Film suara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k r2.7.2+) (bot Menambah: ast, ca, cs, da, de, es, fa, fr, hi, hr, it, ja, ko, ms, nl, ro, sh, simple, sr, sv, zh
Midori (bicara | kontrib)
Baris 19:
 
Inovator sinema berusaha mengatasi masalah dasar sinkronisasi dengan berbagai cara. Film-film mulai banyak mengandalkan [[rekaman gramofon]] yang dikenal sebagai teknologi suara pada pelat. Pelat rekaman suaranya sendiri sering disebut "piringan Berliner" karena salah satu penemu utama dalam bidang ini adalah orang Amerika-Jerman bernama [[Emile Berliner]]. Pada tahun 1902, [[Léon Gaumont]] mendemonstrasikan sistem suara pada pelat Chronophone yang memakai rangkaian listrik yang baru saja dipatenkan olehnya di hadapan [[Société française de photographie|Ikatan Fotografi Perancis]].<ref>Barnier (2002), p. 29.</ref> Empat tahun kemudian, Gaumont memperkenalkan Elgéphone, sebuah sistem penguat udara mampat berdasarkan Auxetophone yang dikembangkan oleh penemu Inggris Horace Short dan Charles Parsons.<ref>Altman (2005), p. 158. "''If there was a drawback to the Elgéphone, it was apparently not a lack of volume''". Dan Gilmore menjelaskan teknologi sebelumnya dalam esai tahun 2004 di [http://www.angelfire.com/nc3/talkingmachines/auxetophone.html "What's Louder than Loud? The Auxetophone"]: "Was the Auxetophone loud? It was painfully loud." Laporan terinci mengenai ketidaknyamanan yang disebabkan Auxetophone, lihat [http://www.aqpl43.dsl.pipex.com/MUSEUM/COMMS/auxetophone/auxetoph.htm The Auxetophone and Other Compressed-Air Gramophones].</ref> Meskipun diperkirakan bakal sukses besar, inovasi suara dari Gaumont hanya mencapai kesuksesan komersial terbatas. Setelah melalui perbaikan, sistem Faumon masih tidak dapat mengatasi tiga masalah dasar pada film bersuara dan harganya juga mahal. Selama beberapa tahun, Cameraphone ciptaan penemu Amerika Serikat E.E. Norton adalah pesaing utama untuk sistem Gaumont (penjelasan mengenai Cameraphone berbeda menurut sumbernya, sebagian menyebut memakai piringan, lainnya menyebut memakai silinder). Cameraphone juga akhirnya gagal karena alasan-alasan serupa yang dihadapi Chronophone.<ref name=Alt>Altman (2005), pp. 158–65; Altman (1995).</ref>
 
Pada tahun 1913, Edison memperkenalkan sebuah alat baru untuk sinkronisasi suara yang berbasis silinder yang diberi nama seperti penemuannya pada tahun 1895, yakni Kinetofon. Tidak seperti lemari Kinetoskop yang memperlihatkan film untuk penonton perseorangan, Kinetofon yang telah disempurnakan itu memproyeksikan film di layar. Sebuah fonograf dihubungkan dengan pengaturan katrol yang rumit ke proyektor film, sehingga memungkinkan dilakukannya sinkronisasi di bawah kondisi ideal. Kondisi di lapangan ternyata jauh dari ideal, dan Kinetofon model baru dipensiunkan setelah lebih dari setahun.<ref>Gomery (1985), pp. 54–55.</ref> Pada pertengahan dekade 1910-an, minat terhadap pertunjukan film komersial bersuara telah surut.<ref name=Alt/> Mulai tahun 1914, film ''[[The Photo-Drama of Creation]]'' yang mempromosikan konsepsi penciptaan manusia menurut [[Saksi-Saksi Yehuwa]] diputar di seluruh Amerika Serikat. Gambar proyeksi sepanjang delapan jam yang terdiri dari slide dan ceramah disinkronisasikan dengan ceramah yang direkam terpisah dan permainan musik dari fonograf.<ref>Lindvall (2007), pp. 118–25; Carey (1999), pp. 322–23.</ref>
 
Sementara itu, inovasi terus berlangsung di bidang lain. Pada tahun 1907, penemu kelahiran Perancis berbasis di London [[Eugene Augustin Lauste|Eugene Lauste]] yang bekerja untuk laboratorium Edison antara 1886–1892 mendapatkan paten pertama untuk teknologi [[suara pada film]]. Penemuannya mengubah suara menjadi gelombang cahaya yang direkam secara fotografis di atas [[seluloid]]. Seperti dijelaskan oleh sejawaran Scott Eyman,
<blockquote>
"Penemuannya merupakan sistem ganda, suara dijadikan bagian berbeda dari film pada film yang sama.... Pada intinya, suara ditangkap oleh mikrofon dan diterjemahkan menjadi gelombang cahaya melalui sebuah katup cahaya yang berupa sebuah pita tipis dari logam sensitif melalui celah kecil. Suara yang mencapai pita ini akan diubah menjadi cahaya oleh getaran diafragma, memfokuskan gelombang cahaya yang dihasilkan melalui celah, lalu gelombang cahaya itu difoto pada bagian lain dari film, pada sebuah jalur yang lebarnya kira-kira sepersepuluh inci."<ref>Eyman (1997), pp. 30–31.</ref>
</blockquote>
 
Meskipun teknologi suara pada film akhirnya menjadi standar universal untuk suara bioskop tersinkronisasi, Lauste tidak pernah berhasil memanfaatkan penemuannya yang praktis menemui jalan buntu. Pada tahun 1914, penemu Finlandia [[Eric Tigerstedt]] memperoleh paten Jerman nomor 309,536 untuk penemuan suara pada film. Pada tahun yang sama, Tigerstedt mempertunjukkan yang dibuat dengan proses hasil penemuannya di hadapan para ilmuwan di Berlin.<ref>{{cite web|author=Sipilä, Kari|url=http://www.finland.cn/Public/default.aspx?contentid=99637|title=A Country That Innovates|publisher=Ministry for Foreign Affairs of Finland|date=April 2004|accessdate=2009-12-08}} {{cite web|author=|url=http://www.filmsoundsweden.se/backspegel/tigerstedt.html|title=Eric Tigerstedt|publisher=Film Sound Sweden|date=|accessdate=2009-12-08}} Lihat pula A. M. Pertti Kuusela, ''E.M.C Tigerstedt "Suomen Edison"'' (Insinööritieto Oy: 1981).</ref> Insinyur Hungaria [[Mihaly Denes]] menyampaikan konsep Projectofon berdasarkan teknologi suara pada film ke Pengadilan Paten Kerajaan Hongaria pada tahun 1918. Hak paten diperolehnya empat tahun kemudian.<ref>Bognár (2000), p. 197.</ref>
 
Baik suara yang direkam pada silinder, piringan, maupun film, teknologi yang ada waktu itu masih belum memadai untuk tujuan komersial. Selama bertahun-tahun kemudian, pimpinan studio film Hollywood tidak melihat manfaat memproduksi film bersuara.<ref>Gomery (1985), pp. 55–56.</ref>
 
== Referensi ==