Teologi Queer: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP25Vanya (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
PT35Krista (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
 
'''Teologi Queer''' adalah salah satu cabang dalam ilmu [[teologi]], yang berangkat dari perspektif teori Queer.<ref name="Cheng">{{en}}Cheng, Patrick S. 2011. ''Radical Love: An Introduction to Queer Theology''.New York: Seabury Books.</ref> Ada beberapa definisi mengenai teologi queer.<ref name="Cheng"></ref> Pertama, teologi queer adalah teologi yang untuk kaum [[homoseksual]].<ref name="Cheng"></ref> Kedua, teologi queer adalah teologi yang transgresif.<ref name="Cheng"></ref> Ketiga, teologi queer adalah teologi yang menantang dan mendobrak kategori-ketegori umum mengenai [[seksualitas]] manusia.<ref name="Cheng"></ref> Teologi Queer muncul karena adanya pandangan yang dominan dari [[heteroseksual]] mengenai [[seksualitas]] dan [[agama]].<ref name="Loughlin">{{en}}Loughlin, Gerard. 2007. ''Queer Theology: Rethingking the Western Body''.Oxford: Blackwell Publishing.</ref> Pandangan ini membuat kaum [[homoseksual]] mengalami penindasan dan [[diskriminasi]].
 
==Sejarah Singkat==
 
Teologi queer muncul sekitar tahun 1990an oleh sekelompok orang yang mendukung kebebasan hak seksualitas manusia.<ref name="Elizabeth">{{en}}Stuart, Elizabeth. 1997. "Religion is a Queer Thing". Cassell: Cambridge University Press.</ref> Saat itu, ada sebuah pergerakan besar yang dinamakan ''Queer Movement''.<ref name="Elizabeth"></ref> Pergerakan ini berangkat dari perkembangan dari teori [[Queer]].<ref name="Elizabeth"></ref> Teori queer tidak lagi masuk dalam ranah ilmiah, tetapi juga ranah publik.<ref name="Elizabeth"></ref> Pemicu lainnya adalah inspirasi-inspirasi baru mengenai [[seksualitas]], yang diungkapkan oleh filsuf bernama [[Michel Foucault]].<ref name="Elizabeth"></ref> Filsuf yang berasal dari [[Prancis]] ini memberikan inspirasi baru bagi dunia, yang melawan otoritas pemerintah terhadap seksualitas manusia.<ref name="Elizabeth"></ref> Pergerakan queer dan teologi queer juga didukung oleh pergerakan [[teologi feminis]] dan [[teologi pembebasan]].<ref name="Loughlin"></ref>
 
[[Michel Foucault]] menolak adanya pemahaman bahwa [[heteroseksual]] adalah hubungan yang sah, baik dalam agama dan budaya.<ref name="Elizabeth"></ref> Ia berpendapat bahwa pemahaman-pemahaman tersebut adalah pemahaman yang tidak murni dan hanya dibuat oleh penguasa.<ref name="Elizabeth"></ref> Selain itu, tokoh-tokoh queer lainnya juga memiliki pandangan lainnya dalam perkembangan teologi queer.<ref name="Elizabeth"></ref> Contohnya adalah [[Gayle Rubin]], [[Eve Kosofsky Sedgwick]], [[Judith Butler]], dan [[Jeffrey Weeks]].<ref name="Elizabeth"></ref> Para tokoh queer ini menekankan seksualitas manusia yang esensial.<ref name="Elizabeth"></ref> Selama ini, seksualitas manusia tidak murni dan diatur oleh penguasa, baik pemerintah sekuler maupun agama.<ref name="Elizabeth"></ref> Khususnya pada zaman [[Ratu Victoria]] di [[Inggris]], seksualitas manusia sangat diatur dan dikaitkan dengan nilai-nilai agama.<ref name="Elizabeth"></ref> Hal ini membuat banyak orang percaya bahwa itulah asal-usul seksualitas manusia, sehingga melanggengkan pemahaman yang telah dibuat penguasa tersebut.<ref name="Elizabeth"></ref> Salah satu bentuk hasil dari penguasa adalah pemahaman bahwa pernikahan yang sah adalah pernikahan [[heteroseksual]].<ref name="Elizabeth"></ref>
 
Pandangan para queer dan teolog queer yang dianggap berbeda ini membuat mereka dianggap orang aneh dan dicap sebagai ''queer''.<ref name="Elizabeth"></ref> Istilah ini adalah sebuah ejekan bagi para teolog queer.<ref name="Elizabeth"></ref> Namun, seiring perkembangan waktu, istilah ini dipakai oleh para queer dan teolg queer dalam memperjuangkan kebebasan hak seksualitas manusia.<ref name="Elizabeth"></ref> Salah satu perjuangan mereka adalah penerimaan masyarakat dan agama terhadap kaum [[homoseksual]] secara utuh.<ref name="Elizabeth"></ref> Selama ini, kaum [[homoseksualitas]] dianggap aneh, penyakit, dan orang berdosa.<ref name="Elizabeth"></ref> Dari anggapan ini, mereka dikucilkan dari masyarakat dan agama, terutama di dalam gereja. <ref name="Elizabeth"></ref>
 
==Sumber-sumber Teologi Queer==
Baris 22 ⟶ 30:
 
Sumber teologi queer yang keempat adalah pengalaman.<ref name="Cheng"></ref> Di dalam teologi, pengalaman yang dialami oleh manusia menjadi pendukung dalam teologi queer.<ref name="Cheng"></ref> Sama halnya dengan cabang ilmu teologi lainnya, teologi queer juga memandang pengalaman hidup manusia dengan Allah menjadi bagian penting pula di dalam teologi queer.<ref name="Cheng"></ref>
 
==Sejarah Singkat==
 
Teologi queer muncul sekitar tahun 1990an oleh sekelompok orang yang mendukung kebebasan hak seksualitas manusia.<ref name="Elizabeth">{{en}}Stuart, Elizabeth. 1997. "Religion is a Queer Thing". Cassell: Cambridge University Press.</ref> Saat itu, ada sebuah pergerakan besar yang dinamakan ''Queer Movement''.<ref name="Elizabeth"></ref> Pergerakan ini berangkat dari perkembangan dari teori [[Queer]].<ref name="Elizabeth"></ref> Teori queer tidak lagi masuk dalam ranah ilmiah, tetapi juga ranah publik.<ref name="Elizabeth"></ref> Pemicu lainnya adalah inspirasi-inspirasi baru mengenai [[seksualitas]], yang diungkapkan oleh filsuf bernama [[Michel Foucault]].<ref name="Elizabeth"></ref> Filsuf yang berasal dari [[Prancis]] ini memberikan inspirasi baru bagi dunia, yang melawan otoritas pemerintah terhadap seksualitas manusia.<ref name="Elizabeth"></ref> Pergerakan queer dan teologi queer juga didukung oleh pergerakan [[teologi feminis]] dan [[teologi pembebasan]].<ref name="Loughlin"></ref>
 
[[Michel Foucault]] menolak adanya pemahaman bahwa [[heteroseksual]] adalah hubungan yang sah, baik dalam agama dan budaya.<ref name="Elizabeth"></ref> Ia berpendapat bahwa pemahaman-pemahaman tersebut adalah pemahaman yang tidak murni dan hanya dibuat oleh penguasa.<ref name="Elizabeth"></ref> Selain itu, tokoh-tokoh queer lainnya juga memiliki pandangan lainnya dalam perkembangan teologi queer.<ref name="Elizabeth"></ref> Contohnya adalah [[Gayle Rubin]], [[Eve Kosofsky Sedgwick]], [[Judith Butler]], dan [[Jeffrey Weeks]].<ref name="Elizabeth"></ref> Para tokoh queer ini menekankan seksualitas manusia yang esensial.<ref name="Elizabeth"></ref> Selama ini, seksualitas manusia tidak murni dan diatur oleh penguasa, baik pemerintah sekuler maupun agama.<ref name="Elizabeth"></ref> Khususnya pada zaman [[Ratu Victoria]] di [[Inggris]], seksualitas manusia sangat diatur dan dikaitkan dengan nilai-nilai agama.<ref name="Elizabeth"></ref> Hal ini membuat banyak orang percaya bahwa itulah asal-usul seksualitas manusia, sehingga melanggengkan pemahaman yang telah dibuat penguasa tersebut.<ref name="Elizabeth"></ref> Salah satu bentuk hasil dari penguasa adalah pemahaman bahwa pernikahan yang sah adalah pernikahan [[heteroseksual]].<ref name="Elizabeth"></ref>
 
Pandangan para queer dan teolog queer yang dianggap berbeda ini membuat mereka dianggap orang aneh dan dicap sebagai ''queer''.<ref name="Elizabeth"></ref> Istilah ini adalah sebuah ejekan bagi para teolog queer.<ref name="Elizabeth"></ref> Namun, seiring perkembangan waktu, istilah ini dipakai oleh para queer dan teolg queer dalam memperjuangkan kebebasan hak seksualitas manusia.<ref name="Elizabeth"></ref> Salah satu perjuangan mereka adalah penerimaan masyarakat dan agama terhadap kaum [[homoseksual]] secara utuh.<ref name="Elizabeth"></ref> Selama ini, kaum [[homoseksualitas]] dianggap aneh, penyakit, dan orang berdosa.<ref name="Elizabeth"></ref> Dari anggapan ini, mereka dikucilkan dari masyarakat dan agama, terutama di dalam gereja. <ref name="Elizabeth"></ref>
 
==Tokoh==