Tari Bedaya Ketawang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP51Kurnia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP51Kurnia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 6:
 
===Jumlah Penari===
Banyaknya Penari dalam tarian ini berjumlah 9 orang.<ref name="d">http://www.disolo.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>Jumlah sembilan penari Bedhaya Ketawang adalah simbol [[makrokosmos]] jagad raya yang ditandai dengan sembilan arah [[mata angin]] dan mikrokosmos merupakan simbol alam semesta dengan segala isinya.<ref name="a"/>Masing-masing penari tersebut memiliki sebutan tersendiri.<ref name="b"/>
*Penari pertama disebut Batak
*Penari kedua disebut Endhel Ajeg
Baris 18:
 
===Makna===
Tarian ini memiliki tiga makna yaitu
Kaitannya dengan makna, tarian ini mempunyai hubungan yang erat dengan
*Adat Upacara, menurut adatnya tarian ini hanya bisa dilakukan pada setahun sekali saja yaitu pada hari ulang tahun tahta kerajaan.<ref name="b"/>
*Sakral, Karena pencipta dari tarian ini beraslaberasal dari Ratu kidul, konon kabarnya beliau selalu hadir pada saat latihan ataupun pada saat tarian ini dipentaskan<ref name="b"/>
*Religius,karena tarian ini juga mengajarkan tentang filsafah hidup serta menanyakan untuk tujuan apa manusia hidup selama di dunia.<ref name="b"/>
 
===Ritual===
Sebelum melakukan pementasan baik penari maupun [[Keraton]] selalu memiliki kebiasaan atau ritual yang harus dijalankan, seperti:<ref name="b"/>
*Penari
Sebelum menarikan tarian ini kesembilan penari ini melakukan ritual [[puasa]] tertentu, harus suci lahir dan batin serta tidak dalam keadaan datang bulan.<ref name="b"/> Untuk itu disiapkan penari cadangan untuk menggantikan para penari yang tiba-tiba mendapat halangan pada saat akan pementasan.<ref name="b"/>Kesucian para penari benar-benar diperhatikan karena konon kabarnya Kanjeng Ratu Kidul akan datang menghampiri para penari yang gerakannya masih salah pada saat latihan berlangsung.<ref name="b"/>
*Keraton
Keraton juga harus melakukan ritual tertentu yaitu [[larungan atau labuhan]] yang berarti persembahan korban berupa sesaji ke 4 titik mata angin.<ref name="b"/>Keempat mata angin tersebut dimulai di bagian arah utara untuk Gunung Merapi dengan penguasa ''Kanjeng Ratu Sekar''.<ref name="b"/> Di bagian arah selatan untuk Segoro Kidul Laut Selatan dengan penguasa ''Ratu Kidul''. Di bagian barat, untuk Tawang Sari dengan penguasa ''Sang Hyang Pramori Durga'' di hutan Krendowahono.<ref name="b"/> Dan terakhir, di bagian timur untuk Tawang Mangu dengan penguasa ''Argodalem Tirtomoyo, dan Gunung Lawu dengan penguasa Kyai Sunan Lawu''.<ref name="b"/>
 
 
 
 
==Referensi==