Santosa Doellah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
22Kartika (bicara | kontrib)
Jasintacantik (bicara | kontrib)
Baris 20:
Santosa Doellah mulai merintis usaha Batik Danar Hadi pada tahun [[1967]], pada usia 26 tahun, dengan 20 orang pembatik setelah menikahi wanita idamannya, Danarsih. Nama istrinya itu pula yang memberikan inspirasi kepada Santosa dalam memberi nama usaha batiknya itu dengan mengambil dua suku kata pertama nama istrinya dan nama depan bapak mertua (ayah istrinya). Yaitu ‘Batik Danar Hadi’ sebagai merek batik produksi Santosa. Modal usahanya ditambah hadiah pernikahan dari kakek-neneknya berupa 29 pak kain mori jadi dan 174 lembar kain batik. Santoso Doellah belajar batik sejak usia 15 tahun dari keluarga kakeknya R.H.Wongsodinomo. Keluarga istri Santoso Doellah juga keluarga pembatik. Santosa Doellah memulai usaha batiknya dengan mempekerjakan 20 orang karyawan yang terdiri dari pembatik, pencelup dan penggambar motif. Kegiatan usaha batik Santosa diawali dengan memproduksi batik tulis Wonogiren. Batik tulis motif Wonogiren produksi perdana Santosa dengan merek Batik Danar Hadi laku di pasar.
 
Setelah sukses dengan batik tulis Wonogiren, untuk mengembangkan industri batiknya sekaligus untuk meningkatkan kemampuan produksi batik yang makin diminati pasar, maka pada tahun [[1968]] Santosa membuka perkampungan batik mirip sentra industri kerajinan batik yang berada di perkampungan penduduk di sekitar rumah Santosa yang dikelola oleh PT. Batik Danar Hadi. Kemudian pada [[1970]] Santosa juga mendirikan sentra usaha batik di Masaran, [[Sragen]], [[Jawa Tengah]]. Selain pembatik dari Bayat, [[Klaten]], Plupuh, [[Sragen]], dan [[Sukoharjo]], Danar Hadi juga membuka cabang pembatikan hingga [[Pekalongan]] dan [[Cirebon]] pada tahun [[1975]]. Santosa mendirikan sentra usaha batik di Pekalongan untuk memproduksi berbagai jenis dan motif batik. Pendirian sentra usaha batik ini tidak lepas dari adanya tuntutan pasar sejalan dengan makin meluasnya penggunaan kain batik untuk pakaian. Hal itu juga sangat terkait dengan mulai masuknya kain batik ke dunia mode (fashion), khususnya penggunaan kain batik dalam pembuatan kemeja pria dan berbagai pakaian wanita mulai dari atasan, rok/gaun, baju pesta dan lain-lain. Untuk mempromosikan penggunaan kain batik untuk pakaian, Santosa pun mulai menggelar sejumlah kegiatan peragaan busana (fashion show) yang menggunakan kain batik seperti di sejumlah hotel di [[Singapura]], di [[Hotel Indonesia]] dan Hotel Borobudur [[Jakarta]] dan lain-lain. Santosa pun mulai melirik bisnis ritel kain dan pakaian jadi batik dengan membuka sejumlah outlet seperti di Jl. Raden Saleh dan kawasan Tebet, Jakarta (tahun [[1975]]). Selain di Jakarta sendiri di Jl. Melawai Raya dan Jl. Wijaya I, kini outlet-outlet tersebut sudah berkembang ke berbagai kota lain seperti Semarang, [[Yogyakarta]], [[Medan]], [[Surabaya]], [[Bali]] dll. Usaha batik Danar Hadi lantas merambah industri pertenunan, pemintalan benang, dan garmen. Danar Hadi menguasai produksi batik dari hulu ke hilir. Tahun [[1981]] Santosa mendirikan perusahaan tenun dan finishing PT. Kusumahadi Santosa. Tahun [[1990]] ia mendirikan perusahaan pemintalan benang katun PT. Kusuma Putra Santosa. Setahun kemudian, ia mendirikan usaha garmen PT. Kusuma Putri Santosa dan usaha furnitur Jawi Antik.
 
Bahkan Santosa pun membuka sejumlah outlet di luar negeri, seperti di Singapura dan di [[Jeddah]]. Kegiatan eskpor batik pun sudah digeluti Santosa sejak lama dan kini sudah ada pembeli tetap berbagai produk batik Danar Hadi di luar negeri. Kegiatan ekspor batik yang kini dilakukan Santosa secara rutin antara lain ke [[Amerika Serikat]], [[Italia]] dan [[Jepang]]. Dengan terus berkembangnya usaha batik, baik di dalam maupun di luar negeri, maka jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan Santosa pun terus meningkat dari awalnya hanya 20 orang karyawan, kini menjadi lebih dari 1.000 orang di seluruh tanah air. Batik yang semula hanya dibuat manual dengan tangan menggunakan canting berkembang menjadi batik cap dan batik printing. Dengan begitu, kebutuhan batik semua lapisan masyarakat terpenuhi. Agar bisa selalu memenuhi selera pasar, Danar Hadi bekerja sama dengan para perancang busana Tanah Air. Pemakaian batik yang dulu sebatas kain panjang telah berkembang menjadi busana sehari-hari, busana siap pakai, busana pesta, bahkan sebagai material desain interior. Santosa Doellah juga memugar bangunan Dalem Wuryaningratan yang dibelinya dan mendirikan Museum Batik Kuno Danar Hadi di sebelah timur Dalem. Kompleks ini setelah dilengkapi Soga Resto and Café lantas dinamakan House of Danar Hadi dan menjadi alternatif tujuan wisata di Solo.