Hussein Jayadiningrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Addbot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q12485983
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
 
Disertasi Husein telah membuka jalan bagi penelitian tentang historiografi [[Indonesia]] sehingga ia pun dikenal pula sebagai “''bapak metodologi penelitian sejarah Indonesia''”. Dialah orang Indonesia pertama yang memperoleh gelar [[doktor]] dan [[guru besar]] pribumi yang pertama di Indonesia.
Ia juga dikenal sebagai ahli keislaman yang terkenal pada masanya. [[Gambar:COLLECTIE TROPENMUSEUM Professoren der Rechts Hogeschool in Batavia TMnr 60012567.jpg|thumb|right|300px|''Husein Jayadiningrat (duduk paling kiri) bersama-sama dengan para profesor di [[Rechtshoogeschool, te Batavia]] (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta)'']]
 
==Riwayat Hidup==
Husein lulus tahun 1899 dari HBS, kemudian meneruskan studinya di Universitas Kerajaan di [[Leiden]] selama lima tahun (1905-1910). Selama satu tahun(sejak Mei 1914 sampai April 1915) ia tinggal di [[Aceh]] untuk belajar bahasa Aceh dalam rangka mempersiapkan kamus bahasa Aceh. Pada akhirnya kamus tersebut selesai digarap dengan bantuan [[Teuku Mohammad Nurdin]], [[Abu Bakar Aceh]], dan [[Dr. Hazeu|Hazeu]] dengan judul ''Atjeh-Nederlandsch Woordenboek'' (1934). Pada tahun 1919 Husein menjadi pembina surat kabar bulanan Sekar Roekoen yang berbahsa Sunda yang diterbitkan oleh [[Perkoempoelan Sekar Roekoen]]. Selain itu ia pun menerbitkan Pusaka Sunda, majalah berbahasa Sunda yang membahas tentang kebudayaan [[Sunda]]. Pada tahun yang sama ia juga mendirikan Java Instituut dan sejak tahun 1921 menjadi redaktur majalah Djawa yang diterbitkan oleh lembaga tersebut bersama sama dengan Raden Ngabehi Purbacaraka (Poerbatjaraka).
 
Tahun 1924 ia diangkat diangkat menjadi gurubesar di ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta) dan memberikan kuliah tentang Hukum Islam, bahasa Jawa, Melayu, dan Sunda. Tahun 1935 dan 1941 diangkat menjadi anggota Dewan Hindia. Bertahun-tahun pernah menjadi konservator [[naskah]] ([[manuskrip]]) di ''Bataviaasch Genootschap can Kunsten en Wetenschappen'' (Perkmpulan Masyarakat Pencinta Seni dan Ilmu Pengetahuan). Pada mulanya sebagai anggota diréksi, kemuadian dari tahun 1936 menjadi ketuanya.
 
Tahun 1940 ia menjabat sebagai Direktur Pengajaran Agama. Pada jaman Jepang menjadi Kepala Departemen Urusan Agama. Tahun 1948 diangkat menjadi Mentri Pengajaran, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan pada masa pemerintahan presiden [[Sukarno]]. Tahun 1952 menjadi gurubesar Fakultas Sastra [[Universitas Indonesia]]. Tahun 1957 menjadi pemimpin umum Lembaga Bahasa dan Budaya (LBB), merangkap sebagai anggota Komisi Istilah di lembaga tersebut.