Basofi Sudirman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun) |
||
Baris 38:
Sebagian cara hidup yang biasanya dialami tentara juga sudah sering dialaminya sejak kecil. Pada masa revolusi, Basofi kecil sudah sering harus ikut mengungsi. Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI pun, ia masih harus berpindah-pindah karena tugas ayahnya selaku tentara menghendaki begitu.
"Tetapi sekolah tetap lancar," tukasnya. Sekolah Rakyat (SR) hingga SMA ia selesaikan di Surabaya. Lulus SMA
Selain itu Basofi juga punya pengalaman teritorial yang cukup. Misalnya, ia pernah menjadi Komandan Kodim 0824/Jember (1977-1978), Asisten Teritorial Kodam IV Brawijaya (1983-1984), Komandan Korem 083/Baladhika [[Malang]] (1984-1986), dan Kasdam Kodam I Bukit Barisan (1986-1987), sebelum akhirnya ditarik ke Mabes. Pengalaman lainnya adalah menjadi Dosen Seskoad, tahun 1979-1981. Ia sendiri mengikuti Seskoad pada tahun 1978, dan Seskogab tahun 1979.
Baris 44:
Sebagai prajurit Basofi tergolong cepat pensiun. Lulusan Seskoad 1978 dan Seskogab 1979 ini pensiun pada usia 47 tahun, dengan pangkat Mayor Jenderal TNI. "Ya, karena masuk Golkar," begitu sebabanya. Ayahnya, Letjen TNI H. Soedirman, sebetulnya tak setuju. Tapi bagi Basofi sendiri, di Golkar dan di ABRI sama saja. "Cuma, Bapak saya yang protes," tambahnya.
Meskipun karier militernya kalah dibanding ayahnya -- ayahnya bisa pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal TNI dan pernah menjabat Komandan Jenderal Seskoad -- karier sipilnya tergolong bagus. Sebelum menjadi Gubernur Jawa Timur, jabatannya adalah Ketua DPD Golkar DKI Jakarta, dan
|