Burhanuddin Ulakan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP79Pandu (bicara | kontrib)
+isi
Tag: BP2014
BP79Pandu (bicara | kontrib)
+gambar dan isi
Tag: BP2014
Baris 10:
Selama sepuluh tahun, Syeikh Burhanuddin banyak belajar ilmu-ilmu keislaman maupun tarekat dari gurunya, [[Abdurrauf Singkil‎|Syekh Abdur Rauf as-Singkili]].<ref name="Ensiklopedi"/> Ia mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab, tafsir, hadis, fikih, tauhid, akhlak, tasawuf, aqidah, syari'ah dan masalah-masalah yang menyangkut tarekat, hakikat dan makrifat.<ref name="Ensiklopedi"/>
 
== MegembangkanMendirikan Tarekatpesantren dan menegembangkan tarekat Shatariyah ==
 
[[Berkas:Jamaah Shatariyah.jpg|thumb|300px|Jama'ah Tarekat Shatariyah di Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat]]
Setelah tiga puluh tahun menuntut ilmu di Aceh, Syeikh Burhanuddin kembali ke tempat asalnya, Minangkabau, untuk menyebarkan ajaran Islam di sana.<ref name="karomah"/> Pada tahun 1680, ia kembali ke Ulakan dan mendirikan surau di Tanjung Medan yang terletak di kompleks seluas sekitar lima hektar.<ref name="Ensiklopedi"/><ref name="karomah"/> Di sana, ia menyebarkan ajaran Islam sekaligus mengembangkan Tarekat Sathariyah.<ref name="karomah"/> Surau ini kemudian berkembang pesat dan menjadi sebuah Pondok Pesantren. <ref name="Ensiklopedi"/> Syeikh Burhanuddin memperoleh penghormatan yang luar biasa oleh masyarakat, sehingga ajaran yang ia bawa mudah di terima di sana.<ref name="karomah"/> Selain itu, mulai banyak murid dan santri yang berdatangan untuk berguru kepadanya, baik dari wilayah Minangkabau sendiri, Riau, Jambi, Malaka, maupun dari daerah-daerah lain.<ref name="Ensiklopedi"/>
 
Setelah tiga puluh tahun menuntut ilmu di Aceh, Syeikh Burhanuddin kembali ke tempat asalnya, Minangkabau, untuk menyebarkan ajaran Islam di sana.<ref name="karomah"/> Pada tahun 1680, ia kembali ke Ulakan dan mendirikan surau di Tanjung Medan yang terletak di kompleks seluas sekitar lima hektar.<ref name="Ensiklopedi"/><ref name="karomah"/> Di sana, ia menyebarkan ajaran Islam sekaligus mengembangkan Tarekat Sathariyah.<ref name="karomah"/> Di surau inilah beberapa aktivitas keagamaan dan sosial dilakukan, seperti salat lima waktu, belajar ilmu agama, musyawarah, berdakwah, termasuk berkesenian dan mempelajari ilmu bela diri.<ref name="puslitbang">[http://lektur.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=59&Itemid=93 www.lektur.kemenag.go.id: Penelitian Rumah Ibadah Bersejarah: Surau Gadang Syekh Burhanuddin Ulakan Padang Pariaman Sumate]. Diakses 29 April 2014</ref> Surau ini kemudian berkembang pesat dan menjadi sebuah Pondok Pesantren. <ref name="Ensiklopedi"/> Syeikh Burhanuddin memperoleh penghormatan yang luar biasa oleh masyarakat, sehingga ajaran yang ia bawa mudah di terima di sana.<ref name="karomah"/> Selain itu, mulai banyak murid dan santri yang berdatangan untuk berguru kepadanya, baik dari wilayah Minangkabau sendiri, Riau, Jambi, Malaka, maupun dari daerah-daerah lain.<ref name="Ensiklopedi"/>
 
Melalui pesantren asuhannya, Syeikh Burhanuddin mengajarkan berbagai disiplin ilmu keislaman kepada para santrinya, seperti ilmu tafsir, hadis, fikih, akidah, dan lain-lain.<ref name="Ensiklopedi"/> Selain itu, ia juga memberikan dakwah islamiah melalui pengajian kepada warga masyarakat.<ref name="Ensiklopedi"/> Atas usaha Syeikh Burhanuddin tersebut, ajaran Islam cepat menyebar di wilayah Minangkabau.<ref name="Ensiklopedi"/>
 
== Kematian ==
Syeikh Burhanuddin memimpin pesanteren tidak begitu lama, setelah sepuluh tahun memimpin ia meninggal.<ref name="Ensiklopedi"/> Kemudian, pesantren tersebut dilanjutkan di bawah kepemimpinan puteranya, Syeikh Abdullah Faqih.<ref name="Ensiklopedi"/>
 
Atas jasa dan perjuangan menyebarkan Islam di Sumatera Barat, hingga saat ini makam Syeikh Burhanuddin mendapat perhatian besar dari para peziarah, terutama oleh para jama'ah Tarekat Shatariyah.<ref name="karomah"/><ref name="nu">[http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,11360-lang,id-c,warta-t,Gus+Dur+++8220+Basapa++8221++di+Makam+Syeikh+Burhanuddin+Ulakan-.phpx www.nu.or.id: Gus Dur “Basapa” di Makam Syeikh Burhanuddin Ulakan]. Diakses 29 April 2014</ref> Menurut tradisi setempat, ziarah tersebut disebut Basapa atau "bersafar serempak bersama puluhan ribu orang", karena dilakukan setiap hari Rabu, tanggal 10 Shafar.<ref name="karomah"/><ref name="nu"/>