Kawih Cianjuran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anton-AG (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
 
== Sejarah ==
Mamaos terbentuk pada masa pemerintahan bupati Cianjur RAA. Kusumaningrat ([[1834]]—[[1864]]). Bupati Kusumaningrat dalam membuat lagu sering bertempat di sebuah bangunan bernama [[Pancaniti]]. Oleh karena itulah dia terkenal dengan nama Kangjeng Pancaniti. Pada mulanya mamaos dinyanyikan oleh kaum pria. Baru pada perempat pertama abad ke-20 mamaos bisa dipelajari oleh kaum wanita. Hal ituTerbukti dengan munculnya para juru mamaos wanita, seperti Rd. Siti Sarah, Rd. Anah Ruhanah, Ibu Imong, Ibu O’oh, Ibu Resna, dan Nyi Mas Saodah.
 
Bahan mamaos berasal dari berbagai seni suara Sunda, seperti [[pantun]], [[beluk]] (mamaca), [[degung]], serta tembang macapat Jawa, yaitu [[pupuh]]. Lagu-lagu mamaos yang diambil dari vokal seni pantun dinamakan lagu pantun atau papantunan, atau disebut pula lagu Pajajaran, diambil dari nama keraton Sunda pada masa lampau. Sedangkan lagu-lagu yang berasal dari bahan pupuh disebut tembang. Keduanya menunjukan kepada peraturan rumpaka (teks). Sedangkan teknik vokal keduanya menggunakan bahan-bahan olahan vokal Sunda. Namun demikian pada akhirnya kedua teknik pembuatan rumpaka ini ada yang digabungkan. Lagu-lagu papantunan pun banyak yang dibuat dengan aturan pupuh.