Kami, Perempoean: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Farras (bicara | kontrib)
+
Farras (bicara | kontrib)
done
Baris 1:
{{underconstruction}}
{{Infobox play
| name = Kami, Perempoean
Baris 35 ⟶ 34:
 
==Alur==
Mahmud sedang duduk melamun di ruang tamu sambil memegang koran terbalik. Istrinya, Aminah, datang dan bertanya apa yang sedang dilakukannya. Setelah Mahmud menjawab ia sedang membaca koran, Aminah membalikkan posisinya dan mengejeknya. Karena Aminah mengganggunya lagi, Mahmud meninggalkan rumah.
 
Orang tua Aminah datang dan menanyakan keberadaan Mahmud, lalu dijawab Aminah "keluar". Percakapan mereka berhenti ketika adik Aminah, Sri, datang dan memberitahu mereka bahwa ia baru saja putus hubungan dengan tunangannya, Supono. Setelah ditanyai lebih lanjut, keluarganya mengetahui bahwa Pono juga dipaksa bergabung dengan [[Pembela Tanah Air]] (PETA) namun ditolaknya. Sri memutuskan pertunangan mereka karena tidak mau menikahi seorang pecundang. Ia berkata bahwa seandainya ia laki-laki, ia pasti langsung bergabung. Aminah mengira Mahmud juga menolak bergabung.
 
Aminah dan ibunya pergi melihat anak Aminah, sementara Sri ditinggalkan di ruang tamu dan ayahnya terus membaca koran. Mahmud datang dan diam-diam meminta Sri membantunya. Mahmud mengungkapkan bahwa ia telah mendaftar di PETA beberapa minggu sebelumnya dan akan ikut latihan malam itu juga, tetapi tidak yakin dengan sikap Aminah. Sri mengatakan akan memberitahu kakaknya dan menyembunyikan Mahmud di lemari. Setelah Sri meninggalkan ruangan, Supono dan Aminah masuk dari pintu yang lain. Supono tidak menyadari bahwa ia punya masalah yang sama dengan Mahmud dan Aminah meyakinkannya untuk bersembunyi di bawah meja. Aminah pun hendak menanyai Sri.
 
Aminah dan Sri bertemu di ruang tamu dan membicarakan bagaimana perasaan mereka seandainya kekasihnya ikut latihan PETA. Sri mencemooh keberanian Supono dan mengatakan ia takkan mau melakukannya. Aminah merasakan hal yang sama pada Mahmud. Pada akhirnya mereka memutuskan setuju. Mendengar hal itu, Mahmud dan Supono keluar dari persembunyian dan berteriak, "Hiduplah, Srikandi Indonesia!". Mereka semua terkejut senang. Sri dan Supono pun menyiapkan pernikahan dalam waktu singkat. Namun orang tua Aminah dan Sri khawatir setelah mendengar kedua pria ini akan bergabung dengan PETA.{{efn|Ringkasan alur ini berasal dari lakon yang telah diterbitkan.}}
 
==Tokoh==
Baris 49 ⟶ 55:
Pada tahun 1942, Pane, El Hakim (pseud. Aboe Hanifah), dan [[Usmar Ismail]] adalah para penulis lakon paling berpengaruh di Jawa. Karya-karya mereka bercerita tentang politik, rasa nasionalisme, dan pengaruh lingkungan, terutama tradisi, etika, dan agama.{{sfn|Oemarjati|1971|pp=110–11}} Seperti halnya ''Kami, Perempuan'', karya-karya ini didasarkan pada peristiwa sehari-hari dan menampilkan rakyat jelata, berbeda dengan cerita-cerita sebelumnya yang didasarkan pada mitologi dan kisah dewa-dewi.{{sfn|Soemanto|1999|p=40}}
 
Setelah dibuka tanggal 1 April 1943, Pane menjabat sebagai kepala departemen sastra di Poesat Keboedajaan ([[bahasa Jepang]]: {{nihongo|''Keimin Bunka Shidōsho''|啓民文化指導所}}) yang terletak di [[Jakarta]]. Lembaga ini bertugas menyebarkan paham pro-Jepang dan pro-[[Lingkup Kemakmuran Bersama Asia Raya|Asia Raya]]. Sejumlah lakon panggung ditulis untuk mempromosikan ide-ide [[Kekaisaran Jepang]], termasktermasuk ''Ratoe Asia'' karangan [[Rd. Ariffien]] dan beberapa karya Hinatsu Eitaro dan D. Suradji.{{sfn|Sumardjo|1992|pp=135–136}}
 
''Kami, Perempuan'' dipentaskan perdana tahun 1943 di Jakarta. Lakon ini juga dipentaskan berkali-kali pada tahun yang sama di Jakarta dan daerah lain di Jawa.{{sfn|Pane|1950b|p=119}} Pada tahun 1950, Pane memasukkan ''Kami, Perempuan'' ke buku ''Djinak-Djinak Merpati dengan Tjerita<sup>2</sup> Sandiwara Lain'', koleksi lakon panggung karyanya.{{sfn|Pane|1950b|p=119}} Di buku ini, Pane menghapus adegan dua tetangga mengunjungi keluarga beserta seluruh percakapannya. Pane menganggap adegan ini anti-klimaks dan judul lakon ini lebih layak digunakan tanpa adegan tersebut.{{sfn|Pane|1950b|p=3}} Perubahan kecil lainnya adalah penghilangan nama-nama musuh Jepang saat Perang Dunia II.{{sfn|Pane|1950a|p=4}}
Baris 68 ⟶ 74:
*{{Cite web
|title=Armijn Pane
|language=IndonesianIndonesia
|work=Encyclopedia of Jakarta
|publisher=JakartaPemerintah CityKota GovernmentJakarta
|url=http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/780/Armijn-Pane
|archivedate=11 November 2013