Kerajaan Selaparang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mandalika (bicara | kontrib)
Mandalika (bicara | kontrib)
Baris 20:
Setelah pertempuran sengit tersebut, Kerajaan Selaparang mulai menerapkan kebijaksanaan baru untuk membangun kerajaannya dengan memperkuat sektor agraris. Maka, pusat pemerintahan kerajaan kemudian dipindahkan agak ke pedalaman, di sebuah dataran perbukitan, tepat di desa Selaparang sekarang ini. Dari wilayah kota yang baru ini, panorama [[Selat Alas]] yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar belakang daratan Pulau [[Sumbawa]] dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan pandangan. Dengan demikian, semua gerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat diketahui. Wilayah ibukota Kerajaan Selaparang inipun memiliki daerah bagian belakang berupa bukit-bukit persawahan yang dibangun dan ditata rapi, bertingkat-tingkat hingga ke hutan [[Lemor]] yang memiliki sumber mata air yang melimpah.<ref>{{id}} ''Ibid''...</ref>
 
Berbagai sumber menyebutkan, bahwa setelah dipindahkan, Kerajaan Selaparang mengalami kemajuan pesat. Sebuah sumber mengungkapkan, Kerajaan Selaparang dapat mengembangkan kekuasaannya hingga ke [[Sumbawa]] Barat. Disebutkan pula bahwa seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan gelar Dewa Meraja di [[Sumbawa]] Barat karena saat itu (1630 [[Masehi]]) daerah ini juga masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang. Kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November 1648 [[Masehi]], putera mahkota Selaparang bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban Aji Komala, dilantik di [[Sumbawa]] menjadi [[Sulthan]] Selaparang yang memerintah seluruh wilayah [[Pulau Lombok]] dan [[Sumbawa]].<ref>{{id}} Fathurrahman Zakaria. ''Mozaik Budaya Orang Mataram''. Yayasan Sumurmas al-Hamidy. Mataram. 1998. hlm. 46. Lihat pula, http://en.rodovid.org/wk/Person:306608</ref>
 
=== Keruntuhan Selaparang ===