Sangiran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RXerself (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kembangraps (bicara | kontrib)
menambahkan dan merapikan
Baris 13:
}}
[[File:Patung Homo Erectus di Sangiran.JPG|thumb|200px|Patung ''Homo Erectus'' di kawasan Situs Manusia Purba Sangiran, Jawa Tengah.]]
'''Situs Kepurbakalaan Sangiran''' adalah [[situs arkeologi]] di [[Jawa]], [[Indonesia]]. Tempat ini merupakan lokasi penemuan beberapa fosil manusia purba, sehingga sangat penting dalam sejarah perkembangan manusia dunia.
'''Sangiran''' adalah sebuah [[situs arkeologi]] di [[Jawa]], [[Indonesia]]. Area ini memiliki luas 48 km² dan terletak di [[Jawa Tengah]], 15 kilometer sebelah utara [[Surakarta]] di lembah [[Sungai Bengawan Solo]] dan terletak di kaki [[gunung Lawu]]. Secara administratif Sangiran terletak di kabupaten [[Sragen]] dan kabupaten [[Karanganyar]] di Jawa Tengah. Pada tahun [[1977]] Sangiran ditetapkan oleh [[Daftar Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia|Menteri Pendidikan dan Kebudayaan]] Indonesia sebagai cagar budaya. Pada tahun [[1996]] situs ini terdaftar dalam [[Situs Warisan Dunia UNESCO]].
 
Area ini memiliki luas kurang lebih 48 km² dan sebagian besar berada dalam wilayah administrasi [[Kalijambe, Sragen|Kecamatan Kalijambe]], [[Kabupaten Sragen]], [[Jawa Tengah]], 17 kilometer sebelah utara [[Kota Surakarta]], di lembah [[Bengawan Solo]] dan di kaki [[Gunung Lawu]]. Ada sebagian yang merupakan bagian dari [[Kabupaten Karanganyar]] ([[Gondangrejo, Karanganyar|Kecamatan Gondangrejo]]).
Tahun [[1934]] [[antropolog]] [[Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald]] memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan [[fosil]] dari nenek moyang manusia pertama, ''[[Pithecanthropus erectus]]'' ("Manusia Jawa"). Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil [[Meganthropus palaeojavanicus]] telah ditemukan di situs tersebut.
 
Pada tahun [[1977]] Sangiran ditetapkan oleh [[Daftar Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia|Menteri Pendidikan dan Kebudayaan]] Indonesia sebagai [[cagar budaya]] dan ada tahun [[1996]] situs ini terdaftar dalam [[Situs Warisan Dunia UNESCO]].
Di [[Museum Fosil Sangiran|Museum Sangiran]], yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di [[Asia]]. Selain itu juga dapat ditemukan [[fosil]] hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu.
 
==Sejarah eksplorasi==
Sejak tahun [[1934]], ahli [[antropologi]] [[Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald]] memulai penelitian di area tersebut, setelah mencermati laporan-laporan berbagai penemuan ''balung buta'' ("tulang buta/raksasa") oleh warga dan diperdagangkan. Saat itu perdagangan fosil mulai ramai akibat penemuan tengkorak dan tulang paha ''[[Homo erectus|Pithecanthropus erectus]]'' ("Manusia Jawa") oleh [[Eugene Dubois]] di [[Trinil]], Ngawi, tahun 1891. Trinil sendiri juga terletak di lembah Bengawan Solo, kira-kira 30 km timur laut Sangiran.
 
Dengan dibantu oleh Toto Marsono, lurah Desa Krikilan saat itu, setiap hari penduduk diperintahkan untuk mencari ''balung buto''. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan berbagai [[fosil]] ''[[Homo erectus]]'' lainnya. Ada sekitar 60 lebih fosil ''H. erectus'' atau [[Hominidae|hominid]] lainnya dengan variasi yang besar, termasuk seri ''[[Meganthropus palaeojavanicus]]'', telah ditemukan di situs tersebut dan kawasan sekitarnya.
 
==Museum Purbakala Sangiran==
 
Di [[Museum Fosil Sangiran|Museum Purbakala Sangiran]], yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2dua juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak (hominid) yang terlengkap di [[Asia]]. Selain itu juga dapat ditemukan [[fosil]] berbagai hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, serta alat-alat batu.
 
==Geologi kawasan==
Pada awalnya penelitian Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan ''Kubah Sangiran''. Puncak kubah ini kemudian terbuka melalui proses [[erosi]] sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan pada masa lampau. Sangiran mencakup beberapa lapisan tanah/formasi tanah. Yang tertua adalah formasi "kalibeng" formasi ini diperkirakan berumur 3 juta - 1,8 juta tahun yang lalu. Pada formasi ini terdiri atas 4 lapisan yaitu lapisan bawah merupakan endapan laut dalam dengan ketebalan lapisan ini 107 meter
 
== Lihat pula ==
* Situs [[antropologi]] & [[arkeologi]] [[Trinil]]
museum sangiran didirikan atas perintah GHR. von Koenigswald. Dibantu oleh Toto Marsono, kepala desa krikilan kec. kalijambe, kab sragen, setiap hari penduduk diperintahkan untuk mencari [balung buto] yaitu sebutan orang jawa untuk fosil.
 
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://kotawisataindonesia.com/museum-purbakala-sangiran-sragen Museum Purbakala Sangiran Sragen]
* [http://www.world-heritage-tour.org/asia/id/sangiran/museum.html Museum Sangiran]
* {{en}} [http://whc.unesco.org/pg.cfm?cid=31&id_site=593 Gambaran singkat dari UNESCO]
 
{{Situs Warisan Dunia di Indonesia}}
{{solo-stub}}
 
[[Kategori:Situs arkeologi di Indonesia]]
[[Kategori:Kabupaten Sragen]]
[[Kategori:Kabupaten Karanganyar]]
[[Kategori:Kota Surakarta]]