Seni Didong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Albertus Aditya memindahkan halaman Syair seni didong ke Seni Didong
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
Esensi komunikasi yang hakiki adalah bagaimana sebuah pesan dapat sampai kepada orang lain (komunikan), media yang digunakan untuk tercapainya hal tersebut ada bermacam macam. Dalam dunia modren penggunaan alat dan sarana komunikasi adalah salah satu bagian yang tak terpisahkan untuk mengkomunikasikan pesan. Tetapi bagaimana sebuah komunikasi dapat berjalan sebagaimana mestinya jika alat dan sarana telekomunikasi tersebut justru tidak ada pada masayarakat tempo dulu. Jawabannya adalah bagaimana peran dan fungsi dari bagian unsur kebudayaannya dapat menjadi saluran komunikasi, meskipun hal tersebut hanya berlaku dalam lingkungan yang terbatas.
 
Kesenian menjadi media yang paling mudah dan mulus dalam merubahmengubah dan menyampaikan pesan kepada masyarakat. Karakter ini menjadi nilai lebih bagi sebuah unsur kebudayaan, karena ia tidak memerlukan banyak alasan atau argumen. Pola perubahan yang diharapkan adalah dari segi apektif dan kognitif individual yang selanjutnya turut pula mempengaruhi kehidupan sosial secara kolektif. Kesenian bukan saja dimanfaatkan dan didayagunakan sebagai media penyampaian pesan atau sebagai media komunikasi, tetapi juga menjadi sarana sekaligus metode untuk mempengaruhi komunikan untuk menerima dan mengikuti mesege komunikasi.
 
Dari sekian banyak kesenian tradisional sebagai bagian dari unsur kebudayaan yang ada di nusantara salah satunya adalah seni Didong, yaitu suatu kesenian yang merupakan perpaduan antara seni suara dengan sastra berupa syair-syair puisi sebagai unsur utamanya. Didong adalah suatu kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Gayo yang mendiami Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.Kesenian yang paling mendominasi kebudayaan Gayo di antara jenis dan bentuk kesenian lainnya adalah seni Didong.
Baris 157:
Syair tersebut juga menjadi alat tunjuk dalam mengkomunikasikan pesan yang disampaikan dengan kalimat bernuansa seruan, sekaligus sebagai kalimat perintah dan kesaksian; engon jela panang nyata (lihat jelas dipandang nyata). Kemudian juga menyodorkan fakta; ku kute Banda sawah ujien (ke kota Banda tiba ujian), dua bait berikutnya adalah penafsiran dari bait-bait sebelumnya yang menjadi inti dari pesan komunikasi; gempa Tsunami munemah makna munarah ni jema kati berimen (gempa Tsunami membawa makna mengarahkan manusia agar beriman).
*Gambaran tanda-tanda Kekuasaan
Pada syair lainnya, seni Didong juga memberi gambaran bahwa tanda-tanda kekuasaan dari pencipta telah sedemikan nyata di gambarkan ke kehadapan penglihatan mata berupa bencana, pada bait berikutnya juga mengingatkan agar manusia berbenah dan kembali menata kehidupan sendiri tanpa menunggu bantuan dari pihak lain. Manusia disarankan untuk bangkit dari bencana dan kehilangan harta benda, tanpa menempatkan diri sebagai orang yang menerima bantuan, mental pengemis dan ingin dibelaskasihani. Konsep “harga diri” dan konsep untuk merubahmengubah ini dijelaskan sebagaimana terkandung dalam makna syair di bawah ini;
 
So bele nge teridah ku mata
Baris 166:
Itu bencana sudah tampak di depan mata
wahai umat di atas dunia berubahlah kita
Tuhanpun tidak merubahmengubah nasipnasib kita
terkecuali kalau tidak diri kita sendiri merubahnyamengubahnya