Badak jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
merapikan, replaced: disana → di sana, didalam → di dalam using AWB
Kandar (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26:
''Rhinoceros sondaicus sondaicus''
}}
'''Badak jawa''', lebih tepatnya '''badak Sunda''', atau '''Badakbadak bercula-satu kecil''' (''Rhinoceros sondaicus'') adalah anggota famili [[Rhinocerotidae]] dan satu dari lima [[badak]] yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan [[badak india]] dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan [[badak hitam]]. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
 
Badak ini pernah menjadi salah satu badak di [[Asia]] yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di [[Pulau Jawa]] saja, tapi di seluruh [[Nusantara]], sepanjang [[Asia Tenggara]] dan di [[India]] serta [[Tiongkok]]. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah [[mamalia]] terlangka di bumi.<ref name=Dinerstein/> Populasi 40-50 badak hidup di [[Taman Nasional Ujung Kulon]] di pulau [[Jawa]], [[Indonesia]]. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di [[Taman Nasional Cat Tien]], [[Vietnam]] dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun [[2007]]. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional [[Tiongkok]], dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di [[pasar gelap]].<ref name=Dinerstein/> Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti [[perang Vietnam]] di [[Asia Tenggara]] juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.<ref name=Santiapillai>{{Cite journal | author = Santiapillai, C. | year = 1992 | title = Javan rhinoceros in Vietnam | journal = Pachyderm | volume = 15 | pages = 25–27}}</ref> Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. [[WWF]] Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana alam seperti [[tsunami]], letusan gunung berapi [[Krakatau]] dan [[gempa bumi]], populasi badak jawa akan langsung punah.<ref name="habitat"/> Selain itu, karena invasi langkap ([[arenga]]) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.<ref name="habitat"/> Kawasan yang diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah [[Taman Nasional Halimun]] di [[Gunung Salak]], [[Jawa Barat]] yang pernah menjadi habitat badak Jawa.<ref name="habitat"/>