Kami, Perempoean: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
buat halaman baru
 
Farras (bicara | kontrib)
+
Baris 1:
{{underconstruction}}
{{Infobox play
| name = Kami, Perempoean
Baris 33 ⟶ 34:
Sandiwara ini ditulis pada [[Masa Pendudukan Jepang]] di [[Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]), saat Pane adalah seorang karyawan dari Pusat Kebudayaan di [[Jakarta]], ''Kami, Perempuan'' mirip dengan sandiwara kontemporer karena pesan terbukanya yang pro-Jepang dan penekanan terhadap masalah sehari-hari yang dialami oleh orang awam kala itu. Diskusi tentang sandiwara ini telah menyimpulkannya sebagai [[propaganda]] pro-Jepang, berpesan bahwa para pria harus bergabung dengan militer untuk menyenangkan wanita mereka. Namun juga ada pendapat bahwa sandiwara ini sebenarnya merupakan peringatan tentang menerima Pembela Tanah Air dan untuk Indonesia . ''Kami, Perempuan'' ditampilkan beberapa kali pada tahun 1943, dan naskahnya telah disusun dalam sebuah buku.
 
==Alur==
 
==Tokoh==
[[Kategori:Sandiwara Indonesia]]
*Mahmud, suami Aminah
[[Kategori:Sandiwara 1943]]
*Aminah, istri Mahmud dan kakak Sri
*Sri, adik Aminah dan tunangan Supono
*Supono, tunangan Sri
*Orang tua Aminah dan Sri
 
==Penulisan dan penerbitan==
[[File:Armijn Pane, around 1953.jpg|thumb|250px|[[Armijn Pane]], penulis ''Kami, Perempuan'']]
''Kami, Perempuan'' ditulis oleh [[Armijn Pane]], jurnalis dan penulis kelahiran [[Sumatera]]. Sebelum [[pendudukan Jepang di Hindia Belanda|pendudukan Jepang]] di [[Hindia Belanda]] dimulai tahun 194, Pane sudah duluan tenar melalui pendirian majalah ''[[Poedjangga Baroe]]'' tahun 1933 dan penerbitan novel ''[[Belenggu]]'' tahun 1940.{{sfn|JCG, Armijn Pane}} [[Lakon panggung]] pertamanya, ''Lukisan Masa'', dipentaskan dan diterbitkan bulan Mei 1937.{{sfn|Oemarjati|1971|pp=110–11}}
 
Pada tahun 1942, Pane, El Hakim (pseud. Aboe Hanifah), dan [[Usmar Ismail]] adalah para penulis lakon paling berpengaruh di Jawa. Karya-karya mereka bercerita tentang politik, rasa nasionalisme, dan pengaruh lingkungan, terutama tradisi, etika, dan agama.{{sfn|Oemarjati|1971|pp=110–11}} Seperti halnya ''Kami, Perempuan'', karya-karya ini didasarkan pada peristiwa sehari-hari dan menampilkan rakyat jelata, berbeda dengan cerita-cerita sebelumnya yang didasarkan pada mitologi dan kisah dewa-dewi.{{sfn|Soemanto|1999|p=40}}
 
Setelah dibuka tanggal 1 April 1943, Pane menjabat sebagai kepala departemen sastra di Poesat Keboedajaan ([[bahasa Jepang]]: {{nihongo|''Keimin Bunka Shidōsho''|啓民文化指導所}}) yang terletak di [[Jakarta]]. Lembaga ini bertugas menyebarkan paham pro-Jepang dan pro-[[Lingkup Kemakmuran Bersama Asia Raya|Asia Raya]]. Sejumlah lakon panggung ditulis untuk mempromosikan ide-ide [[Kekaisaran Jepang]], termask ''Ratoe Asia'' karangan [[Rd. Ariffien]] dan beberapa karya Hinatsu Eitaro dan D. Suradji.{{sfn|Sumardjo|1992|pp=135–136}}
 
''Kami, Perempuan'' dipentaskan perdana tahun 1943 di Jakarta. Lakon ini juga dipentaskan berkali-kali pada tahun yang sama di Jakarta dan daerah lain di Jawa.{{sfn|Pane|1950b|p=119}} Pada tahun 1950, Pane memasukkan ''Kami, Perempuan'' ke buku ''Djinak-Djinak Merpati dengan Tjerita<sup>2</sup> Sandiwara Lain'', koleksi lakon panggung karyanya.{{sfn|Pane|1950b|p=119}} Di buku ini, Pane menghapus adegan dua tetangga mengunjungi keluarga beserta seluruh percakapannya. Pane menganggap adegan ini anti-klimaks dan judul lakon ini lebih layak digunakan tanpa adegan tersebut.{{sfn|Pane|1950b|p=3}} Perubahan kecil lainnya adalah penghilangan nama-nama musuh Jepang saat Perang Dunia II.{{sfn|Pane|1950a|p=4}}
 
==Tema==
Kritikus sastra Indonesia Boen Sri Oemarjati menyebut ''Kami, Perempuan'' sebagai kisah romansa yang menunjukkan keteguhan dan kejantanan bangsa Indonesia. Meski begitu, ia menyimpulkan bahwa karya ini adalah propaganda dan meringkas pesannya menjadi, "wanita-wanita yang bersemangat [[Srikandi]], dengan sendirinya menginginkan suaminya pun sejantan hati mereka",{{efn|Teks asli: "''Wanita-wanita jang bersemangat Srikandi, dengan sendirinja menginginkan suaminjapun sedjantan hati mereka.''"}} sehingga mereka harus bergabung dengan PETA.{{sfn|Oemarjati|1971|pp=131–32}} M. Yoesoef dari [[Universitas Indonesia]] mengelompokkkan lakon ini sebagai kendaraan propaganda yang menekankan tema wanita yang merelakan orang-orang yang dicintainya bergabung dengan PETA demi kepentingan bangsa.{{sfn|Yoesoef|2010|p=14}}
 
Chris Woodrich dari [[Universitas Gadjah Mada]] berpendapat bahwa lakon ini adalah peringatan terselubung yang menolak klaim PETA sebagai organisasi nasionalis. Melihat posisi Pane di Poesat Keboedajaan, Woodrich berpendapat Pane sudah menyadari tujuan utama pemerintah pendudukan Jepang untuk PETA, yaitu membantu melindungi kepulauan Indonesia dari [[Sekutu pada Perang Dunia II|Sekutu]] jika diperlukan, pesan yang harus disampaikan secara diam-diam dikarenakan posisi Pane dan penyensoran ketat oleh pemerintah pendudukan Jepang.{{sfn|Woodrich|2013|p=15}} Woodrich merujuk pada ayah Aminah, mantan karyawan pemerintah kolonial Belanda, dan menganggap penolakan tokoh tersebut untuk bergabung dengan PETA agar bisa hidup aman dan nyaman di rumah sebenarnya didasarkan pada pemahaman pola pikir kolonial dan disampaikan dengan cara lain melihat ketakutan sang ayah terhadap pemerintah Jepang.{{sfn|Woodrich|2013|p=19}}
 
==Catatan penjelas==
{{notelist}}
 
==Referensi==
{{refs|30em}}
 
==Sumber==
{{refbegin|40em}}
*{{Cite web
|title=Armijn Pane
|language=Indonesian
|work=Encyclopedia of Jakarta
|publisher=Jakarta City Government
|url=http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/780/Armijn-Pane
|archivedate=11 November 2013
|archiveurl=
|accessdate=11 November 2013
|ref={{sfnRef|JCG, Armijn Pane}}
}}
*{{Cite book
|last=Oemarjati
|first=Boen Sri
|title=Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia
|language=Indonesia
|year=1971
|ref=harv
|oclc=2521044
|publisher=Gunung Agung
|location=Jakarta
}}
*{{Cite book
|chapter=Kata Pendahuluan
|language=Indonesia
|last=Pane
|first=Armijn
|title=Djinak-Djinak Merpati dengan Tjerita<sup>2</sup> Sandiwara Lain
|publisher=Balai Pustaka
|location=Jakarta
|year=1950a
|oclc=30063049
|ref=harv
|pages=3–5
}}
*{{Cite book
|chapter=Kami, Perempuan
|last=Pane
|language=Indonesia
|first=Armijn
|title=Djinak-Djinak Merpati dengan Tjerita<sup>2</sup> Sandiwara Lain
|publisher=Balai Pustaka
|location=Jakarta
|year=1950b
|oclc=30063049
|ref=harv
|pages=119–32
}}
*{{Cite journal
|title=Realisme dalam Jagat Teater
|language=Indonesia
|journal=Humaniora
|issue=11
|month=Mei–Agustus
|year=1999
|last=Soemanto
|first=Bakdi
|pages=34–51
|ref=harv
}}
*{{cite book
|title=Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia
|language=Indonesia
|last=Sumardjo
|first=Jakob
|year=1992
|location=Bandung
|publisher=Citra Aditya Bakti
|ref=harv
|isbn=978-979-414-615-6
}}
*{{cite journal
|title=Nilai Nasionalisme yang Terkandung dalam ''Kami, Perempuan'' Karya Armijn Pane: Kajian Poskolonial
|language=Indonesia
|work=Sintesis
|volume=7
|issue=1
|year=2013
|month=Maret
|pages=14–21
|last=Woodrich
|first=Chris
|ref=harv
}}
*{{Cite journal
|title=Drama di Masa Pendudukan Jepang (1942–1945): Sebuah Catatan tentang Manusia Indonesia di Zaman Perang
|language=Indonesia
|journal=Makara
|issue=1
|volume=14
|month=Juli
|year=2010
|last=Yoesoef
|first=M.
|pages=11–16
|ref=harv
|url=http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/566/562
}}
{{refend}}
 
[[Kategori:Lakon Indonesia]]
[[Kategori:Lakon tahun 1943]]