Nisfu Sya'ban: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rijalmbangil (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: menghilangkan kategori [ * ]
k ←Suntingan Rijalmbangil (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 36.81.22.7
Baris 1:
{{rapikan}}
Bulan Sya'ban ini istimewa.
{{noref}}
yang berarti separuh atau pertengahan, Sya'ban adalah nama bulanm kalender Islam. Dengan demikian nisfu sya'ban berarti pertengahan bulan Sya'ban. Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaan [[Surat Yaasiin]] tiga kali berjamaah dengan niat semoga atau langsung makan-makan.
 
Peringatan Nisfu Sya'ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. [[Al-Azhar]] sebagai yayasan pendidikan tertua di [[Mesir]] bahkan di seluruh dunia selalu memperingati malam yang sangat mulia ini. Hal ini karena diyakini pada malam tersebut [[Allah]] akan memberikan keputusan tentang nasib seseorang selama setahun ke depan. Keutamaan malam nisfu Sya'ban diterangkan secara jelas dalam kitab [[Ihya' Ulumuddin]] karangan Imam [[Al-Ghazali]].
Seperti halnya ada tempat mustajabah untuk berdoa. Ada pula waktu mustajabah untuk berdoa. Diantara tempat mustajabah untuk berdoa itu Multazam, yakni tempat di depan pintu ka'bah, Hijr Ismail bagian Ka'bah yang lain, dan Roudhoh di Masjid di Nabawi.
Sedang waktu yang mustajabah seperti yang disebutkan oleh Imam Syafi'i diantaranya ada pada 5 malam : malam jum'at, malam idul fitri, malam idul adha, malam pertama bulan rajab, dan malam nisyfu Sya'ban.
 
Keutamaan malam nisfu Sya’ban diterangkan secara jelas dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali .
Di malam Nisyfu Sya'ban itu juga terjadi 2 peristiwa penting.
Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi)
Saat kerasulan Nabi SAW masih diragukan oleh kaum Yahudi, mereka menantang agar menunjukkan mu'jizat kenabian seperti halnya yang dilakukan oleh Nabi Musa AS yang membelah laut.
Nabi SAW kemudian berujar, kalau mu'jizat aku keluarkan, apakah engkau akan beriman ?
"Ya, kami akan beriman", jawab mereka.
Rasul SAW kemudian membelah bulan. Di atas Jabal (=gunung) Abi Qubais, Bulan purnamapun terbelah menjadi 2. [Jabal Abi Qubais kini, oleh Raja Saudi dibuat menjadi hotel untuk menerima tamu kerajaan yang hendak berhaji atau umroh].
 
Berkenaan dengan malam Nisfu (pertengahan) Sya'ban ada beberapa permasalahan yang patut diketahui: Tentang keutamaan malam ini, terdapat beberapa hadis yang menurut sebagian ulama sahih. Diantaranya hadis A'isyah: "Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi) Menurut perawinya hadis ini mursal (ada rawi yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.
Bulan sudah terbelah, tapi mereka ingkar. Mereka menganggap itu hanya sihir belaka. Sampai ada rombongan kafilah yang datang dari luar kota Mekkah yang menjadi saksi terbelahnya bulan itu. Mereka juga tetap ingkar. Kepada Nabinya Allah saja mereka bisa mengingkari perjanjian, lalu bagaimana pula bila mereka itu membuat perjanjian dengan kita yang manusia biasa ini ??
 
Dalam hadis Ali, Rasulullah bersabda: "Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).
Jadi, bulan purnama yang sekarang ini, adalah bulan purnama yang dibelah Nabi tepat nisfu Sya'ban seperti malam ini.
 
Ulama berpendapat bahwa hadis lemah dapat digunakan untuk Fadlail A'mal (keutamaan amal). Walaupun hadis-hadis tersebut tidak sahih, namun melihat dari hadis-hadis lain yang menunjukkan kautamaan bulan Sya'ban, dapat diambil kesimpulan bahwa malam Nisfu Sya'ban jelas mempunyai keuatamana dibandingkan dengan malam-malam lainnya.
Peristiwa penting lainnya adalah dirubahnya arah kiblat, yakni arah kaum muslimin sholat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. Ke Ka'bah di Makkah.
Rasulullah SAW di hari-hari itu selalu memandang langit. Menunggu-nunggu wahyu. Betapa Nabi SAW jadi masygul sebab sahabat-sahabatnya selalu dicemooh oleh orang-orang Yahudi kala itu. "Itulah bukti, bahwa Muhammad meniru-niru kami. Beribadahnya saja menghadap ke arah tempat kami beribadah," cemooh mereka.
 
Bagaimana merayakan malam Nisfu Sya'ban? Adalah dengan memperbanyak ibadah dan salat malam dan dengan puasa, namun sebagaimana yang dilakukan Rasulullah, yaitu dengan secara sendiri-sendiri. Adapun meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan berlebih-lebihan seperti dengan salat malam berjamaah, Rasulullah tidak pernah melakukannya. Sebagian umat Islam juga mengenang malam ini sebagai malam diubahnya kiblat dari masjidil Aqsa ke arah Ka'bah.
Kemudian, Allah menurunkan wahyu berupa perintah agar arah kiblatnya lurus ke arah Ka'bah. Kiblat seawalnya.
Rasul SAW sungguh bergembira. Tempat dimana nabi merubah arah kiblat itu, sekarang dapat dilihat di kota Madinah di Masjid Qiblatain (= masjid 2 kiblat).
 
Jadi sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, salat, zikir membaca al-Qur'an, berdo'a dan amal-amal salih lainnya.
Bulan Sya'ban disebut juga sebagai bulan Nabi, karena di bulan Sya'ban inilah ayat berisi anjuran bersholawat kepada nabi diturunkan.
"Innalloha wa malaikatahu yusholluunaa alan nabiy.. Ya ayyuhal ladzinaa amanu, shollu alaihi wasallimu taslima".
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi (Muhammad). Hai orang yang beriman (umat Islam), ber-Shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya.
 
diamalkan ya....
Pernah suatu ketika, seorang alim di Makkah ditanyakan kepadanya. "Katanya Allah itu selalu dalam urusan. Jadi, sekarang ini Allah lagi ngapain ?"
 
{{islam-stub}}
Beliau menjawab, bukankah sudah jelas di surat Al Ahzab, disebutkan : "Innalloha wa malaikatahu yusholluunaa alan nabiy.. Ya ayyuhal ladzinaa amanu, shollu alaihi wasallimu taslima".
Kata "yusholluunaa" itu menggunakan fi'il mudhori' (=present tense), yang artinya sedang melakukan.
Maka, selain berurusan yang lain-lain, Allah selalu bersholawat kepada Nabi SAW.
 
[[Kategori:Budaya Islam]]
Jadi, bila kita sedang bersholawat kepada Baginda Nabi SAW, Allah dan malaikatnya membarengi kita ataukah kita yang membarengi Allah dan malaikatnya bersholawat ?
 
Allohumma sholli wasallim wabarik ala sayyidina wa maulana Muhammad....
 
 
qwang shan - mbahngil
malam Nisfu Sya'ban 21.50 WIB
Bulan bulat bundar terang benderang, dan kemudian hujan....