya.<ref name="yogapoint">{{cite web |url=http://www.yogapoint.com/info/samadhi.htm |title=Samadhi - A Scientific Phenomenon? |publisher=yogapoint.com |author= Parikshiti Mhaispurkar}}</ref>
 
Dalam tingkatan kedua, [[savikalpa samadhi,]] sang meditator akan megalami sensasi perjalanan ruang dan waktu secara berbeda. Pada masa-masa samadhi ini, sang medtator berusaha memahami penyempurnaan samadhi. Segala macam perasaan dan pikiran-pikiran membanjiri benaknya, tetapi secara sadar dia memadamkannya.<ref name="Ramanasramam">{{cite book |title=Talks with Sri Ramana Maharshi |year=2006 |first=Ramanasramam |last= |page=391}}</ref>
 
Yang ketiga adalah Nirvikalpa Samadhi, yang mana dalam fase ini sang pertapa akan mengalami puncak kebahagiaan yang luar biasa. Dia merasakan seakan-akan dunia dan seisinya berjalan mengikuti dirinya. Seseorang biasanya dapat mengalami fase Nirvikalpa Samadhi dalam beberapa jam atau beberapa hari, dan hanya orang-orang dengan kekuatan spiritual tertinggi yang bisa mengalami hal ini. Orang dalam fase ini juga dikabarkan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi layaknya manusia biasa.
Baris 27 ⟶ 25:
 
=== Menjaga samadhi ===
Melakukan samadhi membutuhkan kesiapan dan niat yang kuat, bahkan mempertahankan kemurniannya lebih sulit lagi. Tingkatan samadhi yang dasar seperti laya dan savikalpa sifatnya temporer dan dapat terhapus dalam waktu singkat. Kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan tingkatan samadhi disebabkan oleh ganggguan-gangguan dari dalam diri sendiri seperti emosi dan pikiran. Sebaliknya, orang yang telah menempuh ajaran samadhi hingga ke tingkat nirvikalpa pun harus tetap menjaga kesadarannya di alam dunia nyata. Oleh karena itu seorang yang hendak belajar samadhi sebaiknya meminta bantuan seorang guru spiritual yang disebut dhamma.<ref>{{cite book |first=Thomas |last=Palotas |title=Divine Play: the Silent Teaching of Shivabalayogi |publisher=Lotus Press |year=2006 |isbn=0-9760783-0-9 |page=226}}</ref>
 
=== '''Samadhi mandir''' ===
Baris 85 ⟶ 83:
 
=== Kondisi tubuh ===
Hingga saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi modern belum dapat menjelaskan fenomena aneh yang terjadi dalam tubuh sang meditator ketika melakukan samadhi. Meski demikian, sebenarnya para ilmuwan Hindu telah bertahun-tahun lamanya berusaha menjelaskan fenomena samadhi.<ref>{{cite book|last=Swami|first=Vivekananda|title=The Complete works of Swami Vivekananda.|date=1994|publisher=Advaita Ashrama|location=Calcutta|isbn=978-8185301761|pages=Chapter 3|edition=Mayavati memorial ed.}}</ref>
 
'''Shiv Puran'''
 
Shiv Puran adalah salah satu tokoh dari India yang menjelaskan mengenai fenomena Samadhi dalam diri seseorang. Menurutnya, segala kesadaran secara keseluruhan kembali ke dalam tubuh sang meditator hingga dalam jumlah terkecil, lalu kesadaran ini terkurung di dalam dirinya, meskipun pada saat itu Ia terlihat tenang, tidak bergerak. Selain itu, pada saat bersamadhi, seseorang tidak dapat memikirkan tentang hal lain atau pun mempercayai sesuatau, dan mereka kehilangan fungsi indranya: kulit tidak merasakan sentuhan, telinga tak dapat mendengar apapun, hidung tidak dapat mencium bau, lidah tidak dapat merasa. Tubuh orang tersebut kaku layaknya pohon, dan ketika mereka berhasil menyatukan diri dengan sang Brahma (dewa alam semesta) maka Ia telah berada dalam zona samadhi.<ref>{{cite book|title=Shiv Puran|publisher=VaayviyaSahinta|location=Uttarkhand|pages=chapter 37, verse 62, 65 and 66}}</ref>
 
'''Hath Yog Pradipika'''
 
Teks Yog Hath Pradipika menjelaskan bahwa orang yang melakukan samadhi melampaui alam sadar dan segala macam rasa, mental dan fisik. Seorang yogi yang dalam keadaan samadhi kesadaran di dalam dan di luar dirinya ternatrilisir menjadi nol, berubah menjadi ketenangan absolut. Ketenangan absolut ini sama seperti tubuh yang tak bernyawa.<ref>{{cite book|title=Hath Yog Pradipika|publisher=Chowkhamba Krishnadas Academy Publishers|isbn=8121802016|page=Verse 56}}</ref>
 
'''Patanjali Yogdarshanam dan Mahopanishad'''
Baris 101 ⟶ 99:
'''Penelitian ilmiah'''
 
Dalam sebuh penelitian, dengan mengggunakan elektrogram, menemukan bahwa detak jantung dan aliran listrik biologis di dalam tubuh sang yogi ketika berada dalam fase samadhi benar-benar lemah dan cenderung untuk berhenti berdetak. Hal ini dibuktikan dalam risetnya kepada seorang pria berumur 60 tahun yang pernah melakukan samadhi di bawah tanah selama delapan hari. Sebuah benda bernama elektrogram, disingkat ECG, diletakkan bersamanya dan melakukan pengawasan pada jantungya sebelum dan setelah melakukan yoga.<ref>{{cite journal|last=Gupta|first=Arum|title=The yogic claim of voluntary control over the heart beat: an unusual demonstration|journal=American Heart Journal|date=1973|volume=86|issue=2|pages=282–284}}</ref>
 
Pada hari pertama yoga, grafik indikator detak jantung masih menunjukkan keadaan normal, detak jantung masih terdeteksi. Di hari kedua, setelah seorang yogi berada di dalam lubang selama 29 jam, garis grafik melemah pertanda tak ada aliran listrik biologis dari dalam tubuh; jantung sang yogi berhenti. Kejadian ini berlangsung hingga berhari-hari.