Suwarsih Djojopuspito: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 14:
Setelah lulus tahun 1932 pindah ke [[Purwakarta]] kesempatan pertama menjadi guru di sana, kemudian tahun 1933 menikah dengan [[Sugondo Djojopuspito]] di Cibadak dan pindah ke [[Bandung]] menjadi guru di Perguruan Tamansiswa Bandung di mana Kepala Sekolah adalah suaminya, padahal memiliki ijazah sebagai guru sekolah Belanda yang seharusnya mengajar di sekolah Belanda namun lebih memilih perguruan pribumi dan aktif dalam ''Perkoempoelan Perempoean Soenda'' sebagai anggota. Kakaknya, yang bernama Suwarni, menikah dengan Mr. [[A.K.Pringgodigdo]].
 
TahunPada 1934,tahun suaminya1933 ([[Sugondo Djojopuspito]]) kena larangan mengajar (Onderwijs Verbod) olehketika Pemerintah Hindia Belanda ketika di bawah pimpinanPemerintahan Gubernur General Mr. [[Bonifacius Cornelis de Jonge]], bersamaan dengan ditangkapnyamaka para aktivis politik (tahunmulai 1933ditangkap. Ir. [[Soekarno]] dibuangditangkap dan diasingkan ke [[Flores]] kemudian dipindahkan ke [[Bengkulu]],. Kemudian pada tahun 1934 [[gilirannya Mohammad Hatta]] dan [[Sutan Syahrir]] dibuangditangkap dan diasingkan ke [[Boven Digoel]], kemudian dipindahkan ke [[Banda Neira]]). Namun kemudian tahun 1935 Onderwijs Verbod dicabut oleh Pemerintah Hindia Belanda.
 
TahunSelanjutnya 1935tahun 1934 itu juga, pindahgiliran kesuaminya Bogor(Sugondo Djojopuspito) juga ditangkap, setelahnamun Onderwijstidak Verbodterbukti bahwa ia anggauta partai, sehingga ia hanya mendapat (larangan mengajar (Onderwijs Verbod) darioleh suaminyaPemerintah Hindia Belanda. Setelah larangan mengajar dicabut tahun 1935, ia dan suaminya pindah ke Bogor dan mendirikan sekolahSekolah ''Loka Siswa'', namun tak adasepi murid, sehingga ditutup. Kemudian Pada tahun 1936 pindah ke Semarang mencari pekerjaan ikut suami yang diterima bekerja sebagai guru Tamansiswa Semarang, dan Suwarsihkembali bekerjapindah dike sekolah Drs. Sigit. KemudianBandung tahun 1938 pindah ke Bandung dan mengajar di Pergoeroean Soenda.
 
Ketika keadaan Eropa genting, menjelang Perang Dunia II, maka pada tahun 1940 Soewarsih pindah ke Batavia mengisi lowongan guru yang ditinggal pergi orang Balanda. Ia menjadi guru di GOSVO (Gouvernement Opleiding School voor Vak Onderwijzeressen Paser Baroe Batavia - Sekolah Guru Kepandaian Putri Negeri Pasar Baru Batavia - sekarang SMKN 27 Pasar Baru). Seperti diketahui pada waktu itu hanya ada 2 SGKP, yang lain adalah OSVO Soerabaia. Ia juga dipercaya oleh kenalannya yang pulang ke Eropa untuk menjaga rumah di daerah elite Menteng (Tjioedjoengweg, sekarang Jl. Teluk Betung belakang HI).