Penaklukan Hispania oleh Umayyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 20 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q1455917
Evremonde (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Referensi}}
{{Penaklukan Umayyah di Iberia}}
'''Penaklukan Umayyah di Hispania''' ([[711]]–[[718]]) dimulai saat pasukan [[Kekhalifahan]] [[Umayyah]], sebagian besar terdiri dari [[Muslim]] [[Orang Berber|Berber]] dari [[Afrika Barat Laut]] menyerang [[Hispania]] (sekarang [[Iberia]]; [[Portugal]] dan [[Spanyol]]) yang dikuasai oleh [[Kristen]] [[Visigoth]] pada tahun 711. Penaklukan ini terjadi saat masa pemerintahan [[Khalifah]] [[Al-Walid I]] di [[Damaskus]], dan dipimpin oleh [[Jenderal]] [[Tariq bin Ziyad]] (? - [[720]]). Pasukan Umayyah mendarat di [[Gibraltar]] pada [[30 April]] 711, dan lalu bergerak ke arah utara. Satu tahun berikutnya, atasan Tariq [[Musa bin Nusair]] bergabung dengan pasukannya. Kampanye militer ini berjalan sekitar 8 tahun, dan hasilnya sebagian besar [[Semenanjung Iberia]] berhasil dikuasai umat Islam kecuali daerah-daerah kecil di sebelah barat daya ([[GaliciaGalisia (Spanyol)|GaliciaGalisia]] dan [[Asturias]]) serta daerah-daerah [[Basque]] di daerah [[Pirenia]]. Daerah-daerah taklukan ini kemudian disebut [[Al-Andalus]], dan menjadi bagian dari kekhalifahan Umayyah yang terus berkembang.
 
==Latar belakang==
{{utama|Protofeodalisme}}
[[Al-Andalus]]<ref>"Andalus, al-" ''Oxford Dictionary of Islam''. John L. Esposito, Ed. Oxford University Press. 2003. Oxford Reference Online. Oxford University Press. Diakses [[12 Juni]] 2006.</ref> atau Semenanjung Iberia ([[Spanyol]] dan [[Portugal]] termasuk selatan [[Perancis]] sekarang) mulai ditaklukan oleh umat [[Islam]] pada zaman khalifah Bani Umayyah, [[Al-Walid bin 'Abdul Malik]] ([[705]]-[[715]]), di mana tentakel Islam sebelumnya telah menguasai [[Afrika Utara]] dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari [[Bani Umayyah]]. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara ini terjadi pada masa 'Abdul Malik bin Marwan ([[685]]-705), di mana dia mengangkat [[Hasan bin An-Nu'man]] menjadi gubernur di daerah itu. Selanjutnya dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu [[Tharif bin Malik]], [[Thariq bin Ziyad]], dan [[Musa bin Nushair]]. Pada masa ini, [[Hasan bin An-Nu'man al-Ghassani]] sudah digantikan oleh Musa bin Nushair, yang kemudian memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki [[Aljazair]] dan [[Maroko]]. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Sedangkan penaklukan atas wilayah [[Afrika Utara]] ini, dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun [[660]] (masa pemerintahan [[Muawiyah bin Abu Sufyan]]) sampai tahun [[705]] (masa Al-Walid I]]). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai [[Islam]], di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Visigoth. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Bani Umayyah. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Al-Andalus.
 
[[Tharif ibn Malik]] dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara [[Maroko]] dan [[benua Eropa]] itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh [[Yulianus dari Septa|Yulianus]], mantan penguasa wilayah Septa. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke [[Afrika Utara]] membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn Malik ini serta adanya kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoth yang berkuasa di [[Semenanjung Iberia]] pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 mengirimkan lagi pasukan ke Al-Andalus sebanyak 7.000 orang di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.
 
==Futuhat==
Thariq bin Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar [[suku Moor]] yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi [[bangsa Arab|orang Arab]] yang dikirim Khalifah Al-Walid I. Pasukan ini kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad, dan menguasai sebuah gunung dikenal dengan nama [[Gibraltar]] (Jabal Thariq), kemudian di daerah ini membuat pertahanan serta tempat menyiapkan pasukan untuk memulai penaklukan. Dalam pertempuran yang dikenal dengan [[Pertempuran Guadalete]], [[Raja]] [[Roderikus]] dapat dikalahkan. Dari situ Thariq bin Ziyad dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti [[Corduba]], [[Granada|Granata]] dan [[Toletum]] ([[ibukota]] [[Visigoth]] saat itu). Sebelumnya, Thariq bin Ziyad menaklukkan kota Toletum, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa bin Nushair di [[Afrika Utara]], yang kemudian mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5.000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq bin Ziyad seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Visigoth yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
 
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq bin Ziyad membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan tersebut. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa bin Nushair berhasil menaklukkan [[Asidonia]], [[Carmona|Carmo]], [[Sevilla|Hispalis]], dan [[Emerita Augusta]] serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth lainnya, [[Theodomirus]] dari [[Auraiola]], ia bergabung dengan Thariq bin Ziyad di Toletum. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di [[Spanyol]], termasuk bagian utaranya, mulai dari [[Caesaraugusta]] sampai [[Navarra]].
 
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah [[Umar bin 'Abdul 'Aziz]] pada tahun [[717]]. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar [[Pegunungan Pirenia]] dan [[Perancis Selatan]]. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada [[As-Samh bin Malik Al-Khaulani]], tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun [[721]]. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada [['Abdur Rahman al-Ghafiqi]]. Dengan pasukannya, ia menyerang [[kota]] [[Bordeaux]], [[Poitiers]], dan dari sini ia mencoba [[Pertempuran Tours|menyerang kota Tours]]. Akan tetapi, di antara kota Poitiers dan [[Tours]] itu, ia ditahan oleh [[Charles Martel]], sehingga penyerangan ke [[Perancis]] gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke [[Spanyol]].
 
Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke [[Avignon]] (tahun [[734]]), ke [[Lyon]] (tahun [[743]]), dan pulau-pulau yang terdapat di [[Laut Tengah]], [[Mallorca]], [[Korsika]], [[Sardegna]], [[Kreta]], [[Rhodos]], [[Siprus]] dan sebagian dari [[Sisilia]] juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari [[Italia]].
 
==Faktor penentu==
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
 
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Visigoth sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Iberia terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothik bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, [[agama Yahudi|Yahudi]]. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Iberia dipaksa dibaptis menurut agama [[Kristen]]. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.
 
Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu [[Syed Ameer Ali]], seperti dikutip oleh [[Imamuddin]] mengatakan, ketika [[Afrika Timur]] dan [[Afrika Barat|Barat]] menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah [[Spanyol]] berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visigoth. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri [[Spanyol]] ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Visigoth berdiri.
 
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Iberia, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Iberia masih berada di bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah berada di bawah kekuasaan kerajaan Visigoth, perekonomian Iberia lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.
 
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Roderikus, Raja Visigoth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Visigoth adalah ketika Raja Roderikus memindahkan ibu kota negaranya dari Hispalis ke Toletum, sementara [[Vitiza]], yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toletum, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari [[Oppas]] dan [[Achilla II|Achilla]], kakak dan anak Vitiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderikus. Mereka pergi ke [[Afrika Utara]] dan bergabung dengan kaum Muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderikus dengan Graf Yulianus, mantan penguasa wilayah Septa. Yulianus juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Iberia. Yulianus bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Thariq dan Musa.
 
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderikus yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu, [[orang Yahudi]] yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
 
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah [[Spanyol]] pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu menyebabkan penduduk Iberia menyambut kehadiran Islam di sana.
 
== Kronologi ==
* [[Abad ke-6]] - Bangsawan-bangsawan Visigoth berkembang menjadi [[feudalisme|tuan-tuan tanah]].
* [[710]] - [[Tarif bin Malik]] memimpin 400 orang bersama 100 kuda mendarat dan melakukan ekspedisi di ujung selatan benua Eropa di Iberia yang kini disebut [[Tarifa]], diambil dari namanya.
* [[711]] - Musa bin Nusair, Wali (Gubernur) ''Ifriqiya'' ([[Afrika Utara]]), mengirim pasukan pimpinan [[TariqThariq bin Ziyad]] ke Iberia, menyusul kesuksesan ekspedisi Tarif dan adanya permasalahan pada Dinasti Visigoth di Hispania.
* [[19 Juli]] 711 - Pasukan TariqThariq bin Ziyad, dibantu oleh [[Julian, count Ceuta|Julian,Yulianus ''count''dari CeutaSepta]]{{fact}}, [[Pertempuran Guadalete|mengalahkan]] pasukan Raja Visigoth [[RodericRoderikus]], dekat [[Sungai Guadalete]].
* Juni [[712]] - Orang-orang [[Syria]] datang ke Hispania, dan menyerang kota-kota serta benteng-benteng yang tidak didekati Tariq bin Ziyad
* Februari [[715]] - Musa bin NusairNushair, memasuki [[Damaskus]] bersama tawanannya raja-raja dan bangsawan Visigoth, bersama ribuan tawanan lainnya, untuk memberikan penghormatan kepada khalifah Islam di Damaskus.
* ? (sekitar 715-716) - Musa bin Nusair meninggal di [[Hijaz]] saat sedang melakukan ibadah [[Haji]]. Anaknya [['Abdul 'Aziz bin Musa]] ditunjuk sebagai [[Wali Al-Andalus|Gubernur Al-Andalus]], dengan ibukota [[Sevilla]]. Abdul Malik juga menikahi janda RodericRoderikus, [[Egilona]] dari [[Dinasti Balti]].
* [[717]]-[[718]] - Wali (Gubernur) [[Al-Hurr bin Abdurrahman Atsats-Tsaqafi]] menyeberangi [[Pirenia]], dan memimpin serangan ke [[Septimania]]. Sebagian besar dari serangan ini mengalami kegagalan.
* [[719]] - Gubernur [[As-Samh bin Malik Al-Khaulani]], memindahkan ibukota Al-Andalus dari Sevilla ke [[Kordoba, Spanyol|Kordoba]].
* Musim semi [[732]] - Wali [[Abdurrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi]] bergerak melalui Pirenia barat, menyeberanginya, dan mengalahkan [[Adipati]] [[Odo dari Aquitaine]] di tepi sungai [[Garonne]].
Baris 18 ⟶ 48:
* [[755]] - Bangsawan Umayyah [[Abdurrahman I]], melarikan diri dari Damaskus, menyusul jatuhnya pemerintahan Umayyah ke tangan [[Bani Abbasiyah]]. Pada akhir 755 ia mendarat di [[Granada]], [[Al-Andalus]]
* [[756]] - Abdurrahman I mengalahkan Wali Al-Andalus [[Yusuf Al-Fihri]] pada [[pertempuran Musarah]] di luar kota Kordoba. Ia lalu menunjuk dirinya sebagai [[Amir Kordoba|Amir Al-Andalus]] dan digelari ''Ad-Dakhil'' (yang Masuk).
 
==Catatan kaki==
{{reflist}}
 
== Lihat pula ==
Baris 25 ⟶ 58:
* [[Pertempuran Guadalete]]
 
[[Kategori:InvasiSejarah militer]]
[[Kategori:Al-Andalus]]
[[Kategori:Abad Pertengahan]]
[[Kategori:SejarahIslam Eropadi Spanyol]]
[[Kategori:PenaklukanSejarah IslamPortugal]]