Politeknik Perkeretaapian Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 24:
Dan pada tanggal '''1 November 1998''' diadakan pertemuan di '''Balai Besar PT KAI Bandung''', yang dihadiri oleh '''Penggagas''' (Ir. Sunaryo dan Ir. Soedjono), para sesepuh kereta api di Bandung antara lain seperti '''Bp Ir. Effendi Saleh''', '''Bp Prof. Ir. Partosiswoyo''', '''Bp. Ir. Imam Subarkah''', '''Bp Imam Rustandi, SH''', '''Direksi PT KAI lengkap''', '''Dirut PT INKA Madiun''', '''Ketua Majelis Luhur Tamansiswa Madiun''' (Bp Sukirno). Kemudian suatu '''tim kecil pensiunan Dephub''' (pimpinan Soemardiono, SH) pergi ke Madiun untuk menjajagi persiapan berdirinya sekolah tersebut, dan mendapat sebuah gedung di Jl. Sutomo No. 97 Madiun.
 
Pada tahun 1998 terjadi inflasi besar, sehingga gagasan Sekolah Kereta Api ditunda. Pada tahun 2006, ada gagasan kalau sekolah ini bisa berdiri, maka akan diberi nama '''Sekolah Kereta Api Ir. Effendi Saleh''', untuk penghormatan kepada beliau sebagai putera Indonesia yang pernah duduk sejajar dengan pegawai kereta api orang Belanda di Kantor Pusat Kereta Api SS Pemerintah Hindia Belanda (Staat SpoorwegSpoor-en-tremwegen Hoofd Kantoor) Bandung tahun 1940 dan yang pernah menjabat Dirjen Kereta Api pertama tahun 1950. Namun gagasan mendirikan sekolah kereta api tersebut tidak berkembang, dan pada bulan Agustus 2008 diputuskan untuk membuat '''PRA PROPOSAL Sekolah Tinggi Teknologi Kereta Api Madiun''', dalam dua bahasa Indonesia – Inggris, dan dicetak sebanyak 10 buku, di mana 7 buku sempat diedarkan untuk mendapat perhatian dan tanggapan dari berbagai pihak.
 
=== Realisasi Pembangunan dan Berdirinya Sekolah Tinggi Kereta Api Madiun ===