Orang Kurdi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{rapikan}}
'''Orang Kurdi atau Suku Kurdi''' adalah [[kelompok suku]] yang bermukim dan hidup di [[Kurdistan]], yaitu wilayah pegunungan di Asia Barat yang termasuk bagian dari [[Turki]], [[Iran]], [[Irak]], [[Suriah]], dan [[Armenia]]. Hal ini dihuni oleh sekitar 8 juta orang Kurdi, sebelumnya mereka adalah penggembala nomaden tapi sekarang sebagian besar mereka menetap sebagai petani. Mayoritas adalah [[Muslim]] [[Sunni]]. Untuk generasi Kurdi telah berusaha [[otonomi]] dari negara-negara di mana mereka tinggal. Pemberontakan dari Turki Kurdi setelah [[Perang Dunia I]] yang sangat ditindas. Turki saat ini menekan setiap [[manifestasi]] nasionalisme Kurdi. [[Irak]] telah lama menolak tuntutan Kurdi untuk mendirikan pemerintahan sendiri. Tahun [[1960]]-an dan [[1970]]-an terjadi pertempuran sengit antara pasukan Irak dan Kurdi. Selama [[perang IRANIran-IRAKIrak]], Kurdi Irak malah memihak kepada [[Iran]]. Ketika perang berakhir, Irak melepaskan serangan dengan menghancurkan wilayah Kurdi, menggunakan [[gas]] beracun. Ribuan orang Kurdi terbunuh, banyak orang yang selamat mengungsi di [[Turki]].
Di Irak tahun [[[1980]]-an dan [[1990]]-an melihat banyak perang antara Kurdi dan Irak atas isu Kurdi yang ingin mendirikan pemerintahan sendiri.
 
Bangsa Kurdi telah hidup di [[pegunungan]], kira-kira dalam regional seluas 74.000 mil persegi, yang dikenal sebagai kawasan [[Kurdistan]] selama lebih dari dua abad. Sepanjang sejarah, mereka selalu hidup di bawah kuasa berbagai penakluk ataupun bangsa lain. Semenjak awal abad 20, regional tersebut terbagi ke dalam empat negara: Turki, Suriah, Iran dan Irak, di mana seluruh negara tersebut memperlakukan bangsa Kurdi sebagai warga kelas bawah atau bahkan sering juga bukan sebagai warga negara mereka sendiri. Dengan demikian, bangsa Kurdi, yang berjumlah sekitar 20–25 jiwa, adalah kelompok etnis terbesar di atas muka bumi yang tak memiliki tempatnya sendiri.
 
Berangkat dari hal tersebut makalah ini berusaha untuk memaparkan beberapa hal pokok yaitu: siapakah bangsa kurdiKurdi, dimanakah keberadaannya, keistimewaan dan kelebihan dari bangsa kurdi tersebut. Dalam proses sejarah, Bangsa Kurdi selalu mengalami berbagai macam penindasan yang menyebabkan label sebagai bangsa besar yang tersingkirkan melekat erat di dalam dirinya.
 
Sistematika pembahasan dalam makalah ini adalah:
Sistematika pembahasan dalam makalah ini adalah: (1) Pendahuluan berupa pengantar dan sistematika makalah. (2) Mengenal Bangsa Kurdi, dalam bab ini dipaparkan mengenai: sebutan Kurdi, struktur geografis Bangsa Kurdi, dan ciri-ciri suku Kurdi yang dapat diteliti dari agama, bahasa, dan mata pencaharian mereka. (3) Keistimewaan Bangsa Kurdi yang dapat diteliti dari tradisi keilmuan dan kebudayaan Kurdi. (4) Kelemahan Bangsa Kurdi, dalam hal ini akan dibahas secara ringkas mengenai beberapa sub bab sebagai identifikasi kelemahan bangsa Kurdi, yaitu: bangsa tanpa negara, frustasi memperjuangkan kemerdekaan, friksi dan penindasan, dan satu bab khusus mengenai penindasan bangsa Kurdi.
# Pendahuluan berupa pengantar dan sistematika makalah.
Sistematika pembahasan dalam makalah ini adalah: (1) Pendahuluan berupa pengantar dan sistematika makalah. (2)# Mengenal Bangsa Kurdi, dalam bab ini dipaparkan mengenai: sebutan Kurdi, struktur geografis Bangsa Kurdi, dan ciri-ciri suku Kurdi yang dapat diteliti dari agama, bahasa, dan mata pencaharian mereka. (3) Keistimewaan Bangsa Kurdi yang dapat diteliti dari tradisi keilmuan dan kebudayaan Kurdi. (4) Kelemahan Bangsa Kurdi, dalam hal ini akan dibahas secara ringkas mengenai beberapa sub bab sebagai identifikasi kelemahan bangsa Kurdi, yaitu: bangsa tanpa negara, frustasi memperjuangkan kemerdekaan, friksi dan penindasan, dan satu bab khusus mengenai penindasan bangsa Kurdi.
# Kelemahan Bangsa Kurdi, dalam hal ini akan dibahas secara ringkas mengenai beberapa sub bab sebagai identifikasi kelemahan bangsa Kurdi, yaitu: bangsa tanpa negara, frustasi memperjuangkan kemerdekaan, friksi dan penindasan, dan satu bab khusus mengenai penindasan bangsa Kurdi.
 
2. ==Mengenal Bangsa Kurdi==
 
a. ===Sebutan Kurdi===
 
Catatan paling awal mengenai istilah Kurdi ditemukan dalam dokumen Raja [[Tiglath-Pileser I]] yang memerintah [[Assyria]] dari 1114 hingga 1076 SM. Disebutkan bahwa daerah “Qurti” di [[gunung Azu]] termasuk salah satu wilayah yang berhasil ditaklukkan oleh sang raja. Bagi orang Akkadian, sebutan “Kurti” digunakan untuk menunjuk mereka yang tinggal di kawasan [[pegunungan Zagros]] dan [[Taurus Timur]], sedangkan orang [[Babylonia]] menyebut mereka “Guti” dan “Kardu”. Sumber [[Yahudi]], Talmud, beberapa kali menyebut tentang bangsa “Qarduim”.
 
Sementara itu, dalam catatan ekspedisinya pada tahun 401 SM, Xenophon[[Xenopho]]n menceritakan pertemuannya dengan orang-orang “Kardykhoi”. Ini diikuti oleh [[Polybius]] (130 SM) yang menyebut mereka “Kyrtioi”, dan [[Strabo]] (40 M) yang me-latin-kannya menjadi “Cyrtii”.
 
Menurut Profesor Izady, setidaknya sejak kurun pertama Masehi, istilah “Kurd” mulai umum dipakai untuk menyebut siapa saja yang mendiami wilayah pegunungan dari [[Hormuz]] hingga ke [[Anatolia]]. Adapun sejarawan Islam seperti ath-Thabari, al-Ya‘qubi, al-Mas‘udi dan Yaqut, mengakui keberadaan etnis Kurdi sama seperti etnis lainnya ([[Arab]], Parsi[[Persia]], Turki, dan sebagainya).
 
b. ===Struktur Geografis Bangsa Kurdi===
 
Karakter geografis Kurdistan yang terdiri dari gugusan perbukitan, struktur sosial yang sangat sarat sentimen tribalisme, serta sistem mata pencarian yang mengandalkan pertanian dan menggembala memang membuat bangsa dan wilayah Kurdistan menjadi semieksklusif sepanjang sejarahnya selama sekitar 3.000 tahun.
 
Sepanjang sejarahnya, tidak ada satu bangsa atau kekuatan pun yang mampu menguasai secara penuh bangsa dan wilayah Kurdi, juga sering disebut sebagai Kurdistan. [[Yunani]], [[Romawi]], Persia, dan bahkan [[dinasti]] berbasis Islam selalu gagal menundukkan secara penuh bangsa Kurdi. Pada era modern pun, sistem yang melahirkan negara seperti Turki, Iran, Irak, dan Suriah gagal pula menguasai secara penuh wilayah Kurdi.
 
Namun, secara geopolitik, karakter geografis Kurdi justru membawa petaka karena harus menerima wilayah itu terbagi di antara lima negara pasca-[[Perang Dunia I]].
 
Terpecahnya geografis, sejarah, dan politik bangsa Kurdistan terjadi pertama kali pada tahun 1514 menyusul pertempuran Chaldiran antara [[Dinasti SafavidSafawiyah]] dan [[Ottoman]] yang membawa mereka menandatangani sebuah perjanjian pembagian pengaruh di wilayah Kurdi.
 
Pemecahan wilayah Kurdi tahap kedua dilakukan dalam [[perjanjian Sykes Picot]] antara [[Inggris]] dan [[Perancis]] dengan dihadiri wakil dari [[Kaisar Rusia]] pada tahun 1916. Kemudian, proses pemecahan Kurdi berlanjut berdasarkan [[perjanjian Sevres]] tahun 1919 dan [[perjanjian Lausanne[[ tahun 1923.
 
Dalam berbagai perjanjian tersebut dicapai pembagian final wilayah dan bangsa Kurdi, yaitu Kurdi Utara (Turki) yang memiliki wilayah terluas, yakni 194.000 kilometer persegi dengan penduduk sekitar 13 juta jiwa; Kurdi Timur (Iran) yang memiliki wilayah terluas kedua, yakni 125.000 kilometer persegi dengan penduduk sekitar 8 juta jiwa; Kurdi Selatan (Irak) yang memiliki wilayah terluas ketiga, yakni 72.000 kilometer persegi dengan penduduk 6 juta jiwa; Kurdi Barat (Suriah) yang memiliki wilayah terluas keempat, yakni 18.000 kilometer persegi dengan penduduk 1 juta jiwa; dan Kurdi [[Armenia]] (bekas [[Uni Soviet]]) yang memiliki luas 18.000 kilometer persegi dengan penduduk 1 juta jiwa.
 
Tercabik-cabiknya wilayah Kurdi itu membuat pupusnya impian bangsa Kurdi memiliki negara sendiri. Pemimpin Kurdi, Mustafa Barzani (1900-1979), sepanjang hidupnya dikenal berjuang bagi berdirinya negara Kurdi.
 
Memang di bawah pimpinan Mustafa Barzani sempat berdiri negara Kurdi, dengan nama negara[[Republik Mahabad]] (tahun 1946) di wilayah Kurdistan Iran. Namun, eksistensi negara ini buyar. Pembagian wilayah menjadi faktor penyebab terjadinya keretakan dalam struktur budaya dan politik bangsa Kurdi. Mereka berada di bawah sistem politik pemerintahan pusat yang memang beragama di negara-negara yang menjadi tempat keberadaan bangsa Kurdi itu.
 
c. ===Ciri-Ciri Suku Kurdi===
 
1) ====Agama====
 
Jauh sebelum masuknya Islam, suku Kurdi menganut agama-agama Parsi Presia kuno seperti [[Zoroaster]], [[Mithraisme]], [[Manichaeisme]] dan Mazdak. Beberapa kuil penyembahan api peninggalan zaman itu masih terdapat sampai sekarang, antara lain di Ganzak (Takab), Bijar. Mereka juga sempat dipengaruhi oleh ajaran [[Yahudi]] dan [[Nasrani]]. Namun demikian, pengaruh agama-agama tersebut hampir semuanya terkikis habis dengan datangnya Islam di abad ke-7 Masehi. Patut dicatat, Kurdistan terletak tidak jauh (hanya 50 mil) dari [[Baghdad]] dan 200 mil saja dari [[Damaskus]]; keduanya merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, dan keilmuan di kurun-kurun pertama Hijriah.
 
Karena itu tidak mengherankan jika saat ini mayoritas orang Kurdi (60 %), terutama yang berbahasaber[[bahasa Kurmanji]], adalah pemeluk [[Islam Sunni]] yang bermazhabber[[mazhab Syafi‘i]]. Sebagian kecil (sekitar 1 juta orang) menganut [[Islam Shi‘ah]], khususnya yang tinggal di Kirmanshah, Kangawar, Hamadan, Qurva dan Bijar di selatan dan timur Kurdistan (bagian Iran), serta mereka yang tinggal di Malatya, Adiyaman dan Maras di barat [[Kurdistan]] (bagian Turkey).
 
Sebagaimana minoritas Arab Suriah, golongan Syi‘ah Kurdi umumnya adalah pengikut aliran Alevi (atau ‘Alawi). Istilah “Alevi” bagi mereka punya konotasi ganda: pertama, sebagai pengikut Sayyidina ‘Ali ra dan, kedua, sebagai penyembah api atau penganut Zoroaster (dari kata alev yang berarti api). Kaum Alevi percaya bahwa Ali adalah manifestasi atau perwujudan (avatar) Roh Jagad Raya pada Babak Kedua dari Kehidupan Semesta, seperti dalam ajaran Yarshan. Di samping mengagungkan api dan cahaya, penganut Alevi biasanya bersujud menyembah matahari terbit dan bulan, sambil melantunkan tembang-tembang tertentu.
Baris 49 ⟶ 52:
Mereka juga mengadakan pertemuan rutin yang disebut Ayini Jam. Aliran ini sempat dilarang keras dan diberantas di zaman Daulat Usmaniyah, terutama di masa pemerintahan Sultan Salim sekitar tahun 1514. Sempalan lainnya adalah Nushayriyyah, yang mengagung-agungkan Salman al-Farisi (sahabat Nabi) dan menobatkannya sebagai avatar nomor satu.
 
2) ====Bahasa====
 
Di zaman pra-Islam, orang Kurdi menggunakan bahasa [[Pahlavi]], bahasa Parsi kuno yang masih serumpun dengan [[Sanksekerta]] dan bahasa-bahasa Eropa. Setelah kedatangan Islam dan invasi nomad Turki, orang-orang Kurdi mulai menggunakan dialek [[suku Kurmanj]], sebuah kabilah energetik dari dataran tinggi Hakkari yang berhasil membendung pengaruh Turki di Kurdistan. Begitu kuatnya pengaruh suku Kurmanj hingga mayoritas orang Kurdi masih banyak yang menyebut diri mereka “Kurmanj” dan bahasa mereka “Kurmanji”. Adapun sekarang ini, terdapat dua dialek utama dalam bahasa Kurdi: pertama, Kurmanji, dan kedua, Sorani (atau sering juga disebut “Kurdi”). Sub-dialeknya antara lain: Kirmanshah, Leki, Gurani dan (Dimili) Zaza.
 
Mengenai sub-suku, sejarawan Kurdi Syarafuddin Bitlisi (w. 1597 M) menyatakan dalam kitabnya Sharafnamah ([[Mukadimah]] 7-9) bahwa bangsa Kurdi terbagi empat, masing-masing mempunyai dialek dan adat-istiadat sendiri, yakni Kurmanj, Lur, Kalhur, dan Guran.
 
3)==== Mata Pencaharian====
 
Seperti layaknya penduduk pegunungan, suku Kurdi hidup menetap dengan mata pencaharian [[pertanian]] dan [[peternakan]]. Namun setelah invasi [[bangsa Arya]] dan Turki ke wilayah mereka, sebagian mereka memilih cara hidup [[nomad]] (berpindah-pindah).
 
3. ==Keistimewaan Suku Kurdi==
 
a.=== Tradisi Keilmuan==
 
Bangsa Kurdi terkenal berani, kuat dan gigih. Mereka banyak berperan dalam menyebarkan dan membela Islam. Tidak sedikit tokoh-tokoh agama (ulama), pemimpin dan pejuang Islam yang notabene adalah suku Kurdi. Sebut saja, misalnya, Ibn Khallikan (w. 681 H/ 1282 M, sejarawan, pengarang kitab Wafayat al-A‘yan ), ‘Syaikh al-Islam’ Ibn Taymiyyah (w. 728 H/ 1328 M), Ibn al-Atsir (w. 630 H/ 1232 M, pengarang Usud al-Ghabah, Ibn Qutaybah al-Dinawari (w. 276 H/ 889 M, pengarang kitabTa’wil Musykil al-Qur’an), Ibn ash-Shalah as-Syahrazuri (w. 634 H/ 1236 M, pakar ilmu hadis yang terkenal dengan Muqaddimah-nya), Syaikh Ibrahim al-Gurani (pengarang kitab Ithaf adz-Dzakiyy), Badi’uz-Zaman al-Hamadani (w. 1007 M, pengarang kitab Al-Maqamat), dan Shalahuddin al-Ayyubi, panglima perang dan pahlawan Islam dalam Perang Salib yang berhasil merebut kembali Baitul Maqdis dari tangan orang-orang Kristen.
 
b. ===Kebudayaan Kurdi===
 
Salah satu budaya Kurdi adalah Tarian Kurdi tradisional dari Balkan, Libanon, dan Irak.
Baris 77 ⟶ 80:
Warisan budaya Kurdi berakar di salah satu kebudayaan tertua di dunia. Sehubungan dengan asal Kurdi, itu sebelumnya dianggap cukup untuk menggambarkan mereka sebagai keturunan Carduchi, yang menentang mundur dari Sepuluh Ribu melalui gunung-gunung di abad ke-4 SM. Namun, ada bukti permukiman kuno lebih di wilayah Kurdistan. Bukti awal dikenal dan budaya yang berbeda terpadu (dan mungkin, etnis) oleh orang-orang Kurdi mendiami pegunungan tanggal kembali ke Halaf budaya 6.000 SM hingga 5.400 SM. Hal ini diikuti oleh penyebaran Ubaidian budaya, yang merupakan pengantar asing dari Mesopotamia.
 
4. ===Kelemahan Suku Kurdi===
 
a. ====Bangsa Tanpa Negara====
 
Sesuai dengan sejarah politik Kurdi yang cukup tua, bangsa Kurdi termasuk bangsa yang kurang beruntung. Bahkan, Kurdi disebut sebagai bangsa tragis akibat karakter geografis, sentimen tribalisme, tirani, dan kolonialisme.
Baris 114 ⟶ 117:
 
 
b. ====Frustasi Memperjuangkan Kemerdekaan====
 
Dibandingkan dengan penduduk negara-negara Arab lainnya bahkan di dunia suku Kurdi adalah suku bangsa terbesar karena jumlahnya yang mencapai 30 juta jiwa. Mirip seperti nasib bangsa Palestina, akibat kolonialisme Barat di Timur Tengah, rumpun bangsa Persia yang mendiami daerah Kurdistan ini terancam hilang dalam sejarah dunia. Karena [[ Palestina]] berada di bawah pendudukan [[Israel]] maka perhatian dunia Islam relatif sangat besar dibandingkan dengan suku Kurdi yang hampir sama sekali tidak ada. Disebabkan oleh lokasinya yang strategis secara geopolitik dan tersedianya minyak dalam jumlah besar lengkap dengan jalur-jalur pipanya menuju Eropa dan juga Israel, usaha bangsa Kurdi untuk menjadi bangsa yang independen semakin sulit terealisasi. Setiap aktifitas untuk memerdekakan diri selalu berakhir dengan penumpasan dan penindasan. Jalan menuju kemerdekaan bagi Kurdistan seakan menunggu kehancuran tiga negara yang menguasainya. Tumbangnya Rezim Irak karena invasi AS misalnya, berhasil membuka akses politik kaum Kurdi ini.
 
Dilihat sejarahnya, sebenarnya kemerdekaan Kurdi pernah dijanjikan oleh [[Presiden AS]] [[Woodrow Wilson]] (1856-1924) melalui perjanjian Sevres (the Treaty of Sevres) tahun 1920 antara [[Kekhalifahan Turki Usmani]] dan [[sekutu]] AS untuk membagi-bagi wilayah bekas kekuasaan Turki Usmani. Hanya saja terbentuknya negara baru [[Turki]] di bawah pimpinan [[Kemal Attaturk]] yang meliputi sebagian besar wilayah Kurdistan telah memupus harapan itu. Sejak itu konflik antara suku Kurdi dan Turki terus berkembang. Paska kemerdekaan Irak tahun 1932 bangsa Kurdi semakin terisolasi dan terpecah-pecah. Mereka yang mendiami daerah-daerah perbatasan ini selalu menjadi korban pertikaian antara Irak, Iran dan Turki. Karena frustasi akan semakin tertutupnya peluang menuju kemerdekaan, muncullah kelompok-kelompok militan Kurdi yang kerap kali melancarkan aksi-aksi [[terorisme]].
 
 
c. ====Friksi dan Penindasan====
 
Friksi adalah sebuah pergeseran, perpecahan, atau pergeseran yang berupa faham atau pendapat (Widodo, 2001:165). Jalan paling mudah untuk memecah kekuatan suku Kurdi dalam menghimpun diri menuju kemerdekaan adalah dengan menciptakan faksi-faksi di antara mereka yang satu sama lain saling bermusuhan. Ini karena tidak ada figur pemersatu di kalangan mereka. Terpecahnya mereka dalam tiga wilayah negara yang berbeda juga telah membuat suku ini semakin tersegmentasi. Bahkan negara-negara di mana suku Kurdi berada seringkali mencoba melakukan program asimilasi secara paksa hingga pemusnahan bangsa terbesar di dunia Arab ini. Di Irak Utara misalnya terdapat dua kubu yang dipimpin oleh Barzani, the Kurdistan Democratic Party (KDP) dan Jalal Talabani The Patriotic Union of Kurdistan (PUK). Keberadaan suku Kurdi yang non-Arab itu ternyata menjadi hambatan tersendiri bagi Saddam Husein dalam menjalankan obsesinya menggelorakan semangat nasionalisme Arab. Pada tahun 2003 saat invasi AS ke Irak, daerah basis suku Kurdi di Irak Utara dijadikan sebagai pangkalan militer AS. Ternyata, dukungan AS dan perhatian organisasi-organisasi sosial dunia (LSM) berhasil menyelamatkan bangsa Kurdi di Irak dari penindasan yang sudah berlangsung lama. Setelah bertahun-tahun mengalami penindasan dan pemusnahan akhirnya dengan dukungan AS Jalal Talabani sendiri terpilih menjadi Presiden Irak.
Baris 132 ⟶ 135:
 
 
d. ====Penindasan Kurdistan====
 
Apabila penindasan yang dilakukan terhadap minoritas Kurdi di perbatasan-perbatasan Irak, Iran, Turki dan Syiria terus berlanjut maka aktifitas-aktifitas yang mengarah pada tindakan terorisme akan sulit dihentikan. Banyaknya kepentingan ekonomi asing terhadap wilayah Kurdistan dan potensi AS untuk menggunakan kekuatan minoritas Kurdi sebagai usaha untuk melakukan destabilisasi, terutama di tiga negara yang menjadi musuh AS, akan memperburuk kondisi perdamaian di Timur Tengah. Seperti halnya kasus Palestina, kasus Kurdi akan menjadi ganjalan utama menuju Timur Tengah yang damai selama belum ada keseriusan dari negara-negara perbatasan untuk mengkomodasi kepentingan bangsa Kurdi. Dunia internasional harus lebih serius dalam menyoroti nasib minoritas Kurdi ini dan memastikan mereka merasa aman terintegrasi dengan negara-negara yang ada sekarang.