Theravāda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bthohar (bicara | kontrib)
translated from En WP; reformatted
Bthohar (bicara | kontrib)
translated from En WP
Baris 147:
 
[[Ajahn Chah]], murid dari [[Ajahn Mun]], mendirikan garis turunan monastik yang disebut Cittaviveka dengan muridnya [[Ajahn Sumedho]], di Chithurst di West Sussex, Inggris. Ajahn Sumedho kemudian mendirikan Biara Buddha Amaravati di Hertfordshire, yang memiliki pusat retret khusus untuk retret awam. Sumedho memperluasnya hingga ke Harnham di Northumberland sebagai Aruna Ratanagiri di bawah bimbingan Ajahn Munindo, murid lain dari Ajahn Chah.
 
=== Praktek monastik ===
Praktek monastik atau kebiaraan biasanya bervariasi dalam aliran-aliran dan biara-biara dalam Theravada. Namun dalam biara hutan yang paling ortodoks, bhikkhu biasanya meniru praktek dan gaya hidup Sang Buddha dan para murid generasi pertama melalui hidup dekat dengan alam di hutan, gunung dan gua. Biara hutan masih tetap menghidupkan tradisi kuno dengan mengikuti kode disiplin monastik Buddhis dalam semua detail dan mengembangkan meditasi di hutan-hutan terpencil.
 
Dalam rutinitas sehari-hari yang khas di biara selama periode vassa 3 bulan, bhikkhu akan bangun sebelum fajar dan akan memulai hari dengan kelompok rapalan dan meditasi. Saat fajar para bhikkhu akan pergi ke desa-desa sekitar bertelanjang kaki untuk mencari sedekah dan hanya diperkenankan makan di hari itu sebelum tengah hari dengan makan dari mangkuk dan menggunakan tangan. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk belajar Dharma dan meditasi. Kadang-kadang kepala biara atau bhikkhu senior akan memberi ceramah Dharma kepada para pengunjung. Orang awam yang tinggal di biara harus mematuhi delapan ajaran tradisional Buddhis.
 
Kehidupan bhikkhu ataupun bhikkhuni dalam sebuah komunitas jauh lebih kompleks daripada kehidupan bhikkhu hutan. Dalam masyarakat Buddhis Sri Lanka, sebagian besar bhikkhu menghabiskan berjam-jam setiap hari dalam mengurus kebutuhan orang-orang awam seperti berkhotbah ''bana'',<ref>Mahinda Deegalle, ''Popularizing Buddhism: Preaching as Performance in Sri Lanka'', State University of New York Press, Albany, NY, 2006.</ref> menerima sedekah, mengurus pemakaman, mengajarkan dharma untuk orang dewasa dan anak-anak di samping memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat.
 
Setelah akhir periode Vassa, banyak bhikkhu akan keluar jauh dari biara untuk menemukan sebuah tempat terpencil (biasanya di hutan) di mana mereka dapat menggantung tenda payung mereka dan di mana sangat cocok untuk urusan pengembangan diri. Ketika mereka pergi mengembara, mereka berjalan tanpa alas kaki, dan pergi ke mana pun kaki melangkah. Hanya syarat yang diperlukan saja yang akan dibawa. Syarat-syarat itu umumnya terdiri dari mangkuk, tiga jubah, kain mandi, tenda payung, kelambu, ketel air, saringan air, pisau cukur, sandal, beberapa lilin kecil, dan lentera lilin.
 
Para bhikkhu tidak memastikan waktu mereka untuk berjalan dan duduk bermeditasi, karena begitu mereka terbebas mereka baru saja memulainya; mereka juga tidak menentukan berapa lama mereka akan pergi untuk bermeditasi. Beberapa dari mereka kadang-kadang berjalan kaki dari senja hingga fajar sedangkan di lain waktu mereka bisa berjalan kaki dari antara dua sampai tujuh jam. Beberapa orang mungkin memutuskan untuk berpuasa selama berhari-hari atau tinggal di tempat-tempat berbahaya di mana binatang-binatang buas hidup dalam rangka untuk membantu meditasi mereka.
 
Para bhikkhu yang telah mampu mendapatkan pencapaian tingkat tinggi akan dapat membimbing para bhikkhu junior dan umat Buddha awam pada empat derajat pencapaian spiritual.
== Referensi ==
{{reflist|30em}}