Roosdinal Salim: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fajaryulianto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Fajaryulianto (bicara | kontrib)
Baris 7:
==Keluarga==
 
Roosdinal adalah anak dari Prof. Dr. [[Emil Salim]] dan Roosminnie Rozza dari Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat yang lahir pada 17 Desember 1966. Ayah Roosdinal yakni Emil Salim dikenal sebagai ekonom sekaligus menteri yang banyak memberi kontribusi pada perkembangan ekonomi negeri ini selama beberapa dekade.
 
===Ayah===
[[Emil Salim]], ayah Roosdinal, tercatat sebagai menteri sejak tahun 1971. Emil Salim lahir pada 8 Juni 1930. Ia dikenal sebagai ekonom, pemerhati lingkungan hidup, cendekiawan, pengajar dan politisi. Ia beberapa kali dipercaya menjadi menteri antara lain:
 
# Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara (1971-1973)
Baris 18:
# Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Kabinet Pembangunan IV dan Kabinet Pembangunan V 1983-1993)
 
Pengabdian [[[Emil Salim]]] tak berakhir pada masa tuanya. Sejak April 2007 ia juga masih aktif sebagai Dewan Pertimbangan Presiden. Bahkan pada 25 Januari 2010 ia dilantik kembali untuk periode kedua sekaligus menjadi ketua Dewan Pertimbangan Presiden.
 
[[Emil Salim]] juga menerima beragam penghargaan baik di dalam maupun luar negeri. Dua penghargaan internasional prestisius yang diterima oleh Emil Salim yakni anugerah Blue Planet Prize pada tahun 2006 dari The Asahi Glass Foundation. Ia juga menerima penghargaan The Leader for The Living Planet Award dari WWF.
 
===Kakek===
Baris 26:
Roosdinal tak hanya lahir dari seorang ekonom, darah diplomat juga mengalir dalam tubuh Roosdinal. Kakek Roosdinal adalah seorang tokoh Ranah Minang sekaligus diplomat handal pada masa awal kemerdekaan. Ia adalah [[Agus Salim]], tokoh Sumatera Barat yang sekaligus juga kakek dari Roosdinal Salim.
 
[[Agus Salim]] lahir pada 8 Oktober 1884 di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat. Ayahnya diberi gelar Soetan Mohamad Salim, seorang Jaksa di Pengadilan Tinggi Riau. [[Agus Salim]] adalah lulusan terbaik di sekolah khusus anak-anak Eropa yang dinamakan dengan [[Hoogere Burgerschool]] (HBS) di [[Batavia]].
 
Pada tahun 1906 [[Agus Salim]] berangkat ke Jeddah, Arab Saudi dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib. Syekh Khatib adalah ulama besar asal [[Minangkabau]] yang sempat menjadi Imam di Masjidil Haram.
 
[[Agus Salim]] kemudian melanjutkan kariernya dengan terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di [[Harian Neratja]]. Sebagai seorang jurnalis ia sempat menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta yang kemudian menerbitkan [[Surat Kabar Fadjar Asia]].
Agus Salim dikenal sebagai diplomat ulung di masa awal kemerdekaan. Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Mesir tak lepas dari tangan dingin Agus Salim. Berkat usaha dari Agus Salim yang membuat Mesir mengakui kedaulatan Indonesia tersebut, sejumlah negara Arab berturut-turut mendukung pengakuan Indonesia yakni antara lain: Libanon, Suriah, Irak, Arab Saudi dan Yaman.
 
[[Agus Salim]] dikenal sebagai diplomat ulung di masa awal kemerdekaan. Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Mesir tak lepas dari tangan dingin Agus Salim. Berkat usaha dari Agus Salim yang membuat Mesir mengakui kedaulatan Indonesia tersebut, sejumlah negara Arab berturut-turut mendukung pengakuan Indonesia yakni antara lain: Libanon, Suriah, Irak, Arab Saudi dan Yaman.
Lahir dari darah pengabdi negara membuat Roosdinal terus terpanggil untuk membangun kampung halamannya, Ranah Minang. Roosdinal adalah generasi baru Sumatera Barat pasca seratus tahun kelahiran Agus Salim. Dedikasi ayah dan kakeknya yang begitu besar bagi Sumatera Barat dan Indonesia membuatnya ingin melanjutkan hal tersebut.
 
Lahir dari darah pengabdi negara membuat Roosdinal terus terpanggil untuk membangun kampung halamannya, Ranah Minang. Roosdinal adalah generasi baru Sumatera Barat pasca seratus tahun kelahiran Agus Salim. Dedikasi ayah dan kakeknya yang begitu besar bagi Sumatera Barat dan Indonesia membuatnya ingin melanjutkan hal tersebut.
 
==Pendidikan==