Epictetus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP21Danang (bicara | kontrib)
Tag: BP2014
BP21Danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 19:
 
==Asal-usul Epictetus==
'''Epictetus''' ({{IPAc-en|ˌ|ɛ|p|ɪ|k|ˈ|t|iː|t|ə|s|}};<ref>Jones, Daniel; Roach, Peter, James Hartman and Jane Setter, eds. ''Cambridge English Pronouncing Dictionary''. 17th edition. Cambridge UP, 2006.</ref> {{lang-grc|Ἐπίκτητος}}; 55/60– 135/138 M) adalah seorang [[Sage (sophos)|sage]] [[Yunani Kuno]] dan tokoh [[filsuf]] [[Stoikisme|Stoa]].<ref name="Audi"></ref> Dia lahir dalam masa [[Perbudakan]] di [[Hierapolis]], [[Phrygia]] (sekarang bernama [[Pamukkale]], [[Turki]]), hidup di [[Roma]] hingga pembuangan dirinya sebagai budak.<ref name="Rowe et al"></ref><ref name="Audi"></ref> Setelah ia bebas, kemudian ia pergi ke [[Nicopolis]] ke Barat Daya [[Yunani]] mendirikan sekolah.<ref name="Rowe et al"></ref> Karya-karyanya diterbitkan oleh pengikutnya, [[Arrian]] dalam judul ''Wawasan Epictetus'' hingga empat buku.<ref name="Adler">{{en}} Mortimer J. Adler., Great Books of the Western World 11, London: Encyclopedia Britannica, Inc., 1968, Hal. 95</ref><ref name="Audi">{{en}} Robert Audi., The Cambridge Dictionary of Philosophy, Edinburg: Cambridge University Press, 1995, Hal. 769 </ref>
Nama Epictetus sesungguhnya tidak diketahui, nama itu adalah pemberian dari juragan dan penasihat kaisar Nero di Roma, bernama Epaphroditus.<ref name="Adler"></ref> Ketika ia masih sebagai [[budak]], ia belajar pada para tokoh filsafat Stoikisme, Musonius, Rufus.<ref name="Adler"></ref> Bagi dia, hadir dan belajar pada Musonius adalah anugerah, agaknya ia terinspirasi perkataan Musonius, "Jiwa yang berbahagia adalah yang selalu mendaki menuju objek alam, mengalir apa adanya, yang biasanya semakin ingin kita tolak."<ref name="Adler"></ref>
 
==Riwayat Hidup Singkat==
Nama Epictetus sesungguhnya tidak diketahui, nama itu adalah pemberian dari juragan dan penasihat kaisar Nero di Roma, bernama Epaphroditus.<ref name="Adler"></ref> Ketika ia masih sebagai [[budak]], ia belajar pada para tokoh filsafat Stoikisme, Musonius, Rufus.<ref name="Adler"></ref> Bagi dia, hadir dan belajar pada Musonius adalah anugerah, agaknya ia terinspirasi perkataan Musonius, "Jiwa yang berbahagia adalah yang selalu mendaki menuju objek alam, mengalir apa adanya, yang biasanya semakin ingin kita tolak."<ref name="Adler"></ref>
 
 
Pada tahun [[89 M]], ketika ia mendapatkan kebebasan dari status budak, ia menjadi guru filsafat di Yunani.<ref name="Adler"></ref> Kemudian, ia lalu pergi menarik diri ke [[YunaniNicopolis]] wilayahke utara,Barat kotaDaya [[NicopolisYunani]], yangmendirikan ditemukansebuah sekolah.<ref name="Rowe et al"></ref> Karya-karyanya diterbitkan oleh pengikutnya, [[AgustusArrian]] untukdalam merayakanjudul kemenangannya''Wawasan dariEpictetus'' [[Actium]]hingga empat buku.<ref name="Adler">{{en}} Mortimer J. Adler., Great Books of the Western World 11, London: Encyclopedia Britannica, Inc., 1968, Hal. 95</ref><ref name="Audi">{{en}} Robert Audi., The Cambridge Dictionary of Philosophy, Edinburg: Cambridge University Press, 1995, Hal. 769 </ref> Di sana, Epictetus memperdalam bergelut dengan filsafat Stoa, hidup dalam keterbatasan, hanya punya -seperti semboyannya-, "cukuplah aku hidup dengan bumi, langit, dan sebuah jubah."<ref name="Adler"></ref> Secara resmi, Epictetus tidak menulis karya-karyanya sendiri, karyanya direkam dan diterbitkan oleh pengikutnya bernama [[Flavius Arrian]].<ref name="Adler"></ref> Empat buku itu berisi ringkasan-ringkasan dari ajarannya, didasarkan pada dialog semi-formal tentang etika praktis yang melengkapi instruksi yang lebih formal di dalam kurikulum Stoa. Gayanya yang langsung (gaya Yunani sehari-hari; tajam dan apa adanya) memberi kesan bahwa Arrian telah menangkap suara Epictetus sendiri.<ref name="Rowe et al"></ref>
 
==Pemikiran Epictetus==
Pemikiran Epictetus berpijak pada peran etis seseorang terkait dunia sosialnya, yang tertuang dalam tiga tahap program etika praktis,
 
* Tahap pertama, peneilitan akan keinginan dan keengganan manusia untuk mencari hal-hal yang secara etika adalah baik, dan menghindari yang secara etis adalah buruk.<ref name="Rowe et al"></ref>
* Tahap kedua, menilik tindakan itu dalam relasi keluarga dan sosial.<ref name="Rowe et al"></ref> Apa yang dipikirkan di tahap pertama diuji dan dipraktikkan di tahap kedua.
* Tahap yang ketiga adalah menguji hubungan logis antara keyakinan etika yang diterapkan pada dua tahap pertama tadi, untuk memastikan konsistensinya, dan dengan pemahaman akan kebenaran.<ref name="Rowe et al"></ref>
 
==Epictetus dan [[Oikeiosis]]==
Oikeiosis dapat dimengerti sebagai kodrat atau dorongan pada semua makhluk hidup untuk mempertahankan diri.<ref name="Anugrahbayu">{{en}} Y.D. Anugrahbayu., Stoikisme,Jakarta: Jurnal Filsfat Driyarkara: Senat Mahasiswa STF Driyarkara, 2013, Hal 15-17 </ref> Menurut teori oikeiosis, dorongan paling mendasar pada semua makhluk hidup adalah untuk mempertahankan dirinya.<ref name="Anugrahbayu"></ref> Proses bertahan itu terkait relasinya dengan setiap peristiwa, setiap pihak, dan dunia, setiap tindakan manusia pasti menimbang baik buruk peristiwa, keuntungan pihak sini dan sana, serta apakah manfaat bagi dunia.<ref name="Anugrahbayu"></ref> Namun Epictetus mengajak manusia, dalam menimbang baik buruk itu, yang paling penting adalah kebaikan semua pihak, seluas-luasnya bagi kebaikan semesta yang diatur oleh Yang Ilahi yang nampak dalam keteraturan alam.<ref name="Anugrahbayu"></ref>
Terkait hidup manusia yang tak lepas dari relasi terhadap dunia politik negara dan sosialnya, Epictetus -seperti nasihan Musonius-, mendaku hidup yang baik adalah hidup yang dilandasi dengan sikap kekeluargaan (''familiriazation'') atau ketepatan (oikeiosis).<ref name="Rowe et al"> Christoper Rowe, Malcolm Schofield, Simon Harrison, and Melissa Lane., Sejarah Pemikiran Politik Yunani Romawi, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001, Hal. 718-723</ref>
 
 
Terkait hidup manusia yang tak lepas dari relasi terhadap dunia politik negara dan sosialnya, Epictetus -seperti nasihan Musonius-, mendaku hidup yang baik adalah hidup yang dilandasi dengan sikap kekeluargaan (''familiriazation'') atau ketepatan (oikeiosis).<ref name="Rowe et al"> Christoper Rowe, Malcolm Schofield, Simon Harrison, and Melissa Lane., Sejarah Pemikiran Politik Yunani Romawi, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001, Hal. 718-723</ref> Oikeiosis mengandung dua aspek yang saling terkait, personal dan sosial.<ref name="Rowe et al"></ref> Ciri utama dari oikeiosis personal adalah gerakan dari keinginan untuk mendapatkan hal-hal alamiah "yang disukai" seperti kesehatan dan kekayaan, menuju pandangan bahwa hal-hal seperti itu adalah masalah netral (tak mempengaruhi kebahagiaan) jika dibandingkan dengan kebaikan, satu-satunya kebaikan sejati dan satu-satunya hal yang benar-benar menguntungkan diri pribadi.<ref name="Rowe et al"></ref> Ciri utama oikeiosis sosial adalah mengakui karakter asosiatif fundamental dari sifat manusia dan keinginan untuk membantu orang lain sebagaimana menolong diri sendiri.<ref name="Rowe et al"></ref>
 
Dalam aspek personal, intinya adalah bagaimana seseorang menemukan kebenaran sejati, kemudian membawanya dalam proses menuju hidup bijak.<ref name="Rowe et al"></ref> Selanjutnya, dalam aspek sosial, gerakannya adalah dari kedermawanan yang semata-mata berdasarkan ikatan konvensional ([[keluarga]], jabatan) -khususnya cinta dan ke-orangtua-an-, menuju kedermawanan yang juga menyangkut umat manusia, sebagai sesama makhluk [[rasional]].<ref name="Rowe et al"></ref>
 
==Catatan Kaki==