Pelacuran menurut agama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Namun demikian ada pula kisah tentang [[Rahab]], seorang pelacur bangsa Yerikho yang menyelamatkan dua orang mata-mata yang dikirim [[Yosua]] untuk mengintai kekuatan Yerikho (Yosua 2:1-14). Dalam kisah ini, Rahab dianggap sebagai pahlawan, dan karena itu ia diselamatkan sementara seluruh kota Yerikho hancur ketika diserang oleh tentara Israel yang dipimpin oleh Yosua. Kitab [[Yosua]] mengisahkan demikian: "Demikianlah Rahab, perempuan sundal itu dan keluarganya serta semua orang yang bersama-sama dengan dia dibiarkan hidup oleh Yosua. Maka diamlah perempuan itu di tengah-tengah orang Israel sampai sekarang, karena ia telah menyembunyikan orang suruhan yang disuruh Yosua mengintai Yerikho." (Yosua 6:25).
 
== Pandangan Perjanjian Baru ==--[[Istimewa:Kontribusi pengguna/114.79.18.69|114.79.18.69]] 25 Desember 2013 16.50 (UTC)
 
Agama Yahudi pada masa [[Perjanjian Baru]], khususnya pada masa [[Yesus]] menganggap negatif praktik pelacuran. Karena itu orang baik-baik biasanya tidak mau bergaul dengan mereka bahkan menjauhkan diri dari orang-orang seperti itu. Namun demikian Yesus digambarkan dekat dengan orang-orang yang disingkirkan oleh masyarakat seperti para pelacur, pemungut cukai, dll. Injil Matius melukiskan demikian: "Kata Yesus kepada mereka: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam [[Kerajaan Allah]]'." (Matius 21:31)