Kesunanan Surakarta Hadiningrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Den Mazze (bicara | kontrib)
Den Mazze (bicara | kontrib)
Baris 111:
 
[[Berkas:Pakubuwono XIII disalami KGPHPA Tejowulan.jpg|right|thumb|[[Pangeran Tejowulan|KGPHPA Tejowulan]] mencium tangan kakaknya, SISKS [[Pakubuwana XIII]], sesaat sebelum prosesi Kirab Tingalandalem Jumenengan, [[17]] [[Juni]] [[2012]].]]
Pada awal pemerintahannya, [[Pakubuwana XII]] dinilai gagal mengambil peran penting dan memanfaatkan situasi politik Republik Indonesia. Bahkan, muncul rumor bahwa para bangsawan Surakarta sejak dahulu merupakan sekutu pemerintah Belanda, sehingga rakyat merasa tidak percaya dan memberontak terhadap kekuasaan Kasunanan, padahal fitnah itu '''amat sangat tidak benar dan keliru'''. Karena seperti diketahui, para raja-raja Kasunanan terdahulu merupakan salah satu penentang pemerintah penjajah yang paling utama. Demikian '''pendapat pendukung pembentukan kembali DIS, tanpa disertai rujukan yang jelas'''. Fakta yang sebenarnya kedua raja surakarta tersebut '''BERKHIANAT'''. Dalam buku seri Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia yang ditulis oleh Alm. Jend Besar Purn AH Nasution ditemukan bahwa '''raja-raja Surakarta membelot dan mengkhianati''' Indonesia saat terjadi Agresi Militer II tahun 1948-1949. Bahkan pihak TNI sudah menyiapkan '''Kolonel [[Djatikoesoemo]] putra Paku Buwono X''' (KSAD pertama) untuk diangkat menjadi Susuhunan yang baru dan '''Letkol Suryo Sularso''' untuk diangkat menjadi Mangku Negara yang baru. Namun rakyat dan tentara semakin menginginkan menghapuskan monarki sama sekali. Akhirnya mayor Akhmadi, penguasa militer kota Surakarta, hanya diberi tugas untuk langsung berhubungan dengan istana-istana monarki Surakarta. Kedua raja diminta untuk secara tegas memihak Republik. Jika raja-raja tersebut menolak agar diambil tindakan sesuai dengan '''Instruksi Non Koperasi'''<ref>Silakan lihat buku: Nasution, Abdul Haris. (1996) ''Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: perang gerilya semesta ii.'' Jilid 10 Cet 8. Bandung: Disjarah Angkatan Darat dan Penerbit Angkasa; dan Soedarisman Poerwokoesoemo. (1984) ''Daerah Istimewa Yogyakarta.'' Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.</ref>
 
 
Meskipun gagal secara politik, namun Pakubuwana XII tetap menjadi figur pelindung kebudayaan Jawa. Pada zaman [[reformasi]], para tokoh nasional, misalnya [[Gus Dur]], tetap menghormatinya sebagai salah satu sesepuh tanah [[Jawa]]. Pakubuwana XII wafat pada tanggal 11 Juni [[2004]], dan masa pemerintahannya merupakan yang terlama diantara para raja-raja Kasunanan terdahulu, yaitu sejak tahun [[1945]]-[[2004]].