Muhammad al-Idrisi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di tahun +pada tahun)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- asal-usul + asal usul )
Baris 54:
{{quote|"Komandan umat Muslim Ali bin Yusuf bin Tashfin mengirim laksamanya Ahmad bin Umar, yang baik dikenal dengan nama Raqsh al-Auzz untuk menyerang suatu pulau di Atlantik, namun dia wafat sebelum melaksanakannya. [...] Di balik samudera kabut ini, tidak diketahui apa yang ada disana. Tak seorangpun memiliki pengtahuan yang pasti mengenainya karena betapa sulitnya melintasinya. Udaranya berkabut, gelombangnya begitu kuat, dan bahaya yang mengancam sangat besar, makhluk-makhluknya sangat mengerikan, dan sering terjadi badai. Disana terdapat banyak pulau, sebagian di antaranya tidak berpenghuni, sementara lainnya terbenam. Tak seorang navigator pun melewatinya kecuali mengelilingi pantai-pantainya. [...] Dan dari kota Losbon, para petualang berangkat dengan nama yang dikenal sebagai Mugharrarin [yang terbujuk], menembus samudera kabut dan ingin mengetahui apa yang ada disana dan dimana berakhirnya. [...] Setelah berlayar selama dua belas hari lebih mereka merasakan sebuah pulau untuk dihuni, dan mengolah perkebunan. Mereka terus berlayar untuk mengatahui apa yang ada di sana. Namun kemudian ''[[barque]]'' mengepung dan menawan mereka, dan membawa mereka ke pedesaan suram di pantai. Di sana mereka mendarat. Sang navigator melihat orang-orang berkulit merah; tidak banyak rambut di tubuh mereka, rambut di kepala mereka lurus, dan mereka berperawakan tinggi. Wanita-wanita mereka memiliki kecantikan luar biasa."<ref name=Hamidullah>Mohammed Hamidullah (Winter 1968). "Muslim Discovery of America before Columbus", ''Journal of the Muslim Students' Association of the United States and Canada'' '''4''' (2): 7-9 [http://www.muslimheritage.com/topics/default.cfm?ArticleID=646]</ref>}}
 
Terjemahan oleh Dr. Professor [[Muhammad Hamidullah]] masih dipertanyakan karena tertulis, setelah mencapai wilayah "perairah yang lembap dan berbau", ''Mugharrarin'' (juga diterjemahkan "para petualang") kemudian mundur dan pertama mencapai pulau tak berpenghuni dimana mereka menemukan "sejumlah besar domba yang dagingnya pahit dan tidak dapat dimakan" dan kemudian "melanjutkan ke selatan" dan mencapai yang disebutkan tadi dimana mereka dikelilingi para ''barque'' dan dibawa ke "desa yang penghuninya berambut panjang dan kemerahan dan wanitanya memiliki kecantikan yang langka". Di antara penduduk desa, salah satunya berbicara dengan bahasa Arab dan menanyai asal- usul mereka. Kemudian kepala desa memerintahkan untuk membawa mereka ke benua dimana mereka disambut baik oleh bangsa Berber. <ref>Idrisi, Nuzhatul Mushtaq - "La première géographie de l'Occident", comments by Henri Bresc and Annliese Nef, Paris, 1999 </ref>{{Verify source|date=November 2008}}
 
Terpisah dari laporan mengagumkan dan fantastis sejarah ini, intepretasi yang paling mungkin{{Fact|date=April 2009}} adalah bahwa ''Mugharrarin'' mencapai [[Laut Sargasso]], bagian dari samudera itu yang tertutup [[rumput laut]] dan sangat dekat dengan [[Bermuda]] seribu mil jauhnya dari daratan Amerika. Kemudian ketika datang kembali, mereka mungkin telah mendarat di [[Azores]] atau [[Madeira]] atau bahkan di [[Kepulauan Canary]] paling barat, [[Hiero]] (karena domba). Terakhir, cerita dengan pulau berpenghuni mungkin terjadi di [[Tenerife]] atau di [[Gran Canaria]], dimana ''Mugharrarin'' bertemu beberapa orang [[Guanche]]. Hal ini menjelaskan mengapa di antara mereka ada yang dapat berbahasa Arab (beberapa hubungan sporadis telah mencapai kepulauan Canary dan Maroko) dan mengapa mereka dengan segera diasingkan ke Maroko dimana mereka disambut dengan baik oleh orang Berber. Namun, cerita yang diabadikan Idrisi tidak terbantahkan mengenai pengetahuan Samudera Atlantik oleh bangsa Arab dan oleh vasal Andalusia dan Moroko mereka.