Muawiyah bin Abu Sufyan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wahyu26 (bicara | kontrib)
menambahkan beberapa detail
Wahyu26 (bicara | kontrib)
saya menambahkan detail kehidupan muawiyah di masa Ali
Baris 155:
 
=== SIkap Muawiyah Atas Terbunuhnya Utsman ===
Para perusuh yang mencapai 500 orang sudah mencapai rumah Utsman. Para sahabat Nabi mengirimkan anak-anak mereka untuk melindungi Utsman tetapi mereka kalah jumlah. Utsman dibunuh dan para sahabat yang melindunginya terluka. Dan tidak ada satu orang sahabat Nabi Muhammad yang terlibat dan menyetujui pembunuhan itu. [[Ummu Habibah binti Abu Sufyan]] mengirimkan baju Utsman yang berlumuran darah ke tangan Muawiyah<ref>Ash-Shallabi, Ali Muhammad. ''Muawiyah bin Abu Sufyan''. halaman 166</ref>. Saat mendengar berita pembunuhan Utsmanitu, Muawiyah berpidato di depan penduduk Syam, bersumpah akan menuntut balas kematiannya.<ref>Ash-Shallabi, Ali Muhammad. ''Muawiyah bin Abu Sufyan''. halaman 155-161</ref> Penduduk Syam sendiri bersumpah akan membantu Muawiyah dengan mengorbankan nyawa mereka.<ref>Ash-Shallabi, Ali Muhammad. ''Muawiyah bin Abu Sufyan''. halaman 175</ref>
 
== Muawiyah di Zaman Ali bin Abi Thalib ==
 
=== Inti Konflik Ali-Muawiyah ===
Setelah Utsman terbunuh, para sahabat sepakat untuk menghukum [[qishash]] pelaku pembunuhan Utsman. Namun, mereka terbagi tiga kelompok tentang hal ini:
* Pertama, mereka harus diqishash secepatnya sebelum baiat kepada Ali. Inilah pendapat Muawiyah dan pendukungnya. Muawiyah berpendapat jika qishash ditunda, pembunuhnya akan berbaur di kehidupan sehari-hari kaum Muslimin dan mereka akan sulit dilacak. Lagipula, Muawiyah adalah wali Utsman dan di antara saudara-saudara Utsman yang lain, Muawiyah lah yang kekuatannya paling besar.
* Kedua, mereka harus diqishash tetapi setelah Ali bisa mengendalikan keadaan sehingga tenteram kembali. Jika qishash dilaksanakan sekarang juga, maka akan berakibat keadaan makin kacau. Para perusuh akan melipatgandakan tekanannya kepada kekhalifahan. Ini adalah pendapat Ali dan pendukungnya. Mayoritas sahabat Nabi menjadi pendukung Ali.
* Ketiga, [[uzlah]] (mengasingkan diri). Ada sahabat-sahabat Nabi yang tidak mau terlibat dalam permasalahan ini dan mereka pun pindah dari pusat konflik. Mereka tidak mau berperang dengan saudara sesama mukmin. Mereka adalah [[Abdullah bin Umar]], [[Saad bin Abi Waqqash]], dan lainnya.
Inti dari permasalahan Ali-Muawiyah adalah perbedaan cara qishash ini. Muawiyah sendiri tidak mengklaim bahwa dirinya khalifah umat Islam dan tidak berniat merebut kekhalifahan. Hanyasaja ia dan penduduk Syam tidak mau [[baiat]] (sumpah setia) kepada Ali karena permasalahan terbunuhnya Utsman tersebut. Ketika kita melihat kondisi zaman Ali lewat kacamata abad modern, kita bisa dengan mudah menilai, tetapi bagi orang yang hidup di zaman itu, situasi pada saat tersebut sangat pelik. Menurut mayoritas ulama, dalam persoalan rumit itu yang lebih mendekati kebenaran adalah pendapat Ali karena bagaimanapun juga perdamaian negara lebih diutamakan.
 
Muawiyah pernah ditanya, "Apakah kau penentang Ali?"
 
Muawiyah menjawab, "Tidak demi Allah. Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui bahwa dia lebih utama dariku dan lebih berhak memegang khilafah dariku. Akan tetapi, sebagaimana yang kalian ketahui bahwa Utsman dibunuh dalam keadaan teraniaya dan aku, sepupu Utsman, akan menuntut darahnya. Datanglah kepada Ali dan katakan, 'serahkan para pembunuh Utsman kepadaku dan aku akan tunduk kepadanya"
 
Orang-orang segera menemui Ali dan mengatakan perkataan Muawiyah, tetapi Ali tidak mengabulkannya<ref>Ash-Shallabi, Ali Muhammad. ''Muawiyah bin Abu Sufyan''. halaman 168-171</ref>
 
=== Perang Saudara ===
Karena situasi makin memanas, akhirnya terjadilah [[Perang Jamal]] dan P[[Perang shiffin|erang Shiffin]] antara kubu Ali dan Muawiyah. Tebunuhnya [[Ammar bin Yasir]] menjadi kunci selesainya perang ini karena [[Nabi Muhammad]] pernah mengabarkan bahwa yang membunuh Ammar adalah kelompok pembangkang<ref>Ash-Shallabi, Ali Muhammad. ''Muawiyah bin Abu Sufyan''. halaman 203</ref>. Yang membunuh Ammar bin Yasir ternyata adalah [[Abu al-Ghadiyah Al-Juhani]] dari pihak Muawiyah -ia bukanlah sahabat Nabi.<ref>Ash-Shallabi, Ali Muhammad. ''Muawiyah bin Abu Sufyan''. halaman 209</ref>
 
Terbunuhnya Ammar membuat kedua kelompok terguncang dan sepakat untuk berdamai. Mereka juga mengkhawatirkan perbatasan yang sedang lemah dan kapan saja bisa diserang oleh [[Persia Raya|Persia]] dan [[Byzantium]]. Perjanjian damai ini dibuat berdasarkan Al-Quran dan Sunnah dengan kedua hakimnya adalah [[Amr bin Ash]] dan [[Abu Musa Al-Asy'ari|Abu Musa al-Asy'ari]]. Tidak seperti kabar yang terkenal, Amr bin Ash tidak memakzulkan Ali.<ref>Ash-Shallabi, Ali Muhammad. ''Muawiyah bin Abu Sufyan''. halaman 224-259</ref>
 
=== Ali Terbunuh dan Sikap Muawiyah ===
Saat kabar tentang Ali yang terbunuh sampai kepada Muawiyah, ia menangis. Istrinya berkata, "Kamu menangisi orang yang memerangimu?" Muawiyah menjawab, "Diam saja lah kamu. Kamu tidak mengetahui berapa banyak manusia kehilangan keutamaan, fikih, dan ilmu karena kematian beliau" Utbah berkata juga, "Jangan sampai orang-orang Syam mendengar hal itu darimu". Muawiyah menghardik, "Kamu juga diam saja lah!"<ref>Ash-Shallabi, Ali Muhammad. ''Muawiyah bin Abu Sufyan''. halaman 259</ref>
 
=== Sikap Kita terhadap Konflik Ali-Muawiyah ===
Menurut mayoritas ulama, sikap Kaum Muslimin dalam menyikapi konflik Ali-Muawiyah adalah meyakini bahwa mereka semua sedang berijtihad merespon situasi yang sangat pelik pada masa itu. Di antara mereka ada yang benar dan mendapat dua pahala, tetapi di antara mereka ada yang salah dan mendapat satu pahala. Kita tidak boleh membicarakan sahabat Nabi dengan perasaan benci.<ref>Ash-Shallabi, Ali Muhammad. ''Muawiyah bin Abu Sufyan''. halaman 245-254</ref>
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}