Seni tradisional Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Seni tradisional Banjar]] adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suku Banjar.
Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu.
Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidamauanketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.
 
Kultur budaya yang berkembang di Banjarmasin sangat banyak hubungannya dengan sungai, rawa, dan danau, disampingdi samping pegunungan. Tumbuhan dan binatang yang menghuni daerah ini sangat banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan mereka. Kebutuhan hidup mereka yang mendiami wilayah ini dengan memanfaatkan alam lingkungan dengan hasil benda-benda budaya yang disesuaikan. hampir segenap kehidupan mereka serba relegiusreligius. DisampingDi samping itu, masyarakatnya juga agraris, pedagang dengan dukungan teknologi yang sebagian besar masih tradisional.
 
Ikatan kekerabatan mulai longgar dibanding dengan masa yang lalu, orientasi kehidupan kekerabatan lebih mengarah kepada intelektual dan keagamaan. Emosi keagamaan masih jelas nampaktampak pada kehidupan seluruh suku bangsa yang berada di Kalimantan Selatan.
 
Urang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya yang berkaitan dengan relegi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi, dan assimilasiasimilasi. Sehingga nampaktampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya. Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam, terutama sekali dengan pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhananketuhanan (Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, Hindu dan BudhaBuddha.
 
Seni ukir dan arsitektur tradisional Banjar nampaktampak sekali pembauran budaya, demikian pula alat rumah tangga, transporttransportasi, tari, nyanyian, dan dsbsebagainya.
 
Masyarakat Banjar telah mengenal berbagai jenis dan bentuk kesenian, baik Seni Klasik, Seni Rakyat, maupun Seni Religius Kesenian yang menjadi milik masyarakat Banjar
Baris 16:
 
=== Seni Tari ===
Seni [[Tari Banjar]] terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama "Baksa" yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, semenjak zaman hinduHindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dewasa ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami sedikit perubahan. Seni [[tari]] daerah Banjar yang terkenal misalnya :
* Tari Baksa Kembang, dalam penyambutan tamu agung.
* Tari Baksa Panah
Baris 80:
# [[Rumah Cacak Burung]] ([[Rumah Anjung Surung]]), kediaman rakyat biasa
# [[Rumah Tadah Alas]]
# [[Rumah Lanting]], rumah diatasdi atas air
# [[Rumah Joglo Gudang]]
# [[Rumah Bangun Gudang]]
Baris 86:
=== [[Jukung Banjar]] ===
[[Berkas:Miniatur Jukung Gundul.JPG|thumb|200px|Miniatur jukung gundul suku Banjar]]
[[Erik Petersen]] telah mengadakan penelitian tentang jukung Banjar dalam bukunya ''Jukungs Boat From The Barito Basin, Borneo''. Jukung adalah transportasi khas [[Kalimantan]]. Ciri khasnya terletak pada teknik pembuatannya yang mempertahankan sistem pembakaran pada rongga batang kayu bulat yang akan dibuat menjadi jukung. Jenis Jukung :
# [[Jukung Sudur]] (rangkaan)
## [[Jukung Sudur Biasa]]
Baris 147:
==== Status Sosial dan Sistem Mata Pencaharian Pamadihinan ====
 
Madihin dituturkan sebagai hiburan rakyat untuk memeriahkan malam hiburan rakyat (bahasa Banjar [[Bakarasmin)]] yang digelar dalam rangka memperintaimemperingati hari-hari besar kenegaraan, kedaerahan, keagamaan, kampanye partai politik, khitanan, menghibur tamu agung, menyambut kelahiran anak, pasar malam, penyuluhan, perkawinan, pesta adat, pesta panen, saprah amal, upacara tolak bala, dan upacara adat membayar hajat (kaul, atau nazar).
 
Orang yang menekuni profesi sebagai seniman penutur Madihin disebut [[Pamadihinan]]. Pamadihinan merupakan seniman penghibur rakyat yang bekerja mencari nafkah secara mandiri, baik secara perorangan maupun secara berkelompok.
Baris 164:
 
Madihin tidak hanya disukai oleh para peminat domestik di daerah Kalsel saja, tetapi juga oleh para peminat yang tinggal di berbagai kota besar di tanah air kita. Salah seorang di antaranya adalah Pak Harto, Presiden RI di era Orde Baru ini pernah begitu terkesan dengan pertunjukan Madihin humor yang dituturkan oleh pasangan Pamadihinan dari kota Banjarmasin Jon Tralala dan Hendra. Saking terkesannya, beliau ketika itu berkenan memberikan hadiah berupa ongkos naik haji plus (ONH Plus) kepada Jon Tralala.
Selain [[Jhon Tralala]] dan Hendra, di daerah Kalsel banyak sekali bermukim Pamadihinan terkenal, antara lain : [[Mat Nyarang]] dan [[Masnah]] pasangan Pamadihinan yang paling senior di kota Martapura), [[Rasyidi]] dan [[Rohana]](Tanjung), [[Imberan]] dan [[Timah]] (Amuntai), [[Nafiah]] dan [[Mastura]] Kandangan), [[Khair]] dan [[Nurmah]] (Kandangan), [[Utuh Syahiban]] Banjarmasin), [[Syahrani]] (Banjarmasin), dan [[Sudirman]](Banjarbaru).
Madihin mewakili [[Kalimantan Timur]] pada Festival Budaya Melayu.
 
Baris 264:
 
==== [[Pantun Banjar]] Masa Kini : Bernasib Buruk ====
Pada zaman sekarang ini, pantun, khususnya pantun Banjar, tidak lagi menjadi puisi rakyat yang fungsional di Kalsel. Sudah puluhan tahun tidak ada lagi forum Baturai Pantun yang digelar secara resmi sebagai ajang adu kreatifitaskreativitas bagi para Pamantunan yang tinggal di desa-desa di seluruh daerah Kalsel.
 
Pantun Banjar yang masih bertahan hanya pantun adat yang dibacakan pada kesempatan meminang atau mengantar pinengset (bahasa Banjar Patalian). Selebihnya, pantun Banjar cuma diselipkan sebagai sarana retorika bernuansa humor dalam pidato-pidato resmi para pejabat atau dalam naskah-naskah tausiah para ulama.
 
Syukurlah, seiring dengan maraknya otonomi daerah sejak tahun 2000 yang lalu, ada juga para pihak yang mulai peduli dan berusaha untuk menghidupkan kembali Pantun Banjar sebagai sarana retorika yang fungsional (bukan sekedarsekadar tempelan). Ada yang berinisiatif menggelar pertunjukan eksibisi Pantun Banjar di berbagai kesempatan formal dan informal, memperkenalkannya melalui publikasi di berbagai koran/majalah, melalui siaran khusus yang bersifat insidental di berbagai stasiun radio milik pemerintah atau swasta, dan ada pula yang berinisiatif mememasukannya sebagai bahan pengajaran muatan lokal di sekolah-sekolah yang ada di seantero daerah Kalsel. Tulisan saya di Wikipedia ini boleh jadi termasuk salah satu usaha itu.
 
Sekarang ini di Kalsel sudah beberapa puluh kali digelar kegiatan lomba tulis Pantun Banjar bagi para peserta di berbagai tingkatan usia. Tidak ketinggalan Stasiun TVRI Banjamasin juga sudah membuka acara Baturai Pantun yang digelar seminggu sekali oleh Bapak H. Adjim Arijadi dengan pembawa acara Jon Tralala, Rahmi Arijadi, dan kawan-kawan.
 
== Rujukan ==
* [[Tajuddin Noor Ganie]], 2006. [[Identitas Puisi Rakyat Berbentuk Pantun Banjar]] dalam buku [[Identitas Puisi Rakyat Etnis Banjar di Kalsel]], Penerbit Rumah Pustaka Folklor Banjar, Jalan Mayjen Soetoyo S, Gang Sepakat RT 13 Nomor 30, Banjarmasin, 70119, PropinsiProvinsi Kalimantan Selatan
* http://hasanzainuddin.wordpress.com/seni-banjar/
* http://seninusantara.blogspot.com/2009_01_01_archive.html