Aku Ingin Menciummu Sekali Saja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 25:
}}
'''Aku Ingin Menciummu Sekali Saja''' adalah film iIndonesia yang dirilis tahun 2002.
 
 
== Pemain ==
 
Octavianus Rysiat Muabuay sebagai Arnold
Lulu Tobing sebagai Kasih / Wanita yang Menagis
Minus Coneston Karoba sebagai Minus
Adi Kurdi sebagai Pastur
Philipus Ramendei Thamo sebagai Berthold
Vivaldi Gorys Aronggear sebagai Dickson
Sylvia Roselani Samber sebagai Mamma
Theys H. Eluay
 
 
 
 
== Sinopsis ==
Baris 30 ⟶ 45:
Aku Ingin Menciummu Sekali Saja menceritakan tentang seorang remaja [[Papua]] (Arnold, 15 tahun), yang bertemu dengan seorang wanita (diperankan oleh Lulu Tobing) di sebuah pelabuhan dan terobsesi untuk mencium wanita tersebut. Pada saat yang bersamaan, ayahnya (Bertold, 41 tahun), seorang aktifis dan instruktur tarian [[Kasuari]] diburu oleh beberapa orang tak dikenal karena aktfitas politiknya untuk meminta keadilan atas penahanan [[Theys H. Eluay]], Ketua [[Dewan Presidium Papua]]. Berbagai macam insiden terjadi pada saat yang bersamaan, seperti kematian Theys Eluay setelah penculikannya dan perubahan sikap teman-teman Arnold. Sonya menjadi memiliki rasa kebencian rasialisme yang tinggi, sedangkan Minus kehilangan kemampuannya untuk bersiul, keahlian yang sangat berarti buatnya. Sementara itu, Bertold memilih untuk bersembunyi karena dia takut akan dikejar dan dibunuh seperti Theys. Obsesi Arnold untuk mencium wanita di pelabuhan itu tiba-tiba menjadi alur cerita untuk menunjukan karakter setiap peran di film tersebut, seperti ketika wanita di pelabuhan yang dikejar Arnold dan selalu menangis digambarkan selalu berusaha menemukan kalimat "Jangan Takut..." yang beberapa kali disebutkan di [[Injil]], dan sebagainya.
 
== Analisis ==
Film ini banyak mengekspos nilai-nilai kehidupan di tanah Papua. Beberapa pemeran seperti wanita misterius (Lulu Tobing), Sonya, dan ibu Arnold sering mengekspresikan perasaan sedih mereka lewat tangisan dan air mata. Peran ini merepresentasikan 'tanah papua' (rakyat Papua) yang sering menagis merasa ditindas.
 
Kekuatan film ini terletak pada penyajian penggalan-penggalan kisah setiap karakter yang secara kebetulan disatukan dengan sebuah pemaknaan tentang tanah Papua. Film ini banyak mengekspos nilai-nilai kehidupan di tanah Papua. Beberapa pemeran seperti wanita misterius (Lulu Tobing), Sonya, dan ibu Arnold sering mengekspresikan perasaan sedih mereka lewat tangisan dan air mata. Peran ini merepresentasikan 'tanah papua' (rakyat Papua) yang sering menagis merasa ditindas.
 
{{Garin Nugroho}}