Tragedi Simpang KKA: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 15:
Awalnya berkembang kabar mengenai hilangnya anggota TNI dari Kesatuan Den Rudal 001/Pulo Rungkom pada tanggal 30 April 1999.<ref name="okezone"/> Anggota tersebut diklaim menyusup ke acara peringatan 1 Muharam yang diadakan warga desa Cot Murong.<ref name="routledge"/> Klaim ini diperkuat oleh kesaksian warga yang sedang mempersiapkan acara ceramah magrib tersebut. Pasukan militer Detasemen Rudal menanggapi hilangnya anggota tersebut dengan melancarkan operasi pencarian masif yang melibatkan berbagai satuan, termasuk brigadir mobil (Brimob). Saat melakukan penyisiran di desa, aparat melakukan penangkapan terhadap sekitar 20 orang lalu melakukan aksi kekerasan. Para korban mengaku dipukul, ditendang, dan diancam oleh aparat. Warga desa kemudian mengirim utusan ke komandan TNI setempat untuk bernegosiasi. Komandan TNI berjanji aksi ini tidak akan terulang lagi.<ref name="beginners"/><ref name="kontras"/>
 
Tanggal 3 Mei 1999, satu truk tentara memasuki desa Cot Murong dan Lancang Barat, tetapi diusir oleh masyarakat setempat. Warga desa yang berunjuk rasa bergerak ke markas Korem 011 untuk menuntut janji yang diberikan komandan sehari sebelumnya. Pada siang hari, pengunjuk rasa berhenti di persimpangan Kertas Kraft Aceh, [[Krueng Geukueh, Dewantara, Aceh Utara|Krueng Geukueh]], yang lokasinya dekat dengan markas Korem, kemudian mengirimkan lima orang untuk berdialog dengan komandan. Ketika dialog sedang berlangsung, jumlah tentara yang mengepung warga semakin banyak, dan warga pun melempar batu ke markas Korem 011 dan membakar dua sepeda motor.<ref name="beginners"/> Setelah itu, dua truk tentara dari Arhanud yang dijaga Detasemen Rudal 001/Lilawangsa dan Yonif 113/Jaya Sakti datang dari belakang dan mulai menembaki kerumunan pengunjuk rasa.<ref name="okezone">{{cite web |url=http://news.okezone.com/read/2013/05/04/340/802112/mahasiswa-kenang-penembakan-massal-tragedi-simpang-kka |title=Mahasiswa Kenang Penembakan Massal Tragedi Simpang KKA |format= |work=Okezone |accessdate=9 Mei 2013}}</ref><ref name="snafu">{{cite web |url=http://home.snafu.de/watchin/KKA_Commemoration.htm |title=Public Commemoration for Victims of the Aceh Conflict |format= |work=Fabian Junge |accessdate=3 Mei 2014}}</ref><ref name="tempo">{{cite web |url=http://www.tempo.co/read/news/2013/12/02/078534001/Korban-Tragedi-Simpang-Aceh-Masih-Trauma |title=Korban Tragedi Simpang Aceh Masih Trauma |format= |work=Tempo |accessdate=3 Mei 2014}}</ref><ref name="kompas">{{cite web |url=http://kontras.org/index.php?hal=dalam_berita&id=313 |title=KORBAN KRUENG GEUKUEH MENJADI 31 ORANG |format= |work=Kompas, 06 Mei 1999 |accessdate=17 Juni 2014}}</ref>
<ref name="kompas">{{cite web |url=http://kontras.org/index.php?hal=dalam_berita&id=313 |title=KORBAN KRUENG GEUKUEH MENJADI 31 ORANG |format= |work=Kompas, 06 Mei 1999 |accessdate=17 Juni 2014}}
 
Setelah insiden Dewantara, beberapa kantong berisi mayat yang diberi pemberat batu ditemukan di dasar sungai. Pola pembuangan mayat ini diduga mengikuti pola yang diterapkan pada [[tragedi Idi Cut|insiden sebelumnya di Idi Cut]].<ref name="beginners"/>