Sigit Harjojudanto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jasintacantik (bicara | kontrib)
Jasintacantik (bicara | kontrib)
Baris 28:
Sigit Harjojudanto mulai mendirikan klub sepakbola [[Arseto]] pada tahun 1978. Sigit Harjojudanto kemudian menjadi Ketua Harian Liga Sepak Bola Utama (Galatama), Kepala Proyek [[PSSI]], dan Ketua I PB PSSI. Seksi Olah Raga (SIWO) PWI Jaya kemudian memilihnya sebagai Pembina Olah Raga Terbaik 1983, karena dinilai berjasa dalam pembinaan sepak bola di Indonesia. Sigit juga merintis PSSI Garuda terdiri dari 30 pemain hasil pengamatan dari turnamen sepak bola delapan klub di Yogyakarta ia bawa ke Jakarta. Dari 20 terbaik, mereka bukan saja dilatih secara baik, tetapi juga dibiayai sekolahnya. Hasilnya, PSSI Garuda meraih posisi kedua perebutan Piala Raja 1983 di Thailand. Sigit memimpin kesebelasan Indonesia pada pertandingan pra-Olimpiade Grup III AsiawOceania di [[Singapura]], Oktober 1983. Sigit berhasil mengantar PSSI Garuda yang tampil dalam babak kualifikasi grup I Piala Asia ke-8 di Stadion Utama Senayan, Jakarta, berhasil menang 2-1 atas [[Thailand]].
 
Sigit Harjojudanto sebagai seorang pengusaha sering dituding memanfaatkan kekuasaan ayahnya yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI. Sigit diperkirakan Forbes memiliki kekayaan mencapai Rp. 4,5 Triliun. Sigit memiliki lebih dari 40 perusahaan. Dengan bendera Grup Arseto, gerak usahanya merambah bidang perkebunan, kimia, pertambangan, hotel, dan penerbangan. Ketika muncul kasus emas Busang, Sigit digandeng Bre-X Mineral sebagai konsultan PT. Panutan miliknya. Melawan [[Siti Hardiyanti Rukmana]] dengan Barrick Gold Corp dalam perebutan Busang. Ternyata diketahui kandungan Busang tidak seperti yang dilaporkan Bre-X. Sigit juga tercatat pmengusai perdagangan bahan bakar premix bersama adiknya, Hutomo Mandala Putra. Sedangkan di sektor perbankan ia merupakan salah satu pemilik saham [[Bank BCA]], Bank Tugu dan Bank Utama. Sigit juga tercatat sebagai pemilik Nusamba, sebuah grup usaha, bersama Bob Hasan. Salah satu proyek kontroversial Sigit Harjujudanto adalah dengan Vanderhorst dalam proyek-proyek energi raksasa di Indonesia bernilai sekitar 100 Juta Dollar AS, atau 140 Juta Dollar Singapura. Termasuk 20 Juta Dollar AS nilai proyek pembangunan Depo Balaraja Tangerang, sedangkan 56 juta Dollar AS adalah proyek pipanisasi Depo Balaraja. Sedangkan sisanya diduga biaya konsultasi yang tidak jelas.
 
==Catatan kaki==