Wikipedia:Warung Kopi (Semua): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Den Mazze (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Farras (bicara | kontrib)
Baris 62:
 
''Pada awal pemerintahannya, [[Pakubuwana XII]] dinilai gagal mengambil peran penting dan memanfaatkan situasi politik Republik Indonesia. Bahkan, muncul rumor bahwa para bangsawan Surakarta sejak dahulu merupakan sekutu pemerintah Belanda, sehingga rakyat merasa tidak percaya dan memberontak terhadap kekuasaan Kasunanan, padahal fitnah itu '''amat sangat tidak benar dan keliru'''. Karena seperti diketahui, para raja-raja Kasunanan terdahulu merupakan salah satu penentang pemerintah penjajah yang paling utama. Demikian '''pendapat pendukung pembentukan kembali DIS, tanpa disertai rujukan yang jelas'''. Fakta yang sebenarnya kedua raja surakarta tersebut '''BERKHIANAT'''. Dalam buku seri Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia yang ditulis oleh Alm. Jend Besar Purn AH Nasution ditemukan bahwa '''raja-raja Surakarta membelot dan mengkhianati''' Indonesia saat terjadi Agresi Militer II tahun 1948-1949. Bahkan pihak TNI sudah menyiapkan '''Kolonel [[Djatikoesoemo]] putra Paku Buwono X''' (KSAD pertama) untuk diangkat menjadi Susuhunan yang baru dan '''Letkol Suryo Sularso''' untuk diangkat menjadi Mangku Negara yang baru. Namun rakyat dan tentara semakin menginginkan menghapuskan monarki sama sekali. Akhirnya mayor Akhmadi, penguasa militer kota Surakarta, hanya diberi tugas untuk langsung berhubungan dengan istana-istana monarki Surakarta. Kedua raja diminta untuk secara tegas memihak Republik. Jika raja-raja tersebut menolak agar diambil tindakan sesuai dengan '''Instruksi Non Koperasi'''<ref>Silakan lihat buku: Nasution, Abdul Haris. (1996) ''Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: perang gerilya semesta ii.'' Jilid 10 Cet 8. Bandung: Disjarah Angkatan Darat dan Penerbit Angkasa; dan Soedarisman Poerwokoesoemo. (1984) ''Daerah Istimewa Yogyakarta.'' Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.</ref>''
 
 
{{reflist}}
 
1. Silakan lihat buku: Nasution, Abdul Haris. (1996) ''Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: perang gerilya semesta ii.'' Jilid 10 Cet 8. Bandung: Disjarah Angkatan Darat dan Penerbit Angkasa; dan Soedarisman Poerwokoesoemo. (1984) ''Daerah Istimewa Yogyakarta.'' Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
:Hmm, setelah menelusuri riwayat suntingannya saya pikir justru masalahnya terletak pada model tulisan Anda, bung [[Pengguna:Den Mazze|Den Mazze]]. Meski referensi validnya setinggi gunung, kalau [[Wikipedia:Sudut_pandang_netral#Perkenalan|gaya bahasanya tidak netral/normal]] (penebalan di sana-sini & kapitalisasi kata yang seolah-olah ingin sekali [[Wikipedia:Sudut_pandang_netral#Sebuah_contoh|menekankan suatu hal]]), Wikipedia terkesan berat sebelah. Biasa saja seperti [[Kasunanan_Surakarta#Masa_Perjuangan_Kemerdekaan|subbagian lain di artikelnya]]. {{8)}} Saya coba perbaiki revisi Anda:
 
:''<nama> menilai bahwa pada awal pemerintahannya, [[Pakubuwana XII]] gagal mengambil peran penting dan memanfaatkan situasi politik Republik Indonesia. Bahkan muncul rumor bahwa para bangsawan Surakarta sejak dahulu merupakan sekutu pemerintah Belanda, sehingga rakyat merasa tidak percaya dan memberontak terhadap kekuasaan Kasunanan.<kalau bisa di sini ada referensinya> Menurut <nama>, rumor tersebut adalah fitnah karena raja-raja Kasunanan terdahulu merupakan salah satu penentang pemerintah penjajah yang paling utama. Dalam buku seri Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jenderal [[Abdul Haris Nasution]] menulis bahwa raja-raja Surakarta membelot dan mengkhianati Indonesia saat terjadi [[Agresi Militer Belanda II]] tahun 1948-1949. Bahkan pihak TNI sudah menyiapkan Kolonel [[Djatikoesoemo]] (KSAD pertama), putra [[Paku Buwono X]], untuk diangkat menjadi Susuhunan yang baru dan Letkol [[Suryo Sularso]] untuk diangkat menjadi Mangku Negara yang baru. Namun rakyat dan tentara semakin ingin menghapuskan monarki sama sekali. Akhirnya Mayor Akhmadi, penguasa militer kota Surakarta, hanya diberi tugas untuk langsung berhubungan dengan istana-istana monarki Surakarta. Kedua raja diminta untuk secara tegas memihak Republik. Jika raja-raja tersebut menolak, akan diambil tindakan sesuai Instruksi Non Koperasi<ref>Silakan lihat buku: Nasution, Abdul Haris. (1996) ''Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: perang gerilya semesta ii.'' Jilid 10 Cet 8. Bandung: Disjarah Angkatan Darat dan Penerbit Angkasa; dan Soedarisman Poerwokoesoemo. (1984) ''Daerah Istimewa Yogyakarta.'' Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.</ref>''
 
:Kalau seperti ini kan enak. Pembaca bisa tahu menurut si A begini, menurut si B begini, tanpa perlu disuap bahwa '''ini lho yang benar'''. Seperti kasus serangan 11 September, karena hanya Tuhan dan pemerintah Amerika Serikat yang tahu versi mana yang benar, Wikipedia menyediakan halaman khusus [[:en:September 11 attacks|informasi resmi]] dan [[:en:9/11 conspiracy theories|informasi yang ditelaah publik]]. Dari situ terserah pembaca dan Wikipedia pun berhasil menyediakan informasi dari kedua belah pihak tanpa berat ke satu sisi. Terima kasih atas pengertiannya. {{smile}} Mungkin Wikipediawan lain ada pendapat berbeda? — [[Pengguna:Farras|Farras]]<sup>[[Pembicaraan_pengguna:Farras|La Poste]]</sup> 24 April 2013 17.45 (UTC)