Hidayatullah II dari Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Putera Ramadhan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Putera Ramadhan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26:
'''Sultan Hidayatullah Halil illah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman''', atau lebih dikenal sebagai '''Pangeran Hidayatullah''' atau '''Hidayatullah II''' (lahir di [[Martapura, Banjar|Martapura]],[[1822]] – meninggal di [[Cianjur]], [[Jawa Barat]], [[24 November]] [[1904]] pada umur 82 tahun) adalah salah seorang pemimpin [[Perang Banjar]] dan berkat jasa-jasa kepada bangsa dan negara, pada tahun 1999 pemerintah Republik Indonesia telah menganugerahkan [http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_tandajasa&cat=2&id=8&Itemid=43&limit=1&limitstart=7 Bintang Mahaputera Utama.]
 
== Riwayat ==
Beliau diangkat langsung oleh [[Sultan Adam]] menjadi Sultan Banjar untuk meneruskan pemerintahan [[kesultanan Banjar]] menggantikan sang [[kakek]] (Sultan Adam). Hidayatullah menjadi satu-satunya pemimpin rakyat Banjar antara tahun [[1859]] sampai [[1862]]<ref>http://web.raex.com/~obsidian/seasiaisl.html#Bandjarmasin</ref> pasca Hindia Belanda memakzulkan abang tirinya Tamjidullah II sebagai Sultan Banjar versi Belanda pada [[25 Juni]] [[1859]]. Walaupun menurut [http://kerajaanbanjar.wordpress.com/2008/02/13/surat-wasiat-sultan-adam-untuk-pangeran-hidayatullah/#comment-762 surat wasiat Sultan Adam] ia ditetapkan sebagai Sultan Banjar penggantinya kelak, tetapi masih banyak rintangan yang menghalanginya, oleh Belanda ia hanya mendapat posisi mangkubumi sejak [[9 Oktober]] [[1856]]. Langkahnya sebagai pengganti Sultan Adam menjadi lebih terbuka pada pada [[Februari]] [[1859]], Nyai Ratu Komala Sari (permaisuri almarhum Sultan Adam) beserta puteri-puterinya, telah menyerahkan surat kepada Pangeran Hidayat, bahwa kesultanan Banjar diserahkan kepadanya, sesuai dengan surat wasiat Sultan Adam. Sebelumnya Nyai Ratu Komala Sari sempat mengusulkan satu-satunya puteranya yang masih hidup yaitu Pangeran Prabu Anom sebagai pengganti Sultan Adam. Selanjutnya Pangeran Hidayat mengadakan rapat-rapat untuk menyusun kekuatan dan pada bulan [[September]] [[1859]], Pangeran Hidayatullah II dinobatkan oleh para panglima sebagai Sultan Banjar dan sebagai mangkubumi adalah Pangeran Wira Kasuma, putera Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman dengan Nyai Alimah.