M. Jusuf: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler
Baris 113:
===Menteri Perindustrian===
 
Pada tanggal [[27 Agustus]] [[1964]], Jusuf diangkat sebagai Menteri Perindustrian. Meskipun ini adalah pos sipil, itu tidak mengherankan bahwa Jusuf diangkat ke posisi ini sebagaikarena Sukarno memiliki anggota lain dari [[ABRI]] dalam kabinetnya untuk alasan lain selain pertahanan dan keamanan (Contoh: Letnan Jenderal Hidayat sebagai Menteri Telekomunikasi dan [[Ali Sadikin]] dari Marinir menjabat sebagai Menteri Perhubungan).
 
===Supersemar===
 
Pada tanggal [[11 Maret]] [[1966]], Jusuf menghadiri pertemuan Kabinet di Istana Presiden, yang pertama sejak Sukarno reshuffle kabinet pada akhir Februari. Pertemuan tidak berlangsung lama sebelum Sukarno, setelah menerima surat dari Komandan Pengawal, tiba-tiba meninggalkan ruangan. Ketika pertemuan itu selesai, Jusuf dan Menteri Urusan Veteran, Basuki Rachmat, pergi ke luar PlaceIstana Presiden untuk bergabung dengan [[Amirmachmud|Amir Machmud]] Panglima KODAM V / Jaya. Jusuf kemudian diperbaharui padadiberitahu apa yang terjadi dan diberitahu bahwa Soekarno telah meninggalkanpergi untukke [[Bogor]] dengan helikopter karena itusituasi yang tidak aman di Jakarta.
 
Jusuf kemudian menyarankan bahwa tigamereka dari merekabertiga pergi ke Bogor untuk memberikan dukungan moral darikepada Sukarno. KetigaKetiganya kemudian pergi ke kediaman [[Letnan Jenderal]] [[Soeharto]], Panglima Angkatan Darat yang telah membentuk posisi sebagai lawan politik terkuat Sukarno. Menurut AmirmachmudAmir Mahmud, Suharto meminta tigaketiga Jenderal ini untuk memberitahu Sukarno kesiapan untuk memulihkan keamanan, harusnamun Presiden memesannyaharus memintanya.
 
Di Bogor, tigaketiganya bertemu dengan Soekarno yang tidak senang dengan keamanan dan dengan desakan Amirmachmud bahwa semuanya aman. Soekarno kemudian mulai mendiskusikan pilihan dengan tigaketiga Jenderal sebelum akhirnya Sukarno kemudian mulai mendiskusikan pilihan dengan Basuki, Jusuf, dan Amirmachmud sebelum akhirnya meminta mereka bagaimana dia bisa mengurus situasi. Jusuf dan Basuki diam, tapi Amirmachmud bahwa Sukarno memberi Suharto beberapa kekuatan dan memerintah Indonesia dengan dia sehingga semuanya dapat diamankan. Pertemuan kemudian dibubarkan, Sukarno mulai mempersiapkan Keputusan Presiden.
 
Itu senja ketika Keputusan yang akan menjadi Supersemar akhirnya siap dan menunggu tanda tangan Sukarno. Sukarno memiliki beberapa keraguan menit terakhir tapi Jusuf, bersama dengan dua jenderal dan lingkaran dalam Sukarno dalam Kabinet yang juga telah membuat perjalanan ke Bogor mendorongnya untuk menandatangani. Soekarno akhirnya menandatangani dan menyerahkan Supersemar Basuki akan diteruskan kepada Soeharto.