Panglima Polem IX: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Sarwo90 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Panglima Polèm II.jpg|jmpl|150px|Panglima Polem Muhammad Daud]]
 
'''Panglima Polem''' bernama lengkap '''Teuku Panglima Polem Sri Muda Setia Perkasa Muhammad Daud''' adalah salah seorang pejuang kemerdekaan [[Republik Indonesia]] yang berasal dari [[Aceh]]. Sampai saat ini belum ditemukan keterangan yang jelas mengenai tanggal dan tahun kelahiran Panglima Polem, yang jelas ia berasal dari keturunan kaum bangsawan Aceh. Ayahnya bernama Panglima Polem VIII Raja Kuala anak dari Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin yang juga terkenal dengan Cut Banta (Panglima Polem VII ([[1845]]-[[1879]]). Mahmud Arifin merupakan Panglima Sagoe XXII [[Mukim (Aceh)|Mukim]] [[Aceh Besar]].<ref name="polem">[http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=2293&Itemid=362 Panglima Polem di situs NAD]</ref>
 
== Biografi ==
[[Berkas:Stammeshaus met Polim.jpg|jmpl|175px|ki|Panglima Polem bersama Stammeshaus pada tahun 1910]]
=== Diangkat sebagai Panglima ===
Setelah dewasa, Teuku Panglima Polem Muhammad Daud menikah dengan salah seorang puteri dari Tuanku Hasyim Bantamuda, tokoh Aceh yang seperjuangan dengan ayahnya. Dia diangkat sebagai Panglima Polem IX pada bulan Januari [[1891]] untuk menggantikan ayahnya Panglima Polem Raja Kuala yang telah wafat. Setelah pengangkatannya sebagai Panglima dia kemudian mempunyaimewarisi nama lengkapgelar '''Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa MuhammadWazirul Daud'Azmi''.<ref name="polem"/>
 
Dalam perjuangannya Panglima Polem Muhammad Daud juga memperoleh dukungan dari para ulama Aceh. Sebagai pendukung utama, Teungku Muhammad Amin dan Teungku Beb, yang kemudian diangkat menjadi panglima besar.<ref name="polem"/>
Baris 29:
 
=== Berdamai Dengan Belanda ===
Menerima berita ancaman itu, pada tanggal [[10 Januari]] [[1903]] Sultan Muhammad Daud Syah terpaksa berdamai dengan Belanda. Pemerintah [[Hindia Belanda]] mengasingkannya ke [[Pulau Ambon|Ambon]] dan terakhir dipindahkan ke [[Batavia]] sampai Sultan wafat pada tanggal [[6 Februari]] [[1939]]. Hal ini menyebabkan Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud secara terpaksa juga berdamai dengan Belanda pada tanggal [[7 September]] [[1903]].<ref name="polem"/> Selanjutnya Panglima Polem tetap diakui oleh Belanda sebagai Panglima Sagoe XXII Mukim.
 
== Referensi ==