Kerajaan Tanah Hitu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 104:
Sesudah perginya Portugis, Belanda makin mengembangkan pengaruhnya dan mendirikan [[benteng]] pertahanan di Tanah Hitu bagian barat di pesisir pantai kaki [[Gunung Wawane]]. Akibat politik adu domba yang dilancakan oleh Belanda maka ketiga perdana (Perdana Totothatu, Perdana Jamilu dan Perdana Paty Tuban)pergi meninggalkan Hitu dan mendirikan negeri baru, dan kemudian Negeri tersebut dinamakan Negeri Hila yaitu negeri Hila sekarang dan negeri asal mereka negeri Hitu berganti nama menjadi negeri Hitu yang lama.
 
Belanda tiba di Tanah Hitu pada tahun 1599 dan kemudian mendirikan kongsi dagang bernama [[VOC]] pada tahun 1602 sejak itulah terjadi perlawanan antara Belanda dengan Kerjaan Tanah Hitu, karena mendirikan [[monopoli]] dagang tersebut. Puncaknya terjadi [[Perang Hitu II]] atau Perang Wawane yang dipimpin oleh [[Kapitan Pattiwane II ]] anaknyaketurunan dari perdana JamiluPaty Tuban dan Tubanbesi II, yaitu Kapitan Tahalele tahun 1634 -1643. Perlawanan terakhir yaitu [[Perang Kapahaha]] (1643 - 1646) yang dipimpin oleh Kapitan Talukabesi (Muhammad Uwen) dan Imam Ridjali setelah Kapitan Tahalele menghilang. Berakhirnya Perang Kapahaha ini Belanda dapat menguasi Jazirah Lei Hitu.
 
Belanda melakukan perubahan besar-besaran dalam struktur pemerintahan Kerajaan Tanah Hitu yaitu mengangkat Orang Kaya menjadi raja dari setiap ''uli'' sebagai raja tandingan dari Kerajaan Tanah Hitu. Hitu yang lama sebagai pusat kegiatan pemerintahan Kerajaan Tanah Hitu dibagi menjadi dua daerah administrasi yaitu Hitulama dengan Hitumessing dengan politik pecah belah inilah (devide et impera). Belanda benar-benar menghancurkan pemerintah Kerajaan Tanah Hitu sampai akar-akarnya.