Sunda Kelapa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pai Walisongo (bicara | kontrib)
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 180.251.135.134) dan mengembalikan revisi 7324408 oleh Sagita Melati
Baris 34:
Sekitar tahun [[1859]], Sunda Kalapa sudah tidak seramai masa-masa sebelumnya. Akibat pendangkalan, kapal-kapal tidak lagi dapat bersandar di dekat pelabuhan sehingga barang-barang dari tengah laut harus diangkut dengan perahu-perahu. Kota [[Batavia]] saat itu sebenarnya sedang mengalami percepatan dan sentuhan modern (modernisasi), apalagi sejak dibukanya [[terusan Suez|Terusan]] [[Suez]] pada 1869 yang mempersingkat jarak tempuh berkat kemampuan kapal-kapal uap yang lebih laju meningkatkan arus pelayaran antar samudera. Selain itu [[Batavia]] juga bersaing dengan [[Singapura]] yang dibangun [[Raffles]] sekitar tahun [[1819]].
 
Maka dibangunlah pelabuhan samudera [[Tanjung Priok]], yang jaraknya sekitar 15 km ke timur dari Sunda Kelapa untuk menggantikannya. Hampir bersamaan dengan itu dibangun jalan [[kereta api]] pertama ([[1873]]) antara [[Batavia]] - Buitenzorg ([[Bogor]]). Empat tahun sebelumnya ([[1869]]) muncul trem berkuda yang ditarik empat ekor kuda, yang diberi besi di bagian mulutnya.</ref>
 
Selain itu pada pertengahan abad ke-19 seluruh kawasan sekitar [[Menara Syahbandar]] yang ditinggali para elit [[Belanda]] dan [[Eropa]] menjadi tidak sehat. Dan segera sesudah wilayah sekeliling [[Batavia]] bebas dari ancaman binatang buas dan gerombolan budak pelarian, banyak orang Sunda Kalapa berpindah ke wilayah selatan.