Akademi Jakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nasdi herry (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Nasdi herry (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
Ketika dikukuhkan [[Gubernur DKI Jakarta]] [[Ali Sadikin]] pada tahun [[1970]], para anggota Akademi Jakarta terdiri dari [[Sutan Takdir Alisjahbana]] (budayawan dan sastrawan), [[Mohammad Said Reksohadiprodjo]] (pendidik), [[Mochtar Lubis]] (wartawan dan penulis), [[Rusli]] (pelukis), [[Asrul Sani]] (penyair dan sutradara),[[Soedjatmoko]] (Sosiolog), [[D. Djajakusuma]] (Teater), [[Affandi]] (Perupa), [[ Popo]] (Perupa). [[Sutan Takdir Alisjahbana]] wafat pada tanggal [[17 Juli]] [[1994]].
 
Pada tahun [[1980]], karena tugasnya di luar negeri, [[Soedjatmoko]] mengundurkan diri dari Akademi Jakarta dan digantikan oleh [[H. Boediardjo]] (mantan Menteri Penerangan). [[Mohammad Said]] yang meninggal pada tahun [[1981]], digantikan oleh [[Mukti Ali]] (mantan Menteri Agama). Mereka berdua dikukuhkan oleh Gubernur [[Tjokropranolo]] pada tanggal [[22 April]] [[1981]]. [[Umar Kayam]] (cendikiawan dan penulis) menggantikan Djadug Djajakusuma yang meninggal pada tahun 1987, dan beliau dikukuhkan oleh Gubernur [[Wiyogo Atmodarminto]] pada tanggal [[l6 April]] [[1988]]. [[Affandi]] yang meninggal pada tahun [[1990]], digantikan oleh [[Iravati M. Sudiarso]] (pianis kenamaan), dan dikukuhkan oleh Gubernur [[Wiyogo Atmodarminto]] pada tanggal [[22 Juni]] [[1991]]. Selain itu AK juga diberi kewenangan untuk memberikan hadiah seni kepada seniman-seniman yang berprestasi luar biasa. Hadiah seni yang pertama telah diberikan oleh Akademi Jakarta kepada seniman [[WS Rendra]] yaitu tahun [[1975]], kemudian [[Zaini]] ([[1977]]. Hadiah Seni diubah menjadi Penghargaan Akademi Jakarta, diberikan kepada Gregorius Sidharta Soegijo (2003), Nano S (2004), dan terakhirGusmiati Suid (2004), [[Retno Maruti]] ([[2005]]). [[Amir Pasaribu]] (2006), [[Raden Pandji Soejono]] (2006), [[Tenas Effendy]] (2006), [[Sutardji Calzoum Bachri]] (2007), [[Slamet Rahardjo Djarot]] (2008), [[Putu Wijaya]] (2009), [[Taufik Ismail]] (2009), [[Rahayu Supanggah]] (2011), dan tahun ini diberikan kepada [[Sapardi Djoko Damono]] (2012).
 
== Referensi ==