Soekarni: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Ganti #REDIRECT ke #ALIH
memindahkan dari Sukarni
Baris 1:
[[File:Sukarni Nasional 24 Aug 1960 p2.jpg|thumb|200px|Sukarni, tahun 1960]]
#ALIH[[Sukarni]]
[[Berkas:Bust of Sukarni.jpg|150px|thumbnail|right|Patung Sukarni di Museum Joeang 45, Menteng.]]
'''Sukarni''' ({{lahirmati|[[Kota Blitar|Blitar]], [[Jawa Timur]]|14|7|1916|[[Jakarta]]|7|5|1971}}), yang nama lengkapnya adalah '''Sukarni Kartodiwirjo''', adalah tokoh pejuang kemerdekaan [[Indonesia]].
 
== Kelahiran dan Masa Kecil ==
Sukarni lahir hari [[Kamis]] Wage di desa [[Sumberdiran, Garum, Blitar|Sumberdiran]], [[Kecamatan]] [[Garum, Blitar|Garum]], [[Kabupaten]] [[Kabupaten Blitar|Blitar]], [[Jawa Timur]].
Namanya jika dijabarkan berarti ''Su'' artinya '''lebih''' sedangkan ''Karni'' artinya '''banyak memperhatikan''' dengan tujuan oleh orangtuanya agar Sukarni lebih memperhatikan nasib bangsanya yang kala itu masih dijajah [[Belanda]]. Sukarni merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara.
 
=== Urutan saudara ===
# [[Hono]]
# [[Sukarmilah]]
# [[Sukardi]]
#ALIH[[ '''Sukarni]]'''
# [[Suparti]] (Ny. Suparto)
# [[Endang Sarti]] (Ny. Muslimin)
# [[Endi Sukarto]]
# [[Sukarjo]]
# [[Nama]] tidak diketahui (meninggal ketika masih kecil)
 
Ayahnya adalah [[Kartodiwirjo]], keturunan dari [[Eyang Onggo]], juru masak [[Pangeran Diponegoro]]. Ibunya bernama [[Supiah]], gadis asal [[Kediri]]. Keluarga Sukarni bisa dikatakan berkecukupan jika dibanding penduduk yang lain. Ayahnya membuka toko [[daging]] di pasar Garum dan usahanya sangat laris.
 
Sukarni masuk [[sekolah]] di [[Mardisiswo]] di [[Blitar]] (semacam [[Taman Siswa]] yang dibuat oleh [[Ki Hajar Dewantara]]). Di sekolah ini Sukarni belajar mengenai [[nasionalisme]] melalui [[Moh. Anwar]] yang berasal dari [[Banyumas]], pendiri Mardidiswo sekaligus tokoh pergerakan Indonesia.
 
Sebagai anak muda, Sukarni terkenal kenakalannya karena sering berbuat onar. Dia sering berkelahi dan hobi menantang orang Belanda. Dia pernah mengumpulkan 30-50 orang teman-temannya dan mengirim surat tantangan ke anak muda Belanda untuk berkelahi. Lokasinya di kebun raya Blitar, dekat sebuah kolam. Anak-anak Belanda menerima tantangan itu dan terjadilah tawuran. Kelompok Sukarni memenangkan perkelahian itu dan anak Belanda yang kalah dicemplungkan ke kolam.
 
== Menjadi Aktivis Pergerakan ==
Perkenalan Sukarni dengan dunia [[pergerakan nasional]] yang memperjuangkan [[kemerdekaan]] Indonesia dimulai ketika usia masih remaja, 14 tahun, saat dia masuk menjadi anggota perhimpunan [[Indonesia Muda]] tahun [[1930]]. Semenjak itu dia berkembang menjadi pemuda [[militan]] dan [[revolusioner]]. Selain itu ia juga sempat mendirikan organisasi [[Persatuan Pemuda Kita]].
 
Ketika di [[MULO]], Sukarni dikeluarkan dari sekolah karena mencari masalah dengan pemerintah kolonial Belanda. Bukannya surut, semangat belajarnya malah semakin membara. Dia bersekolah ke [[Yogyakarta]], dan kemudian ke [[Jakarta]] pada sekolah kejuruan guru. Atas bantuan Ibu [[Wardoyo]] (kakak [[Bung Karno]]), Sukarni disekolahkan di [[Bandung]] jurusan [[jurnalistik]].
 
Pada masa-masa di Bandung inilah, konon Sukarni pernah mengikuti kursus pengkaderan [[politik]] pimpinan [[Soekarno]]. Disinilah dia bertemu dan mengikat sahabat dengan [[Wikana]], [[Asmara Hadi]] dan [[SK Trimurti]].
 
Tahun [[1934]] Sukarni berhasil menjadi [[Ketua]] Pengurus Besar [[Indonesia Muda]], sementara itu Belanda mulai mencurigainya sebagai anak muda militan. Tahun [[1936]] pemerintah kolonial melakukan penggerebekan terhadap para pengurus Indonesia Muda, tapi Sukarni sendiri berhasil kabur dan hidup dalam pelarian selama beberapa tahun.
 
== Masa Pendudukan Jepang ==
Tidak lama sebelum [[Jepang]] masuk, Sukarni tertangkap di [[Balikpapan]] dan kemudian dibawa ke [[Samarinda]]. Namun, setelah Jepang masuk, Sukarni berserta beberapa tokoh pergerakan lain seperti [[Adam Malik]] dan Wikana malah dibebaskan oleh Jepang. Awal-awal pendudukan Jepang, Sukarni sempat bekerja di kantor berita [[Antara]] yang didirikan oleh Adam Malik (yang kemudian berubah jadi [[Domei]]). Di masa Jepang ini, Sukarni juga bertemu dengan [[Tan Malaka]]. Tan Malaka-lah yang menjadi otak pembentukan partai [[Murba]] dan dia jugalah yang menyarankan kepada anggota Murba lainnya agar Sukarni yang menjadi Ketua Umum.
 
Tahun [[1943]], bersama [[Chairul Saleh]], dia memimpin [[Asrama Pemuda]] di [[Menteng 31]]. Di tempat itu Sukarni makin giat menggembleng para pemuda untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Seperti diketahui, pada kurun selanjutnya, Menteng 31 dikenal sebagai salah satu pusat penting yang melahirkan tokoh [[Angkatan 45]].
 
== Peristiwa Rengasdengklok ==
Mendengar berita kekalahan Jepang, kelompok pemuda dengan kelompok bawah tanah dibawah pimpinan [[Sutan Syahrir]], bersepakat bahwa inilah saat yang tepat untuk memproklamirkan kemerdekaan. Sukarni, Wikana dan kelompok pemuda lainnya mendesak Soekarno dan [[Hatta]], tapi mereka berdua menolak. Akhirnya terjadilah perdebatan sengit yang berakhir dengan penculikan kedua tokoh tersebut, dengan tujuan menjauhkan Soekarno-Hatta dari "pengaruh" Jepang. Kedua pemimpin itu "diasingkan" ke [[Rengasdengklok]] oleh kelompok pemuda yang dipimpin olehnya.
 
== Seputar Proklamasi ==
Akhirnya semua pihak kemudian bersepakat bahwa [[proklamasi]] [[kemerdekaan]] akan segera dilakukan pada [[17 Agustus]] [[1945]]. Selanjutnya, Sukarni mengemban amanat kemerdekaan serta bahu membahu bersama kelompok pemuda lainnya dalam meneruskan berita tentang kemerdekaan ini. Sukarni membentuk [[Comite Van Aksi]] (semacam panitia gerak cepat) pada [[18 Agustus]] 1945 yang tugasnya menyebarkan kabar kemerdekaan ke seluruh Indonesia. Khusus untuk para pemudanya dibentuk API ([[Angkatan Pemuda Indonesia]]) dan untuk buruh dibentuk BBI ([[Barisan Buruh Indonesia]]) yang kemudian melahirkan laskar buruh dan laskar buruh wanita.
 
Di zaman RI berkedudukan di [[Yogyakarta]], Sukarni menjabat sebagai [[Sekretaris Jenderal]] [[Persatuan Perjuangan]] (PP) di bawah ketua Tan Malaka. PP beroposisi dengan pemerintah dan menolak perundingan pemerintah terhadap Belanda. Aksi PP ini membuat Sukarni dijebloskan ke penjara pada tahun 1946. Selanjutnya Sukarni juga mengalami penahanan di [[Solo]], [[Madiun]] dan [[Ponorogo]] (daerah komunis [[Muso]]) pada masa pemerintahan [[Amir Syarifudin]] ([[1947]]/[[1948]])
 
== Menjadi Ketua Partai Murba ==
Semenjak partai [[Murba]] terbentuk pada bulan [[November]] [[1948]] sampai wafatnya, Sukarni menjabat sebagai ketua umum. Dia juga duduk sebagai anggota Badan pekerja [[KNI]] Pusat. Dalam pemilihan Umum yang pertama ([[1955]]) Sukarni terpilih sebagai anggota [[Konstituante]].
 
Sejak tahun [[1961]] Sukarni ditunjuk sebagai [[Duta Besar]] Indonesia di [[Peking]], ibukota RRT ([[Republik Rakyat Cina]]) dan kembali ke [[tanah air]] pada bulan [[Maret]] [[1964]]. Konon dalam pertemuan di [[Istana Bogor]] [[Desember]] [[1964]], Sukarni sempat memperingatkan Bung Karno atas sepak terjang [[PKI]]. Tapi berlawanan dengan harapan, partai Murba malah dibekukan tahun [[1965]] dan Sukarni beserta pemimpin Murba lainnya di penjara.
 
Di masa [[Orde Baru]], Sukarni dibebaskan dan larangan Murba dicabut (direhabilitasikan [[17 Oktober]] [[1966]]). Kemudian Sukarni ditunjuk sebagai anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]] (DPA, [[1967]]) yang merupakan jabatan resmi terakhir. Tokoh yang mendapat [[Bintang Mahaputra]] [[Bintang Mahaputra Pratama|kelas empat]] ini wafat pada tanggal [[7 Mei]] [[1971]] dan dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]] dengan upacara kenegaraan.
 
== Sumber ==
* {{id}}Mustoffa, Sumono. "''Sukarni Dalam Kenangan Teman-Temannya''"
 
{{DEFAULTSORT:Kartodiwirjo, Sukarni}}
 
[[Kategori:Duta Besar Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Blitar]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]