Oerip Soemohardjo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jasintacantik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Infobox military person
[[Berkas:Oerip.jpg|right|thumb|O. Soemahardjo]]
| honorific_prefix =
| name = Oerip Soemohardjo
| honorific_suffix =
| native_name =
| native_name_lang =
| image = Oerip.jpg
| alt =
| caption = Jenderal Oerip
| birth_date = {{birth date|df=yes|1893|02|22}}
| death_date = {{death date and age|df=yes|1948|11|17|1893|02|22}}
| birth_place = {{flagicon|Hindia Belanda}} [[Purworejo]], [[Hindia Belanda]]
| death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Yogyakarta]], [[Indonesia]]
| placeofburial = [[TMP Kusuma Negara]]
| placeofburial_label =
| placeofburial_coordinates = {{coord|7|48|9.88|S|110|23|2.11|E|region:ID|display=inline,title}}
| nickname =
| birth_name = Mohammad Sidik
| allegiance =
{{plainlist |
* {{flag|Hindia Belanda}} <small>(1914–1939, 1942)</small>
* {{flag|Indonesia}} <small>(1945–1948)</small>
}}
| branch =
| serviceyears = 1914–39, 1942, 1945–48
| rank=
{{plainlist |
* Letnan Jenderal
* Jenderal <small>(anumerta)</small>
}}
| servicenumber =
| unit =
| commands =
| battles = [[Perang Kemerdekaan Indonesia]]
| battles_label =
| awards = [[Pahlawan Nasional]]
| relations =
| laterwork =
| signature =
| website = <!-- {{URL|example.com}} -->
}}
 
[[Berkas:Patung urip.jpg|right|thumb|Patung Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo]]
 
Baris 7 ⟶ 48:
 
Namanya kini digunakan sebagai nama salah satu jalan besar di kota Yogyakarta, sebagai bentuk penghormatan bagi beliau.
Ketika Pemerintahan Indonesia baru berdiri, Presiden SoekarnoSukarno mendirikan BKR sebagai pennegakpenegak hankam, bukan suatu tentara militer, Letjen Oerip Soemohardjo pun terheranheran dan berkata :, "Anehaneh, satu negara Zonder''zonder'' tentara." sebagai bentuk keheranannya
 
==Biografi==
 
Lahir di Purworejo, 22 Februari 1893. Dengan pangkat Letnanletnan Duadua KNIL, ia menjalani dinasnya di Kalimantan selama 7 tahun.
 
Sebagai perwira, ia dinilai cukup berhasil terutama dalam tugas-tugas patroli. Ia satu-satunya orang Indonesia yang mencapai pangkat mayor dalam KNIL, namun ia tidak menyetujui semua tindakan pemerintah jajahan seperti diskriminasi. Di Banjarmasin, ia memprotes peraturan yang melarang pewira Indonesia memasuki kamar bola. Di Balikpapan, Oerip pun menantangmenentang peraturan yang melarang orang-orang Indonesia naik kereta api milik BPM.
 
Tanggal 31 Agustus 1938 di Purworejo dilangsungkan upacara ulang tahun Ratu Wilhelmina. Oerip diangkat sebagai ketua panitia. Salah seorang undangan yakni Bupati Purworejo datang terlambat. Ia melarang Bupati memasuki tempat upacara. Kasus tersebut dilaporkan kepada Departemen Perang, ternyata Oerip disalahkan. Kemudian ia dipindahkan ke Gombong, karena merasa tidak bersalah, denganmelalui perantaraan telpontelepon ia minta berhenti dari dinas militer.
 
Setelah PD II, pemerintah Hindia Belanda mengumumkan mobilisasi. Ia mendaftarkan kembali dan disserahi tugas memimpin depo Cimahi. Tahun 1942 semua tentara Belanda ditawan Jepang, termasuk Oerip. Setelah Oerip dibebaskan, Jepang menawarkan jabatan sebagai komandan polisi namun ia menolaknya.
Baris 23 ⟶ 64:
Selanjutnya Oerip mengumpulkan teman-temannya bekas KNIL untuk bersama-sama membuat atau mengeluarkan pernyataan tidak terikat lagi dalam dinas KNIL. Pernyataan itu ditandatangani 13 orang.
 
Tanggal 15 Oktober ia diangkat menjadi Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letjenletnan jenderal. Tugas yang dihadapi cukup berat, yaitu jumlah tentara yang cukup banyak sedangkanserta organisasinya belum teratur.
 
Dalam keadaan demikian, TKR masih belum mempunyai pimpinan tertinggi yang bertanggungjawab secara penuh. Untuk mengatasi hal itu, pada bulan November 1945, ia mengundang para komandan divisi ke Yogyakarta untuk mengadakan rapat. Acara tunggal ialah memilih seorang panglima TKR. Tokoh yang terpilih ialah Kolonel Soedirman, Komandankomandan Divisi V Banyumas.
 
Peristiwa ini merupakan hal yang unik dalam sejarah perkembangan TNI, yaitu panglimanya tidak diangkat oleh pemerintah namun dipilih oleh anggautaanggota-anggautanyaanggotanya sendiri.
 
Ini memperlihatkan pula bahwa pemerintah pada masa itu kurang menaruh perhatian terhadap pembinaan tentara . Hal ini sangat disesalkan oleh Oerip. Satu bulan kemudian, Pemerintahpemerintah baru menyetujui dan tanggal 18 Desember 1945 Kol. Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderaljenderal. Oerip tetap sebagai Kepala Staf Umum dengan pangkat Letjenletnan jenderal.
 
Untuk penyempurnaan lebih lanjut dibentuk Panitia Besar Reorganisasi Tentara. Oerip duduk sebagai anggauta. Di sini buah pikirannya banyak dipakai. Hasil kerja panitia itu disetujui pemerintah, untuk kedua kalinya pada tanggal 20 Mei 1946 Letjen Oerip dikukuhkan sebagai Kepala Staf Umum TRI.
 
Hubungan antara TRI dengan Laskarlaskar-laskar ini tidak selalu berjalan lancar. Seringkali terjadi persaingan antara keduanya dan tentu saja keadaan itu merugikan perjuangan. Banyak komandan divisi tidak bersedia menyerahkan kekuasaan kepada penggantinya seperti yang sudah ditetapkan oleh Panitia Besar Reorganisasi. Hal itu cukup memusingkan Oerip.
 
Oerip menentang kebijakan pemerintah yang dianggap terlalu menilai rendah Angkatan Perangnya sendiri. ia mengundurkan diri dari jabatan Kepala Staf Angkatan Perang dan dinas militer. Namun pemerintah masih mengangkatnya sebagai Penasehatpenasehat Militermiliter Presidenpresiden.
 
Apa yang sejak semula diduga dan dicoba Oerip dan Soedirman untuk mencegahnya, akhirnya terjadi pula. Tanggal 18 September 1948 PKI melancarkan pemberontakan di Madiun. Angkatan perang terpecah. Sebagian berpihak kepada pemberontak, sebagian lagi tetap setia kepada Pemerintah. Oerip tidak dapat berbuat apa-apa. Ia harus istirahat di rumah sakit, kemudian meninggal dunia, Sebagai pengahargaan atas jasa-jasanya, pemerintah RI menganugerahinya gelar Pahlawan Kemerdekaan.