Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Victoriano (bicara | kontrib)
Baris 3:
'''Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus''' adalah [[cagar alam]] di Kecamatan [[Bitung Utara, Bitung|Bitung Utara]], [[Kota Bitung]], [[Sulawesi Utara]]. Cagar alam seluas sekitar 8.745 [[hektare]] ini<ref name=unep />merupakan tempat perlindungan [[monyet hitam sulawesi]] dan [[tarsius]]. Di dalam kawasan ini terdapat Taman Wisata Batuputih dan Taman Wisata Alam Batuangus. Secara geografis, cagar alam ini terletak di antara 125°3' -125°15' [[Bujur Timur|BT]] dan 1°30'-1°34' [[Lintang Utara|LU]], dan berbatasan langsung dengan [[Cagar Alam Gunung Duasudara]]. Kawasan cagar alam ini dikelola oleh [[Balai Konservasi Sumber Daya Alam]] Sulawesi Utara.
 
== Sejarah ==
in North Sulawesi, Indonesia, and the Outlook for the Future |url=http://www.earthscape.org/r3/robinson/robinson09.pdf |date= |work= |publisher= |accessdate=2009-07-10}}</ref>
[[Berkas:Batuputih beach Tangkoko Nature Reserve.JPG|thumb|left|Pantai Batuputih]]
Kehidupan satwa liar di kawasan Tangkoko sudah diketahui secara luas dan dikunjungi oleh [[Alfred Russel Wallace]] pada tahun [[1861]]. Di Tangkoko, Wallace mengumpulkan spesimen [[babirusa]] dan [[maleo]] yang waktu itu sangat mudah dijumpai. Ketika itu, pasir hitam di pantai Tangkoko merupakan tempat bersarang dan penetasan telur maleo. Akibat eksploitasi oleh penduduk setempat, koloni maleo di pantai Tangkoko tidak lagi ditemukan pada tahun 1915, dan hanya tersisa sejumlah kecil koloni di pedalaman.<ref>{{cite web |last=O' Brien |first=Timothy G. |coauthors=Margaret F. Kinnaird | title=Differential Vulnerability of Large Birds and Mammals to Hunting in North Sulawesi, Indonesia, and the Outlook for the Future |url=http://www.earthscape.org/r3/robinson/robinson09.pdf |date= |work= |publisher= |accessdate=2009-07-10}}</ref>
 
Kawasan Tangkoko pertama kali ditetapkan Pemerintah [[Hindia Belanda]] sebagai hutan lindung pada tahun [[1919]] berdasarkan GB 21/2/1919 stbl. 90, dan diperluas pada tahun [[1978]] dengan ditetapkannya [[Cagar Alam Duasudara]] (4.299 hektare) berdasarkan:Batuputih Suratbeach KeputusanT[[BerkasSejarah Menteri Pertanian No. 700/Kpts/Um/11/78.<ref name=unep>{{cite web |title= Cagar Alam Tangkoko Batuangus (Tangkoko Batuangusangkoko Nature Reserve) |url=http://sea.unep-wcmc.org/sites/pa/0240v.htm JPG|date= thumb|work= left|publisher=UNEPPantai World Conservation Monitoring Centre |accessdate=2009-07-10}}</ref>Batuputih]]
Kehidupan satwa liar di kawasan Tangkoko sudah diketahui secara luas dan dikunjungi oleh [[Alfred Russel Wallace]] pada tahun [[1861]]. Di Tangkoko, Wallace mengumpulkan spesimen [[babirusa]] dan [[maleo]] yang waktu itu sangat mudah dijumpai. Ketika itu, pasir hitam di pantai Tangkoko merupakan tempat bersarang dan penetasan telur maleo. Akibat eksploitasi oleh penduduk setempat, koloni maleo di pantai Tangkoko tidak lagi ditemukan pada tahun 1915, dan hanya tersisa sejumlah kecil koloni di pedalaman.<ref>{{cite web |last=O' Brien |first=Timothy G. |coauthors=Margaret F. Kinnaird | title=Differential Vulnerability of Large Birds and Mammals to Hunting in NorthSurat Sulawesi,Keputusan Indonesia,Menteri andPertanian theNo. Outlook700/Kpts/Um/11/78.<ref forname=unep>{{cite theweb Future|title= Cagar Alam Tangkoko Batuangus (Tangkoko Batuangus Nature Reserve) |url=http://wwwsea.earthscapeunep-wcmc.org/r3sites/robinsonpa/robinson090240v.pdfhtm |date= |work= |publisher=UNEP World Conservation Monitoring Centre |accessdate=2009-07-10}}</ref>
 
Pada [[24 Desember]] [[1981]], Surat Keputusan [[Daftar Menteri Pertanian Republik Indonesia|Menteri Pertanian]] No. 1049/Kpts/Um/12/81 menetapkan kawasan ini sebagai Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus.<ref name=tangkoko>{{cite web |title=Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus |url=http://www.ditjenphka.go.id/kawasan_file/Gn.%20Tangkoko%20Batuangus-slut.pdf |date= |work= |publisher=Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan |accessdate=2009-07-10}}</ref> Surat keputusan yang sama menetapkan kawasan seluas 615 hektare di antara Cagar Alam Tangkoko dan Kelurahan [[Batuputih, Bitung|Batuputih]]<ref name=wcsip /> sebagai Taman Wisata Batuputih,<ref name=batuputih>{{cite web |title=Taman Wisata Batuputih |url=http://www.ditjenphka.go.id/kawasan_file/TW.%20Batuputih=slut.pdf |date= |work= |publisher=Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan |accessdate=2009-07-10}}</ref><ref name=wcsip>{{cite web |title=Press Release: Lansekap Tangkoko-Duasudara |url=http://wcsip.org/content/view/59/1/lang,indonesian/ |date= |work= |publisher=Wildlife Conservation Society: Indonesia Program |accessdate=2009-07-10}}</ref> dan kawasan seluas 635 hektare di antara Cagar Alam Tangkoko dan Desa [[Pinangunian, Bitung|Pinangunian]] sebagai Taman Wisata Alam Batuangus.<ref name=wcsip />